Mohon tunggu...
Raden Ainul Yakin
Raden Ainul Yakin Mohon Tunggu... Sejarawan - Sejarawan

Hal Yang Aku Tahu Dari Diriku, Adalah Aku Tidak Tahu Apa-apa. (Pembelajar)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Majalah Tempo dan Marwah Demokrasi

12 November 2019   15:40 Diperbarui: 12 November 2019   19:56 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisa saja nanti digunakan untuk kepentingan yang sesat oleh segelintir massa-politik dan industrial adalah yang paling berbahaya. Kebebasan pers seyogianya digunakan untuk memperjuangkan keadilan, kebenaran dan Hak Asasi Manusia (HAM) sesuai amanat UU Pers pasal 4 ayat 1 dan pasal 6. Di dalam negara hukum berdasarkan asas demokrasi ini, keterbukaan informasi dan kebebasan mengutarakan pendapat berserta perlindungannya dijamin oleh konstitusi UUD 1945. 

Kritik Majalah Tempo yang kerap membidik pemangku strategis, sepertinya tak pernah kehabisan ide. Serangan narasi dan ilustrasi yang dilancarkan kepada pejabat pemerintah tak jarang membuat basis pendukung oleh masing-masing tokoh politik seperti kebakaran jenggot, padahal kritik merupakan salah satu cara keturutsertaan media massa untuk mengawasi dan berpartisipasi dalam tampuk kekuasaan, keberanian Majalah Tempo seolah dilandasi dengan eratnya doktrin yang melekat bahwa kritik bagian dari kebebasan pers.


Majalah Tempo menggabungkan narasi, ilustrasi karikatur, opini, dll sebagai cara-cara kritik yang elegan. Termasuk cover karikatur yang ditampilkan oleh Majalah Tempo merupakan penerapan nilai filosofis dari 3 pilar penyangga keberadaan Pers, yakni idealisme, komersialisme, dan profesionalisme. 

Pentingnya peran media massa untuk bersikap profesional niscaya akan mengembalikan marwah kebebasan pers yang selama ini dinilai berpihak kepada rezim penguasa, selain itu seyogyanya keberanian mengkritik penguasa diharapkan berkesinambungan tanpa dalil kepentingan, Independesi yang dijunjung profesionalisme adalah citra media massa dalam sejarah perjalanan panjangnnya yang semakin hari, semakin memudar.

Kritik Pemimpin di Pemerintahan

Teori sosial menjelaskan bahwa pemimpin itu harus disiapkan dan dibentuk, tidak terlahirkan dan dibiarkan berkembang dengan sendirinya. Pemimpin yang dimaksud disini meliputi struktur pemerintahan pusat sampai pada jajaran terkecil, kebijaksanaan pemimpin diuji dengan ketahanannya terhadap kritik sebagai bagian dari cara berdemokrasi yang efektif. Seorang pemimpin jika tidak ingin dikritik menandakan bahwa mental dan keberaniannya belum siap untuk menjadi pemimpin. 

Hal tersebut juga menjelaskan bahwa dirinya tidak dapat menggunakan kritik sebagai barometer untuk mengukur penilaian terhadap pencapaian program dan kebijakan yang benar-benar tepat dan berguna bagi masyarakat. Ketika pemimpin membalas kritik dengan hukuman dan membawa yang mengkritik ke pengadilan bukanlah sifat seorang pemimpin yang demokratis tetapi lebih cocok diimplementasikan dalam kepemimpinan yang otoriter, dan pada akhirnya akan tumbang saat belum masanya. Kritik haruslah diterima sebagai masukan, namun disampaikan dengan cara yang positif untuk tujuan yang positif pula.

Anis Baswedan adalah Salah satu pemimpin yang menggunakan kritik sebagai cermin untuk mengukur sampai di mana kebijakan pemerintah provinsi DKI Jakarta berada pada role model yang benar, di Provinsi DKI Jakarta secara hirarki Anis Baswedan menduduki pucuk jabatan tertinggi dimana ialah orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan, memutuskan, memantau dan memastikan setiap kebijakan di wilayah kewenangannya sebab menghubungkan posisi DKI Jakarta sebagai ibu kota negara berdampak bagi daerah lain.

Oleh karena setiap pemberitaan tentunya dapat disampaikan dengan cepat dan berimbang, apa yang dilakukan oleh Majalah Tempo perlu diduplikasi oleh media lain, bukan justru menyalahgunakan kebebasan pers untuk kepentingan lain. Semoga majalah Tempo dan diikuti oleh para sesama awak media  berkomitmen diatas 3 pilar filosofisnya, untuk melaksanakan fungsinya yang tidak pandang bulu, berani meliput para elite dan tokoh politik. 

Keberanian Majalah Tempo mengkritik Pak Jokowi dan Anis Baswedan dapat diilustrasikan laksana ksatria yang menunggangi kuda hitam, dengan memegang pedang panjang di tangannya, tajam dan siap dihunuskan kapan saja. Bekerjalah para awak media tanpa memboncengi para topeng-topeng bedebah ditengah perseteruan kepentingannya (koalisi-oposisi) sebab diujung pena setiap media, ada harapan yang tak pernah berhenti, di sana bergantung  cita-cita reformasi, mewujudkan kedilan adalah hal yang wajib dan harus ditegakkan, didukung dengan sistem komprehensif.

Selamat Bekerja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun