Dari sekian banyak problem seperti urusan makan, minum dan membersihkan diri, urusan buang hajat menjadi kendala yang sangat khusus buatku. Untuk kencing aku menggunakan wadah berbentuk tabung. Bagaimana aku menahan kencing karena situasi ruangan sedang ramai dipenuhi pasien dan pendampingnya, belum lagi kalau ada penjenguk dari pasien yang satu ruangan denganku. Aku malu diserbu oleh tatapan mereka, tentu ini masalah bagiku. Namun tak jarang jika sudah tak sanggup menahan, terpaksa kulampiaskan kencingku dengan bertutup selimut.
Untuk urusan berak aku menggunakan popok sekali pakai (diaper) sebagai alas. Kalau tak salah ingat, aku hanya sekali berak sampai aku menjalani operasi. Itupun aku lakukan menjelang dini hari saat semua pasien sedang tidur. Bayangkan betapa sulitnya berak dalam posisi terlentang. Setidaknya dari proses persiapan hingga mengejan aku membutuhkan waktu satu jam.
*****
Aku bersyukur atas limpahan kepedulian dari orang disekitarku. Kehadiran mereka tentu menjadi support terkuat. Terlebih kedua orang tua yang setiap waktu mendampingi, belum lagi tetangga, teman dan kenalan yang silih berganti datang menjenguk bahkan rela menjagaku. Sekali lagi, tak ada alasan untuk kita tidak bersyukur, bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun.
Bersambung....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H