Lombok merupakan sebuah pulau dengan tradisi dan kebudayaan yang unik. Tradisi dan kebudayaan tersebut melahirkan sebuah seni, salah satunya seni pertunjukan. Melalui pertunjukan drama dan teater, para penggiat kebudayaan dan seni berusaha untuk memperkenalkan kebudayaan dan tradisi daerah Lombok yang unik juga memiliki pesan moral.Â
Teater tradisional merupakan sarana masyarakat yang membawa nilai-nilai tradisi yang diwariskan yang hidup dalam masyarakat. Nilai-nilai tersebut kemudian ditanamkan kepada anak cucu  melalui tutur kata teater atau akting.Â
Semoga ini bisa menjadi pelajaran tentang sikap masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat. Hadirnya berbagai teknologi di tengah masyarakat semakin memperkecil ruang gerak kesenian tradisional khususnya di Lombok.Â
Minimnya pengetahuan dan minat masyarakat dalam mengarsipkan tradisi  mereka dibuktikan dengan minimnya buku dan  dokumentasi lainnya yang secara khusus melestarikan kesenian tradisional asli daerah Lombok. Misalnya, Cepung, teater kata yang diucapkan pertama di Lombok, lebih dikembangkan oleh orang Bali daripada penduduk asli.Â
Meski seniman Lombok juga terlibat dalam pembangunan Bali, hal itu menimbulkan ketakutan di antara mereka yang menginginkan perubahan, termasuk Zulfan Rohman, lulusan Institut Kesenian Yogyakarta. Setelah lulus dari Seni Teater, Zulfan Rohman kembali ke Lombok Timur dan mendirikan komunitas teater bernama Kapas Putih.Â
Cupak Gerantang merupakan sebuah cerita drama asli Lombok yang menceritakan permasalahan keluarga dengan latar belakang tradisi Lombok, termasuk bahasa pada dialog yang digunakan adalah bahasa sasak penutur asli. Sebelum menjadi sebuah pementasan drama, Cupak Gerantang merupakan sebuah dongeng yang biasa diperdengarkan untuk anak-anak kecil agar mendapatkan pesan moral.Â
Seiring berjalannya waktu, Cupak Gerantang dianggap menjadi sebuah drama keluarga yang juga layak untuk dipertontonkan untuk berbagai usia. Akhirnya, Cupak Gerantang menjadi sebuah pementasan yang biasanya digunakan sebagai sarana hiburan dan pengajaran. Karena cerita dari Cupak Gerantang ini merupakan sebuah kisah sederhana yang mengandung pesan moral, pementasan dramanya pun tidak memiliki tujuan khusus untuk upacara adat. Pementasan drama ini bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja.
Dikarenakan Cupak Gerantang pada awalnya adalah sebuah dongeng, maka masyarakat Lombok pun tidak begitu asing dengan cerita yang ditampilkan, sehingga pementasan ini bisa dilakukan kapan saja dan murni untuk memberikan sebuah hiburan kepada masyarakat.Â
Karena menjadi salah satu sarana hiburan, naskah dari Cupak Gerantang akan disajikan dengan konsep multimedia ekspresi, yaitu aktor dituntut untuk bernyanyi dan menari disamping dia berakting. Pementasan Cupak Gerantang ini kemudian diterapkan dengan bentuk penggarapan komedi-tragedi.Â
Cupak Gerantang dikenal sebagai  teater tradisional. Mengutip  Jurnal Penciptaan Tokoh Cupak dalam Naskah Cupak Gerantang  Lalu Gede Suparman, karya Wahyu Kurnia, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2016, mengatakan A. Kasim Ahmad dalam  Teater Indonesia "Konsep Sejarah dan Masalah". . bahwa teater tradisional adalah bentuk teater yang dihasilkan dari kreativitas sastra lisan yang berakar dan bersumber dari tradisi budaya  masyarakat etnik di sekitarnya.Â
Sarana ekspresi/sarana yang digunakan adalah tingkah laku, gerak, bunyi dan suara, yang dilaksanakan secara terpadu. Bentuk pertunjukannya dilakukan tidak hanya melalui dialog dan tingkah laku, tetapi  juga melalui gerak/tarian dan lagu serta iringan musik, semuanya membentuk satu kesatuan.Â
Teater tradisional memahami koherensi komunitas etnis Indonesia dari wilayah etnis tertentu dan berbeda dengan ekspresi multimedia yang terintegrasi. Pernyataan tersebut mendukung bahwa Cupak Gerantang merupakan  teater tradisional yang bersumber dari sastra lisan, yaitu cerita rakyat yang berakar dan bersumber dari budaya tradisional masyarakat.
Kepopuleran cerita Cupak Gerantang di masyarakat Lombok mendorong terjadinya adaptasi naskah drama, yang memunculkan pengadeganan baru dari naskah aslinya.Â
Adaptasi tersebut biasanya dilakukan oleh sutradara pada saat pementasanya. Adaptasi naskah merupakan penciptaan tokoh, adegan, dan suasana atau kejadian. Adaptasi naskah yang terjadi tidak mengubah moral dari cerita, namun menambahkan beberapa unsur cerita baru yang dinilai dapat lebih membangun cerita tersebut.
Adaptasi naskah ini kemudian berkembang banyak dan berpengaruh juga terhadap cara pementasan drama Cupak Gerantang tersebut. Seperti pernyataan sebelumnya, pementasan Cupak Gerantang yang sebenarnya merupakan sebuah teater tradisional, kini lebih banyak yang dipentaskan dengan konsep multimedia ekspresi.Â
Menambahkan unsur-unsur lain seperti musik dan tarian, menjadikan drama Cupak Gerantang ini sebagai sebuah media hiburan yang dapat tetap diterima pesan moralnya oleh masyarakat.Â
Dengan demikian, terdapat dua versi drama Cupak Gerantang yang dikenal oleh masyarakat. Pertama adalah versi asli yang masih menggunakan bahasa Sasak penutur asli dan tidak ditambahkan unsur apapun. Kedua adalah versi adaptasi naskah yang sudah menggunakan campuran antara bahasa Indonesia dengan bahasa Sasak dan ditambahkan unsur-unsur lain.Â
Saat ini, masyarakat lebih banyak mengenal drama Cupak Gerantang yang merupakan naskah adaptasi dibandingkan dengan naskah aslinya. Hal tersebut dikarenakan naskah adaptasi lebih sering dipentaskan. Naskah adaptasi lebih sering dipentaskan karena lebih mudah untuk dimengerti. Berbeda dengan naskah versi pertama yang murni seperti lakon kebanyakan, naskah kedua lebih seperti novel sehingga mudah untuk dipahami dan diambil moral nya oleh masyarakat.Â
Artikel ini menjelaskan tentang Cupak Gerantang versi suntingan karena keterbatasan sumber  naskah aslinya. Kisah Cupak Gerantang diawali dengan pengkhianatan salah seorang saudaranya, atau dikenal dalam masyarakat Lombok sebagai Semeto Pendait. Pengkhianatan itu karena perebutan kekayaan, tahta dan wanita.Â
Cupak dan Gerantang adalah sepasang kakak beradik dengan karakter dan keunikan masing-masing. Masing-masing memiliki karakter yang khas. Cupak sebagai seorang kakak perempuan dengan kepribadian yang gemuk dan tinggi. Ia dikenal  licik, rakus, pencemburu, suka berbohong dan mencuri. Wajahnya juga digambarkan sebagai orang yang jelek dan menakutkan.Â
Bahasanya juga kasar dan tidak sopan. Berbeda dengan Gerantang, sang adik yang tegar namun luwes, tutur katanya halus dan santun, cantik dan gesit, santun, jujur dan pemaaf. Diliputi rasa iri dan dengki, Cupak terus berusaha  membunuh adiknya, Gerantang. Tapi kakak yang pemaaf selalu memaafkan apa yang telah dilakukan kakaknya.Â
Cupak dan Gerantang tinggal di  negara yang disebut Daha Negara, yang dijalankan oleh Datu Daha.Datu Daha memiliki seorang putri cantik bernama Dewi Sekar Nitra. Pernah ada seorang putri yang diculik oleh  raksasa  jahat.Â
Dewi Sekar Nitra terjebak di dalam  sumur tua yang sangat dalam. Datu Daha mengadakan sayembara untuk melihat siapa yang dapat menyelamatkan putrinya, kemudian menikahi sang putri dan  menjadi satu-satunya pewaris  kerajaan. Persaingan itu sampai ke telinga Cupak.Â
Cupak kemudian mengajak adiknya untuk mengikuti sayembara.Dengan bantuan dua orang Pathi dari kerajaan Daha Negara, mereka dibawa ke gurun tempat tinggal para raksasa. Cupak membual bahwa dia sendiri yang mengalahkan raksasa itu. Gerantang berusaha mengingatkan kakaknya untuk  tidak sombong. Sesampainya di tempat tinggal raksasa itu, ia mendengar dengkuran keras yang menggoyang-goyangkan Cupak  hingga pipis di celana.Â
Sudah membual, dia berani melawan raksasa sendirian. Dia jatuh dan kalah. Melihat adiknya terjatuh, Gerantang segera menolongnya dan melawan raksasa itu. Raksasa itu jatuh, pingsan dan kehilangan dirinya. Sifatnya licik, Cupak menggunakan kejadian ini untuk menipu adiknya sendiri.Â
Cupak melihat kesempatan besar ini dan segera membunuh raksasa itu dengan  keris yang diberikan oleh Datu Daha sebelum pergi ke hutan. Akhirnya raksasa itu mati dengan keris Cupak  di dadanya.Â
Cupak sengaja melakukan itu agar orang mengira dia berhasil melawan raksasa itu.Sifat licik Cupak tak kunjung usai dan kemudian meminta Gerantang masuk ke dalam sumur untuk menyelamatkan sang putri.Â
Sumur itu sangat gelap dan dalam sehingga Cupak tidak berani memasukinya. Gerantang menuruti keinginan kakaknya untuk masuk ke dalam sumur tempat persembunyian Dewi Sekar raksasa Nitra. Dengan bantuan seutas tali, dia turun dari sumur sendirian. Ia takjub melihat kecantikan sang putri  yang  ketakutan.Â
Setelah memperkenalkan diri kepada sang putri, Gerantang memanggil Cupak yang sudah menunggu di permukaan sumur. Kemudian Cupak  menarik sang putri melalui  tali. Gerantang tinggal sendirian di dalam sumur. Cupak sengaja melakukannya karena  ingin memenangkan perlombaan. Cupak pergi ke istana bersama sang putri. Raja Daha Negara memenuhi pesaingnya.Â
Cupak sangat senang karena dia akan menikah dengan seorang putri  cantik dan  menjadi pewaris kerajaan. Sang putri bersaksi bahwa Gerantang menyelamatkannya. Cupak sangat marah dan menantang patih kerajaan untuk bertanding Peresean, kesenian khas Lombok, untuk membuktikan kebenaran ucapannya. Cupak beruntung karena  berhasil mengalahkan patih kerajaan. Cupak yang sombong semakin membual dan menyelenggarakan Begawe Beleq, sebuah festival besar, di  istana. Â
Disamping itu, Gerantang telah berhasil keluar dari sumur tua dengan usaha, kesabaran, dan pertolongan Tuhan. Ia bergegas menuju istana. Melihat kehadiran adiknya yang masih hidup, Cupak marah dan menentang Gerantang untuk beradu perisasian untuk membuktikan siapa yang telah menyelamat kan putri raja.Â
Gerantang dengan sifat rendah hati awalnya menolak permintaan kakaknya dan memilih untuk mengalah. Namun Cupak tetap memaksa karena menganggap sikap mengalah Gerantang adalah sebuah penghinaan, maka Gerantang menerima tantangan itu.Â
Cupak tumbang karena kalah dari Gerantang. Putri pun memberitahu Gerantang yang telah menyelamatkannya. Cupak kemudian ditangkap dan dibunuh oleh tentara Daha. Gerantang kembali membela kakaknya dan meminta raja memaafkan kesalahan kakaknya. Atas permintaan tersebut, Cupak memaafkan.Â
Gerantang kemudian menikah dengan putri raja dan menjadi penerus tunggal kerajaan Daha Negara. Mereka hidup bahagia selamanya. Cupak sebenarnya adalah orang yang baik seperti orang pada umumnya, namun jika tiba-tiba ia  menjadi jahat, kejam, serakah, serakah, itu semata-mata karena keadaan yang ia alami atau kenyataan hidup.Â
Seperti cerita Cupak Gerantang, kita sebagai manusia pasti memiliki sifat iri dan dengki walaupun itu saudara kita sendiri, tetapi hal ini bisa kita hindari dengan kita sebagai manusia harus selalu kembali kepada sang pencipta agar hal tersebut jauh dari  kehidupan kita.
Daftar PustakaÂ
Kurnia, Wahyu. 2016. Penciptaan Tokoh Cupak Dalam Naskah Cupak Gerantang Karya Lalu Gede Suparman. Jurnal. Program Studi S-1 Teater Jurusan Teater Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta.Â
Daftar Narasumber
Zulfan Rohman,
Pendiri komunitas Teater Kapas Putih.Â
Sutradara dan Aktor Teater Cupak Gerantang.
Alumni Program Studi Teater, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta.Â
Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.Â
Wawancara dilakukan melalui whatsapp chatÂ
Daftar Gambar
Gambar 1 : Pementasan Cupak Gerantang
Gambar 2 : Pementasan Cupak Gerantang
Dokumentasi Pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H