Disinilah letak kesulitan nya, bagaimana para analis dihadapkan bahwa fakta nya ada 21.2 % yang memilih golput, dan 18.2 % masih tidak diketahui suara nya.
Untuk membahas lebih lanjut tentang angka exit poll LSI tersebut, saya coba memahami psikologi pemilih PKS dalam memandang kedua kandidat. Untuk itu saya sempat bertanya pada rekan yang kebetulan simpatisan PKS, dia saya beri pertanyaan :"jika elite PKS memutuskan untuk berkoalisi dengan Jokowi, sebagai simpatisan PKS anda akan memilih siapa?". Jawabannya kurang lebih begini :" Jika PKS telah resmi mengajukan kontrak politik kepada Jokowi dan meneken kerjasama koalisi, maka dia akan ikut apa kata partai."
Tentu saja suara dari satu orang rekan saya tersebut tidak bisa dijadikan dasar kuat menentukan psikologi pemilih PKS secara umum pada Pilgub DKI, namun ada fakta menarik yang bagi saya patut diperhatikan benar oleh para analis jika ingin memperhitungkan kemana suara PKS akan berhembus. Fakta tersebut adalah ternyata ada keraguan besar dari para simpatisan PKS bahwa memilih Jokowi-Ahok adalah tepat secara akidah Islam.
Teman yang saya tanya tersebut, lalu menceritakan alasan-alasan kenapa para simpatisan PKS kurang sreg pasangan Jokowi-Ahok, ya tentu saja kita semua sudah tau apa maksud mereka, yaitu latar belakang Etnis dan Agama Ahok. Yang menarik dari itu adalah, bahwa ketika PKS sudah menyetujui koalisi dengan kontrak politik kepada Jokowi mereka tetap masih merasa ragu untuk menjatuhkan pilihan pada Jokowi, meski mereka merasa memiliki keterikatan secara idelologis dengan PKS. Inilah yang saya sebut dengan fakta yang terabaikan, yang sulit dihitung secara matematis hari ini, apalagi masa konsolidasi menjelang pemilihan adalah 2 bulan yang masih sangat mungkin terjadi banyak manuver dan perubahan peta politk dan suara pemilih.
Namun, jika kita berbicara seandainya pilgub putaran ke-2 dilakukan besok pagi, maka saya berani memberikan gambaran bahwa akan banyak suara PKS yang hilang. Suara tersebut akan masuk ke kelompok GOLPUT yang memilih untuk tidak memilih siapa-siapa pada putaran ke-2. Dengan kata lain, bisa saya katakan setidaknya setengah dari para pemilih Hidayat Nur Wahid pada putaran ke -1 (11%) akan memilih golput pada putaran ke-2. sedangkan setengah nya lagi terbagi pada 2 kandidat (Jokowi / Foke), dengan prosentase lebih cenderung banyak ke Foke karena faktor kedekatan ideologis Islam.
Berarti, ada setidaknya 5-6% suara pemilih PKS yang diperebutkan pada putaran ke-2 nanti, sehingga menurut analisis saya tidak akan berdampak terlalu signifikan pada elektabilitas kedua nya, terutama Jokowi yang sudah jelas secara matematis hanya tinggal membutuhkan tambahan 8% suara lagi untuk memenangkan kursi DKI-1.
Potensi suara yang seharusnya menjadi folus kedua belah kubu adalah dari golongan golput yang mencapai angka 37% dari jumlah DPT putaran ke-1.Inilah kunci kemenangan yang sesungguh nya.
Dengan menilik perhitungan sederhana di atas, saya menyimpulkan bahwa kedua belah kubu hanya akan menghabiskan tenaga dan waktu 'percuma', serta hanya akan menjadi polemik politik dan opini berkepanjangan jika hanya sibuk mengelola lobi kepada PKS. Kalian cuma akan buang-buang energi.
Dan dengan berdasarkan perkiraan menurut tren putaran ke-1 dan psikologi massa pemilih, saya memprediksi, jika pilgub putaran ke 2 digelar hari ini, maka JOKOWI akan kembali menjadi jawara dengan prosentase di atas 60%.
Sanggau, 14 Juli 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H