Mohon tunggu...
Raden Rachmadi
Raden Rachmadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis, adventure

Hobby menulis dan adventure

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Munas SKIn: Saatnya Jadi Sedulur

7 November 2019   16:24 Diperbarui: 7 November 2019   16:30 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebaikan harus diikhtiarkan secara terorganisir untuk meminimalisir kemudaratan

Rumusan jitu ini, nampaknya layak dipraktekkan pada Musyawarah Nasional (Munas) Suzuki Katana Jimny Indonesia (SKIn) bakal digelar pada akhir Desember 2019 di Jepara, Jawa Tengah nanti. Peristiwa silaturahmi ribuan pencita Jimny Katana di seluruh tanah air, bakal bermusyawarah untuk merekatkan keguyuban yang makin bernilai. 

Sejak didirikan pada 31 Maret 2004 dan Munas pertama pada 23 Juni 2013, komunitas ini semakin besar dan tersebar dari Aceh hingga Papua. Ratusan Chapter dan ribuan member telah ikhlas berhimpun di paguyuban yang dikelola dalam wadah organisasi. Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana sebuah komunitas otomotif dalam waktu enam tahun bisa berkembang sangat pesat, bahkan melebihi organisasi formal yang dikelola secara modern dan professional? 

Jawaban atas pertanyaan tersebut menjadi urgen karena dari situ kita akan mengetahui karakter komunitas SKIn yang sesungguhnya. Dengan begitu, segala rumusan strategis yang akan dituangkan dalam Munas nanti akan bersandar pada analisis karakter tersebut. 

Dalam kajian sosilogi klasik, biasanya ada dua klasifikasi karakter entitas sosial. Ferdinand Tonnies dan Max Weber menyebutnya dengan istilah dalam bahasa Jerman gemeinschaft dan gesellschaft atau dalam bahasa Inggris disebut community dan society. Secara generik jika diserap dalam bahasa Indonesia menjadi paguyuban dan patembayan. 

Menurut Tonnies, patembayan adalah karakter masyarakat rural yang identik dengan ikatan tradisi dan personal yang sangat kuat. Sementara patembayan mencirikan entitas sosial dengan relasi impersonal dan berdasarkan kontrak pada masyarakan modern yang industrial. 

Sementara Weber melihat bahwa apa yang disampaikan Tonnies sebagai sebuah proses tranformasi sosial dari yang awalnya masyarakat terbetuk secara paguyuban, pada gilirannya akan berbuah menjadi patembayan. Pada teori sosiologi diuraikan ciri-ciri entitas paguyuban sebagai berikut: 

1.      Ikatan sosial bersifat personal 

2.      Sistem kekeluargaan dan kekerabatan masih kuat 

3.      Mengedepankan prinsip berdasarkan nilai bersama 

4.      Pembagian kerja masih sederhana 

5.      Hubungan sosial didominasi oleh kerjasama 

Melihat paparan di atas, jelas bahwa SKIn yang dibentuk di Surabaya, lebih pas dengan karakter sosial paguyuban. Artinya, ikatan emosional yang menjadi ciri interaksi antar-personal para member, lebih nampak. Tidak heran disadari atau tidak oleh para anggotanya, ciri kebersamaan dan kekeluargaan lebih mengemukan dibanding ikatan yang lebih rasional seperti kesamaan kepentingan, profesi atau pilihan politik yang menjadi ciri entitas patembayan. 

Dari singgungan teoritis tadi, jika kemudian melihat karakter ideologis bangsa Indonesia yang lebih mengutamakan gotong royong, kekeluargaan, dan kebersamaan, menjadi bagian latar belakang Pancasila, maka tidak heran kalau SKIn berkembang sedemikan pesat. Komunitas ini telah berjalan sesuai dengan karakter hakiki bangsa Indonesia. Kohesifitas ini dipertebal oleh slogan khas satukan jangan pisahkan yang menjadi energi dahsyat SKIn. 

Lantas, bagaimana soal mobil Jimny Katana yang menjadi syarat mutlak keanggotaan SKIn? Apa hubungannya dengan paguyuban yang menjadi karakter komunitas? Dalam beberapa tulisan sebelumnya, saya pernah menyinggung soal keunggulan kompetitif dari kendaraan kelas blusukan ini. Jika dikaitkan dengan isu karakter komunitas, sudah barang tentu akan muncul mutualisme. 

Efeknya, kebersamaan, tidak hanya terbangun antar-personal. Mobil Jimny Katana bahkan menjadi perkakas yang merekatkan dari personal ke sosial yang hingga ke ikatan dengan alam. Formulasi ini akan terasa ketika chapter-chapter menggelar Kopdar Akbar atau Anniversary. Dalam dua perhelatan rutin itu, biasanya ada program pemberian bantuan ke masyarakat di sekitar tempat acara. Selain itu, event tersebut biasanya dilakukan di hutan atau di pedalaman. Dari situ kita menjalin ikatan sosial dan ikatan kepada alam. 

Jika para member SKIn telah memiliki kesadaran karakter komunitas seperti yang diurai di atas, maka akan mudah mencari sosok ketua umum yang akan memimpin pada dua tahun ke depan. Calon ketua umum, sebaiknya menyadari karakter kebersamaan dan persudaraan. Maka visi dan misi apapun yang dia rumuskan, selayaknya berangkat dari kultur itu. 

Munas kali ini adalah saat untuk merekatkan ikatan sedulur. Namun, semua itu harus diikhtiarkan secara terorganisir agar kemudaratan bisa direduksi seminim mungkin. Semoga. 

Raden Rachmadi 

(Penasehat SKIn Chapter Purwakarta, Subang, Cikampek)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun