Mohon tunggu...
Rachmy Austin W
Rachmy Austin W Mohon Tunggu... Freelancer - Austin

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perjalanan Melintasi Batas Negara Vietnam-Kamboja

4 November 2019   22:37 Diperbarui: 4 November 2019   22:44 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bus kuning dari perbatasan menuju Kampot|Dokpri

Berbagai kata muncul dari pikiranku; kurang terawat, kurang dipandang, fasilitas belum memadai, kehidupan yang sangat-sangat sederhana. Bukan, ini bukan tentang negara kita. Tapi masih berada di satu benua, yaitu Kamboja.

 Itulah pertama kalinya aku melintasi perbatasan negara dengan berjalan kaki. Antre di imigrasi (ini wajar sih), menggeret koper di jalan kerikil, bertemu turis Eropa yang tidak bawa uang untuk apply visa, transportasi berbeda dari yang dipesan, dan beberapa pemandangan unik di jalanan.

Kami (aku dan tante) sudah memesan travel untuk jam 12.30. Pihak travel mengantarkan kami menuju border Vietnam-Kamboja. Saat mengurus imigrasi, ada seorang wanita yang datang dan bilang "your bus is waiting, the yellow bus". 

Aku mah "ok, ok" aja. Selesai imigrasi, kita keluar gedung dan memendangi mobil-mobil untuk mencari si 'bus kuning' tersebut. Oh iya, kita belum ke luar border karena masih menunggu wanita asal Perancis-yang pinjam uang untuk apply visa-bernama Lia. 

Sejak berkenalan, kita memang sudah berjanji untuk jalan bersama. Saat melihat ke luar border, aku lihat ada bus kuning di pinggir jalan sambil nyeletuk, "Jangan-jangan kita naik itu?! Bukannyakita pesan semacam mobil travel, ya? Kok itu malah kayak bus angkot?". Dan ternyata kita beneran naik itu dong. 

Omongan jadi doa, ya hahaha. Awalnya aku ngotot "yakin kita naik itu, kayaknya bukan deh". Banyak turis Eropa yang juga bingung, tapi akhirnya naik itu. Bukannya nggak mau, tapi jujur aja aku takut kalau ditipu. 

Sudah nyerah, akhirnya kita naik bus-angkot-itu. Perjalanan itu diiringi doa sepanjang jalan, agar sampai tujuan dengan selamat, tepat, tidak nyasar, dan tidak ditipu-tipu.

Bus kuning dari perbatasan menuju Kampot|Dokpri
Bus kuning dari perbatasan menuju Kampot|Dokpri

Jalannya gaes, mantap sekali. Mulut komat-kamit, perut koclak-kucluk. Nggak pakai aspal, semuanya jalan tanah merah dan batu. Terlebih, sepertinya sebelumnya hujan. Genangan air di mana-mana dan tanah seperti lumpur. 

DI tengah perjalanan, petugas bus yang lebih pandai berbahasa Prancis daripada Inggris berkata ke Lia kalau hari itu tidak ada bus yang broperasi ke Phnom Penh. Senam jantung dong kita. Shock. Masalahnya, di sini jarang warga yang paham bahasa Inggris. 

Parahnya lagi, kita nggak bawa pocket Wi-Fi dan belum beli SIMcard. Kalau kenapa-napa, kita harus gimana? Tiba-tiba, seluruh penumpang disuruh turun di ruko-entah dimana-daerah Kampot, katanya. 

Si ibu tadi bilang, akan ada mobil pengganti menuju Phnom Penh. Tidak bisa apa-apa selain nurut. Sambil menunggu, aku dan Lia pergi mencari penjual SIMcard. Setelah hampir satu jam, akhirnya mobil travel itu datang dan langsung melajutkan perjalanan menuju Phnom Penh. 

Kukira perjalanan bergeronjal itu sudah rampung. Ternyata masih harus melewati selama lebih dari 2 jam. Okelah dinikmati saja. Di perjalanan, tiba-tiba hujan lumayan deras. Jalanan lumayan padat dan aku menemui beberapa pick-up yang diisi oleh lebih dari 15 orang. Wow ternyataa, Kamboja unik juga ya. 

Setelah menempuh perjalanan berjam-jam, kita sampai Phnom Penh sekitar jam 9.30 malam dan diturunkan di ruko travel. Langsung deh, aku pesan PassApp (aplikasi online untuk pesan tuktuk) dan menuju rumah rekan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun