Mohon tunggu...
Rachmy Austin W
Rachmy Austin W Mohon Tunggu... Freelancer - Austin

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seleksi Beasiswa XL Future Leaders Batch 8

16 September 2019   21:05 Diperbarui: 16 September 2019   21:12 1850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biasanya, banyak program beasiswa yang ditujukan buat mahasiswa yang ingin lanjut S2. Para maba (mahasiswa baru) maupun calon maba S1 jangan sedih dulu. Ada juga berbagai program beasiswa untuk kalian, lho. Salah satunya adalah XL Future Leaders. Ini nih yang menjadi pengalaman pertamaku dalam mendaftar beasiswa. Kira-kira aku lolos nggak? Sebelum tahu jawabannya, aku akan jelasin deskripsi singkat tentang program ini ya.
Dapat dilihat dari namanya, XL Future Leaders merupakan salah satu program CSR dari PT XL Axiata Tbk. berupa program pelatihan bagi mahasiswa S1 tingkat 1 dan 2 (semester 2 & 4). Kenapa bukan untuk semester 1 dan 3? Karena emang pendaftarannya dibuka pada semester tersebut. Nah, program ini dilaksanakan selama 2 tahun serta dikemas dalam berbagai kegiatan seperti workshop dan industrial visit. Berbagai kegiatan tersebut merupakan bentuk pelatihan untuk mengembangkan effective communication, managing change, entrepreneurship & innovation skills (sumber: xlfutureleaders.com)

Untuk menjadi awarde XLFL, tentunya harus melalui berbagai tahap. Eits, setiap tahun biasanya memiliki beberapa perbedaan pada tahapan seleksi ya. Aku akan ceritakan pengalamanku di seleksi 2018. Terdapat  6 tahapan seleksi yang harus dilalui:

1. Registrasi dan Isi Application Form
Bulan Maret, registrasi sudah dibuka. Selain mengisi data diri, pendaftar juga harus menuliskan berbagai pengalaman organisasi, prestasi, dan menjawab beberapa pertanyaan dengan tidak lebih dari 200 karakter (kalau nggak salah hehe)

Setelah menunggu 4 bulan, akhirnya pengumuman juga! Peserta yang lolos diumumkan melalui website dan e-mail. Sekadar informasi, pendaftar tahap pertama di 2018 mencapai 17.106 mahasiswa, lho! Meningkat jauh dari tahun sebelumnya sekitar 15.000-an orang. Banyak juga, ya!

2. GMAT & English Test
Setelah 17.106 pendaftar diseleksi, tau nggak berapa yang lolos ke tahap ini? Cuma 7.000an aja! Waktu pengumuman, aku nggak mau buka e-mail. Biar nggak sakit hati ceunah. Tapi aku cari satu-satu dari list di webnya. Sebenernya malah jadi menyusahkan diri sih hahaha. Shocknya, ada namaku disana. Aku kaget banget karena terlalu sering menerima penolakan.

Saat pengumuman kelulusan, aku diberi tahu melalui e-mail kalau tes dilakukan secara serempak di seluruh Indonesia yaitu seminggu setelah pengumuman, pada pukul 09.00 WIB. Dua tahapan seleksi ini dilakukan dalam satu waktu. Aku langsung siap-siap dong, coba kerjain soal-soal GMAT dari internet. Ternyata susah banget! Kayak soal SBMPTN gitudeh. Pakai bahasa Inggris pula. Haduh. Selain itu juga belajar dari soal TOEFL & IELTS preparation test.

Hari-H, merasa suasananya nggak memungkinkan untuk mengerjakan di rumah, akhirnya aku pergi ke internet cafe ditemani temen SMAku (thank youu Ririz & Ichak). Walaupun mereka nyusul, tapi aku tetep bahagia. Jadi nggak kayak anak hilang haha. Jam 8.30 aku sudah sampai dan standby. Tiba jam 9 tepat, akunku nggak bisa dibuka! Padahal udah dipencet berkali-kali lho. Akhirnya aku coba ganti browser yaitu Internet Explorer. Alhamdulillah langsung bisa. Walaupun telat hampir 15 menit, aku coba ngerjain kilat. Karena memang waktunya terbatas dan soalnya lumayan banyak (aku lupa jumlah soalnya). Ternyata soalnya ngga sesusah apa yang udah aku pelajari sebelumnya. Untuk soal English menurutku seperti soal UN SMA.

 Sedangkan soal GMAT ternyata berisi soal-soal manajerial dan good newsnya adalah, menggunakan bahasa Indonesia hehe. Nggak ada hitung-hitungan, tapi dituntut untuk berpikir jernih karena memang soalnya tentang pengambilan keputusan. Tenang, semuanya pilihan ganda. Udah kayak UNBK gitudeh. English testnya ada listening session, ya. (kalau tahapannya masih sama), jangan lupa siapkan headset.

Setelah menjalani serangkaian tes online, 7 hari kemudian ada e-mail masuk yang menyatakan bahwa aku lolos ke tahap selanajutnya! Ternyata 7.000an mahasiswa tersebut disaring lagi menjadi 1.052 finalis. Jujur aja, aku sangat nggak nyangka bisa lolos sampai tahap ini. Saking pesimisnya, aku sempat berpikir untuk nggak melakukan konfirmasi. Sehingga aku nggak perlu ikut tes selanjutnya. Terima kasih semuanya yang udah kasih semangat ke aku untuk tetap lanjut dan bikin aku nggak menyerah di tengah perjalanan. Tes ini diselenggarakan di beberapa kota di Indonesia dan berlangsung selama 2 hari per kotanya.

Saatnya bertatap muka dengan pihak XLFL. Nah, ini nih yang paling bikin aku deg degan. Tes dimulai jam 7.30. Kalau telat, poin penilaian akan dikurangi. Sesuai gmaps, perjalanan dari rumah menuju venue ditempuh 20 menit. 40 menit sebelumnya, aku berangkat. Harapannya sih agar bisa ngobrol lebih lama dengan peserta lainnya. 20 menit sebelum dimulai, ternyata sudah banyak sekali yang datang.

Ada kejadian panik nih saat registrasi ulang. Jadi, salah satu berkas yang perlu dibawa adalah sertifikat hasil pembelajaran di e-learn (elearn.id). Berhubung aku nggak menemukan e-sertifikat untuk didownload, akhirnya aku cuma download resultnya aja.

Untuk kalian yang juga belajar di e-learn dan mau download sertifikat, ini ya caranya:

Buka elearn.id Login akun Tekan nama akun kalian di pojok kanan atas Tekan "View Profile" udah deh, disitu bakal muncul sertifikatnya.

(e-Learn dapat diakses oleh siapa saja dan GRATIS. Sangat bermanfaat untuk pengembangan diri, terutama softskills. Silakan buka elearn.id)

Semudah itu dan aku nggak tau?! Sebenarnya aku nggak tahu, apakah hal ini menjadi salah satu unsur nggak lolosnya aku ke tahap selanjutnya (eh, jadi ketahuan kalau aku nggak lolos). Karena, salah satu sertifikat yang menjadi persyaratan berkas itu nggak muncul, padahal sudah kukerjakan dan dapat nilai sempurna (maklum, soalnya pilihan ganda dan cuma 5). Tiba-tiba, aku inisiatif untuk mengerjakan ulang tes tersebut dengan harapan sertifikatnya bisa keluar. Sambil mengantre, aku mengerjakan. Hasilnya, aku hanya benar 2/5 hahaha. Sialnya lagi, sertifikat juga tidak muncul! Akhirnya aku mengumpulkan nilai yang sudah kupersiapkan sebelumnya (bukan sertifikat) dan pasrah kalau hasil tes yang baru berpengaruh pada penilaian. Ya, gimana lagi.

3. In Tray Case

Sebelum memulai sesi pertama di hari pertama, opening session dilakukan oleh dua XLFL facilitators yang dari penampilan dan gaya bicaranya saja sudah terlihat inspiratif. Katanya, walaupun sesi pertama bisa dikerjakan dalam bahasa Indonesia, tapi jika dikerjakan dalam bahasa Inggris akan mendapatkan extramiles (nilai plus). Di in tray case ini, setiap peserta diberi 1 lembar soal dan 1 lembar jawab. Seluruh soal menggunakan bahasa Inggris, berupa permasalahan perusahaan. Semacam soal manajerial gitu. Selama 45 menit, kita harus menjawab beberapa pertanyaan. Nggak usah khawatir nggak bawa jam tangan. Di depan ruangan, disediakan proyektor yang menampilkan timer. Dan ini juga digunakan di sesi selanjutnya (timernya yaa)

4. Presentation

Sama seperti sebelumnya, using English will give you extra miles. Sebelum presentasi, aku disuguhkan amplop dan disuruh ambil kertas yang berisi pertanyaan/penyataan yang harus dipresentasikan. Setiap orang memiliki waktu 1 menit untuk berpikir di luar ruangan. Setelah itu, aku dan 4 orang lainnya masuk ke dalam ruangan dan langsung presentasi selama 2 menit. Presentasinya bukan bareng-bareng ya. Jadi, setiap orang disuruh presentasi didepan satu juri, entah itu facilitator ataupun pihak PT XL Axiata. Cakupan casenya luas kok, bisa dinalar dengan cepat menurutku. Tapi nyatanya nggak semudah itu. Saat presentasi aku deg-degan banget dan apa yang sudah aku struktur jadi blank. Akhirnya coba terus nyerocos aja dan memaksimalkan waktu 2 menit tersebut.

5. LGD (Leaderless Group Discussion)

Nah, ini nih yang beda dari tahun sebelumnya. 2018 lalu, tahapan yang harus dilalui adalah FGD (Forum Group Discussion). Sebenarnya keduanya hampir sama. Yang membedakan adalah ada dan tidaknya moderator. Kalau FGD merupakan diskusi menggunakan moderator, sedangkan LGD ya langsung nyerocos aja. Nah, tapi aku dapat tips dari awardee XLFL 7, dalam FGD sebaiknya jangan mendominasi. Beruntungnya, kelompokku LGD di sesi 2 (LGD dibagi menjadi 3 sesi). Jadi kami bisa ngobrol-ngobrol dulu dan merancang struktur pembicaraan kami nantinya (walaupun belum dikasih tau casenya sih).

Memasuki ruangan, kami dipersilakan duduk melingkar perkelompok dan diberi kertas bertuliskan case yang harus dibahas. Dalam waktu 30 menit, kami diharuskan berdiskusi sekaligus membuat resume. Berhubung sebelum tes sudah direncanakan, maka ketika tes nggak perlu berunding siapa yang akan membuat resume. Waktu sudah dimulai, tapi belum ada yang angkat bicara. Akhirnya aku pertama kali menyampaikan pendapat hingga diskusi berlangsung dengan lancar. Setiap kelompok diperbolehkan menggunakan satu hp. Tapi sebenarnya tanpa hp pun juga akan mengalir.

Akhirnya berbagai tahap sudah terlalui! Tinggal satu tahap lagi yakni interview. Kata juri, pengumuman akan disampaikan melalui e-mail selambat-lambatnya pukul 9 malam hari yang sama. Ternyata pukul 3 sore aku sudah mendapat e-mail. Ini isinya:

Walaupun belum bisa lanjut, tapi aku tetap bersyukur bisa menjadi bagian dari 1.052 peserta dari 17.106 pendaftar. Untuk kalian yang memenuhi persyaratan, silakan dan selamat mencoba tahun depan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun