Simbol Persatuan Faksi
Banyak yang percaya bahwa selama ini PDIP satu komando. Ada benarnya, tetapi kebenaran yang mengancam. Benarnya adalah keberadaan Megawat i Soekarnoputri dengan kharismanya berhasil meredam faksi-faksi ini naik ke permukaan. Sebut saja faksi Jokowi yang diperkuat keberadaan Pramono Anung, faksi Tjahjo Kumolo yang memiliki barisannya sendiri, dan faksi trah Soekarno yang jarang menjadi sorotan.
Belakangan hanya Puan Maharani yang muncul dari faksi trah Soekarno, namun putri Megawati Soekarnoputri itu belum mengalami penderitaan seperti sang ibu di era orde baru, ia juga minim jam terbang menghadapi konflik poliktik. Puan belum tertempa oleh kepahitan berpolitik.
Lagipula momentum untuk transformasi kepemimpinan di PDIP sudah lewat. Andai Megawati Soekarnoputri menghitung, seharusnya di periode kedua Jokowi , Megawati Soekarnoputri sudah harus menyerahkan jabatannya kepada Puan Maharani.
Fokus politik kader akan terbelah saat itu, praktis suksesi Puan Maharani minim gangguan. Selain itu, keberadaan PDIP yang masih menjadi partai penguasa akan membuat kader menerima apapun keputusan DPP PDIP dan Megawati Soekarnoputri, selama perut mereka kenyang.
Bayangkan lagi, transformasi kepemimpinan terjadi ketika PDIP ada dalam posisi oposisi. Kader akan berteriak menahan lapar sambil memunguti kekuasaan di dalam partainya sendiri.
Pergeseran Kepemimpinan
Menurut Hamdi Muluk dalam bukunya yang berjudul, Mozaik Politik Indonesia ( Jakarta: Rajawali Press, 2010). Ada dua pendekatan yang bisa dipakai dalam mengamati kepemimpinan politik. Pertama, pendekatan agent-centered. Yakni pendekatan yang berpandangan bahwa kepemimpinan politik lebih banyak dipengaruhi oleh sang aktor, baik dari segi kapasitas, ciri kepribadian, serta tindak-tanduknya. Faktor di luar diri aktor, dalam pandangan pendekatan ini tidak punya pengaruh terhadap bentuk dan kepemimpinan politik.
Dalam pendekatan ini, mengharuskan sosok pemimpin yang ideal dan punya kelebihan yang jarang dimiliki masyarakat umum.
Kedua, pendekatan environment-centered. Menurut pendekatan ini, kepemimpinan politik lebih banyak ditentukan oleh faktor lingkungan serta pengaruh dari orang-orang yang bekerja pada seorang pemimpin politik. Artinya, letak jantung maju mundurnya kepemimpinan politik tidak terfokus pada figur pemimpin, akan tetapi faktor-faktor eksternal di luar seorang pemimpin yang menentukan maju mundurnya partai politik.
PDIP selama masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri lebih cocok pada pendekatan pertama. Ia adalah aktor, figur utama dari PDIP. Jika Megawati Soekarnoputri turun dari jabatan Ketua Umum PDIP, ada kemungkinan akan terjadi pergeseran pendekatan kepemimpinan pada PDIP, menjadi environment-centered.