Mohon tunggu...
Raden GantyoSuhartono
Raden GantyoSuhartono Mohon Tunggu... Guru - guru

menulis dan olah raga senang berdiskusi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nyadran

4 Maret 2024   14:29 Diperbarui: 4 Maret 2024   14:47 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dokumentasi Pak Raden pemuda terlibat dalam acara nyadran

MERAYAKAN KEBUDAYAAN JAWA DALAM BULAN RUWAH DUSUN PIRING RT 04 SRIHARDONO PUNDONG BANTUL

Bulan Ruwah, yang jatuh pada bulan Jawa, memiliki makna khusus bagi masyarakat Jawa. Di tengah beragam perayaan dan tradisi yang menghiasi kalender budaya Jawa, ada satu tradisi yang kental dengan nuansa spiritual dan kebersamaan, yaitu Nyadran. Nyadran merupakan suatu bentuk perayaan yang dilakukan untuk menghormati leluhur, serta mempererat hubungan antara anggota masyarakat.

Nyadran berasal dari kata "nyadra" yang artinya berdoa atau memberikan penghormatan kepada leluhur. Tradisi ini telah menjadi bagian integral dari budaya Jawa, diperkirakan berasal dari zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada awalnya, Nyadran dilaksanakan dalam bentuk ritual keagamaan yang bertujuan untuk mendekatkan diri dengan alam dan roh nenek moyang.

Nyadran biasanya dilaksanakan pada bulan Ruwah, di hari Selasa Kliwon atau Selasa Pahing menurut penanggalan Jawa. Tetapi di dusun Piring sudah di modifikasi tidak mengambil hari itu , karena budaya kerja masyarakat sangat tinggi sehingga di pilih  hari Sabtu, dengan harapan masyarakat yang bekerja baik sebagai pegawai negeri maupun swasta sudah ada di rumah. Persiapan untuk Nyadran dimulai jauh-jauh hari, melibatkan seluruh masyarakat dusun. Prosesi ini melibatkan berbagai persiapan, seperti membersihkan makam leluhur, menyajikan sesaji, dan mempersiapkan tempat untuk pelaksanaan upacara.

foto dokumentasi Pak Raden
foto dokumentasi Pak Raden

Setelah itu, masyarakat berkumpul di tempat yang telah disiapkan yaitu di serambi Makam Piring Rt 04 Srihardono Pundong Bantul DIY . Acara di mulai dengan membaca puji dzikir yang di pandu oleh Rois dusun Bapak Tuji. selesai dzikir untuk mengirim doa para leluhur yang mendahului menghadap Sang Khalik. Acara di lanjukan dengan tabur bunga di makam cikal bakal yaitu Kyai dan Nyai JOGO PERTOLO. Tabur bumga di wakili oleh Ketua Makam dsusun bapak Sukijo,  Ketua Rt 04 Piring bapak Sumaryono dan di dampingi bapak Rois dusun piring. Setelah tabur bunga di makam cikal bakal di lanjutkan dengan penyampaian ceramah agama yang di sampaikan oleh Ustad Haji Zaelani Latif dari dusun Nglembu, Panjangrejo Pundong Bantul. Dalam ceramahnya ustad menyampaikan hal-hal yang bersifat mendidik dan memperkuat nilai-nilai kebersamaan.

foto dokumentasi Pak Raden
foto dokumentasi Pak Raden
Nyadran juga identik dengan sajian makanan yang disajikan untuk semua peserta acara. Menu tradisional khas Jawa, seperti nasi tumpeng, jajan pasar, dan berbagai hidangan khas Jawa lainnya, menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Nyadran. Jamuan ini bertujuan untuk mempererat ikatan antarwarga dan menciptakan kebersamaan di antara mereka.

Nyadran tidak hanya sekadar perayaan keagamaan, tetapi juga memuat sejumlah nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kebersamaan, saling menghormati, dan gotong-royong menjadi poin utama yang terus ditekankan melalui perayaan ini. Tradisi ini menjadi momen yang sangat diharapkan bagi masyarakat Jawa untuk mengokohkan hubungan antargenerasi dan meningkatkan solidaritas di dalam komunitas.

foto dokumentasi Pak Raden
foto dokumentasi Pak Raden

Pada zaman yang semakin modern, tradisi Nyadran menghadapi tantangan pelestarian. Oleh karena itu, masyarakat Jawa, terutama generasi muda, perlu berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya ini. Nyadran bukan hanya ritual keagamaan semata, tetapi juga sebagai warisan kultural yang memiliki keunikan tersendiri.

Dengan memahami dan menghargai tradisi Nyadran, diharapkan masyarakat Jawa dapat menjaga keberlanjutan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam perayaan ini. Sehingga, Nyadran tidak hanya menjadi sekadar tradisi, melainkan menjadi perekat dan penyemangat dalam membangun kehidupan bermasyarakat yang lebih baik.

Foto dokumentasi Pak Raden pemuda terlibat dalam acara nyadran
Foto dokumentasi Pak Raden pemuda terlibat dalam acara nyadran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun