Mohon tunggu...
Rachmy Diana
Rachmy Diana Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Ibu rumah tangga yang suka belajar dan mengajar. Berminat pada kajian pendidikan karakter dan parenting.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menitipkan Anak di Sekolah Fullday

12 Januari 2015   03:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:20 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kurun 20 tahun terakhir, sekolah-sekolah dengan sistem full day school semakin banyak didirikan, terutama di daerah perkotaan. Selain kesadaran akan pentingnya lingkungan yang kondusif untuk tumbuhkembang dan pendidikan anak-anak, fenomena ini juga selaras dengan kebutuhan orang tua zaman sekarang . Banyak pasangan suami-istri yang bekerja fulltime dengan beban pekerjaan yang cukup menyita waktu dan perhatian. Hal ini membuat mereka merasa perlu menitipkan pendidikan anak-anak mereka pada sebuah lembaga terpercaya. Full day school menjadi salahsatu pilihan dalam mengakomodir kondisi tersebut.

Pertimbangan lain yang lebih mendasar mengapa para orangtua memasukkan putra-putrinya ke sekolah fullday tentu saja tidak sesederhana fenomena yang ada. Di zaman yang serba informatif dan kompetitif ini, para orangtua perlu memiliki partner/mitra yang dapat mendukung tumbuh kembang anak-anak mereka , baik secara fisik/motorik, intelektual, emosi-sosial bahkan spiritual.Hal tersebuttidak lain agar suatu hari nanti anak-anak memiliki karakter yang sesuai dan lebih siap untuk menghadapi tantangan yang lebih besar pada zamannya .

Namun demikian , dengan keberadaan sekolah fullday ini bukan berarti tugas dan tanggungjawab orangtua menjadi berkurang dalam proses pendidikan anak-anak mereka. Sebagian orangtua merasa sudahcukup mengeluarkan sejumlah biaya yang relatif mahal, sehingga memasrahkan sepenuhnya proses pengasuhan dan pendidikan karakter anak-anak mereka pada pihak sekolah. Padahal sampai kapanpun tanggungjawab atas pendidikan anak-anak tetap berada dipundak kedua orangtuanya.

Lantas bagaimana sebaiknya sikap orangtua terkait hal ini?

1.Anakku bukan milikku

Ya,kesadaran ini perlu dibangun. Bahwa anak-anak kita adalah titipan (amanah) dari pemilik yang sesungguhnya , yakni Tuhan pencipta alam semesta. Suatu hari nanti kita sebagai orangtua akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yg sudah diupayakan untuk mereka . oleh karena itu sebagai pihak yang “dititipi”, kewajiban kita sebagai orangtua adalah menghantarkan mereka meraih sukses dunia dan akhirat, sesuai dengan yang dikehendaki oleh Sang Pencipta dan Pemilik sejatinya. Sadari bahwa jikapun kita mendelegasikan sebagian tugas pendidikan anak pada sekolah, tidak lain adalah bagian dari tanaggungjawab dan upaya kita untuk menjadi penghantar kesuksesan mereka di masa yang akan datang.

2.Rumuskan tujuan dan luruskan motivasi

Mengingat tidak mudahnya menjaga amanah tersebut, kita perlu merumuskan tujuan atau visi misi dalam keluarga, khususnya dalam pendidikan anak-anak kita. Mau di bawa kemana mereka? Bekal dan upayaapa yang sudah kita persiapkan? Sudahkan kita memiliki rencana dan langkah strategis untuk mewujudkan tujuan tersebut?

Jika kita memilih sekolah fullday untuk menjadi mitra dalam pendidikan anak-anak, sudahkah kita memiliki motivasi yang benar, mendasar dan sebesar-besarnya untuk kepentingan anak-anak? Bukan semata-mata kepentingan praktis karena kita bekerja fulltime di luar, tidak ada yang menjaga di rumah atau daripada hanya bermain tak terarah.

3.Pahami visi dan misi sekolah

Dalam rangka mewujudkan harapan dan tujuan keluarga, tampaknya kita tidak boleh hanya pasrah begitu saja atau percaya sepenuhnya pada sekolah tempat anak-anak kita belajar. Hal yang perlu kita tahu dari sekolah adalah mau di bawa kemana anak-anak kita. Pelajari dengan baik visi dan misi sekolah. Pemahaman visi misi sekolah sangat penting untuk mensinkronkan dengan visi misi keluarga yang sudah kita rumuskan. Sehingga anak-anak tidak mengalami kebingungan atau ketidakkonsistenan antara apa yang di dapat di sekolah dan di rumah.

4.Bekerja sama dan berkomunikasi dengan pihak sekolah/guru

Langkah berikutnya , manfaatkan setiap kesempatan untuk berkomunikasi dengan pihak sekolah, dalam hal ini guru dari anak-anak kita. Bantu sekolah untuk mengenali dan memahami anak-anak kita dengan selalu mengkomunikasikan setiap perkembangan ataupun kendala yang terjadi. Jika terjadi masalah, lakukan introspeksi terlebih dahulu, sebelum kita mempertanyakan mengapa anakku menjadi begini dan begitu? Tentu saja demikian pula sebaliknya.

5.Menjadi Guru dan Teman terbaik anak-anak

Sebaik apapun sekolah yang sudah kita pilih, tentu saja rumah dan orangtualah yang lebih tepat untuk menjadi guru dan teman terbaik bagi anak-anak . Rumah yang nyaman , orangtua yang selalu siap mendengarkan, memahamidan mendukungmereka saat dibutuhkan.Suasana yang akrab, penuh kedekatan akan menjadi energi bagi anak-anak untuk tumbuh kembang secara optimal.

Demikian kiranya. Bagaimana menurut pembaca?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun