Surabaya, 7 Oktober 2024 -- Komunikasi efektif antara perawat dan pasien menjadi salah satu pilar penting dalam dunia keperawatan. Kemampuan perawat untuk berinteraksi secara baik dengan pasien dinilai dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesembuhan pasien, tetapi juga meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang mereka terima.
Dalam makalah berjudul Effective Client-Nurses Communication dalam Meningkatkan Asuhan Keperawatan yang disusun oleh mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, dijelaskan bahwa komunikasi yang baik antara perawat dan pasien adalah komponen penting dalam setiap intervensi keperawatan, mulai dari pencegahan, pengobatan, hingga rehabilitasi. Salah satu teknik komunikasi yang disoroti adalah metode SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation), yang terbukti dapat meningkatkan kualitas interaksi antara tenaga medis.
Studi Kasus di RS X: Pentingnya Komunikasi dalam Menangani Nyeri Pasien
Salah satu contoh penerapan komunikasi efektif diangkat dalam makalah ini, di mana seorang pasien bernama Ibu S dirawat di RS X dengan keluhan nyeri akibat pneumonia. Selama tiga hari, pasien mengalami nyeri yang cukup berat dengan skala 7 dari 10. Melalui komunikasi SBAR, perawat mampu berkomunikasi dengan jelas, menyampaikan keadaan, riwayat penyakit, hingga rekomendasi tindakan yang tepat untuk meredakan gejala pasien.
Metode SBAR ini memungkinkan perawat untuk memberikan informasi secara terstruktur, mulai dari penjelasan kondisi pasien, hingga tindakan apa yang perlu diambil untuk mengatasi masalah kesehatan. Hasilnya, komunikasi yang dilakukan perawat tidak hanya membuat pasien merasa didengar, tetapi juga mempercepat proses penyembuhan karena pasien mendapatkan penjelasan yang lebih jelas dan mendetail mengenai perawatan yang akan dilakukan.
Tantangan dan Solusi dalam Menerapkan Komunikasi Efektif
Meskipun komunikasi efektif merupakan faktor krusial, tantangan masih kerap dihadapi di lapangan. Beberapa hambatan yang sering muncul antara lain adalah perbedaan bahasa, budaya, dan tekanan waktu yang dialami perawat. Selain itu, kurangnya pelatihan keterampilan komunikasi bagi perawat juga menjadi salah satu penghalang tercapainya interaksi yang optimal.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, makalah ini merekomendasikan beberapa solusi, seperti pelatihan keterampilan komunikasi bagi perawat, pengembangan teknologi pendukung komunikasi, serta penerapan manajemen waktu yang lebih efisien. Dengan adanya solusi ini, diharapkan perawat dapat berkomunikasi dengan lebih baik dan memberikan asuhan keperawatan yang lebih maksimal kepada pasien.
Kesimpulan: Komunikasi, Fondasi Asuhan Keperawatan yang Berkualitas
Secara keseluruhan, makalah ini menegaskan bahwa komunikasi efektif adalah fondasi dari asuhan keperawatan yang berkualitas. Perawat yang mampu berkomunikasi dengan baik akan lebih mudah membangun hubungan yang harmonis dengan pasien, sehingga informasi yang diterima oleh pasien menjadi lebih jelas dan mudah dipahami. Di sisi lain, hal ini juga meningkatkan rasa percaya pasien terhadap perawatan yang mereka terima.
Untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan di masa mendatang, penting bagi institusi kesehatan untuk fokus pada pelatihan dan pengembangan keterampilan komunikasi perawat. Dengan demikian, hambatan-hambatan komunikasi dapat diminimalkan, dan pasien mendapatkan perawatan yang lebih baik serta sesuai dengan kebutuhan mereka.
Kasus Terkait: Misinterpretasi Akibat Komunikasi yang Buruk
Di beberapa rumah sakit, masih sering terjadi kesalahpahaman akibat komunikasi yang kurang efektif. Contohnya, seorang pasien di RS Y yang didiagnosis dengan diabetes mengeluhkan ketidakjelasan instruksi yang diberikan perawat terkait jadwal obat. Akibatnya, pasien tersebut tidak mematuhi pengaturan obat yang dianjurkan, sehingga mengalami komplikasi serius. Kasus ini menunjukkan pentingnya komunikasi yang jelas dan terbuka antara perawat dan pasien untuk menghindari kesalahan yang dapat berdampak pada kesehatan pasien.
Sebagai langkah perbaikan, rumah sakit mulai menerapkan metode SBAR secara lebih intensif, di mana perawat diminta memberikan informasi yang lebih terstruktur dan mudah dipahami pasien. Harapannya, dengan pendekatan ini, kesalahan serupa tidak terulang kembali di masa depan.
---
Penulis: Kelompok 4 A-2 2023 Universitas Airlangga
Artikel ini berdasarkan makalah mahasiswa Universitas Airlangga tentang Effective Client-Nurses Communication Dalam
 Meningkatkan Asuhan Keperawatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H