Mohon tunggu...
RACHMI FABIAN
RACHMI FABIAN Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fenomena Tik Tok, Minimnya Paham Literasi Digital

19 Juli 2018   10:50 Diperbarui: 19 Juli 2018   10:55 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Industri digital Tanah Air kembali menerima aplikasi pendatang baru yang berasal dari negeri Tirai Bambu yaitu Tik Tok. Tak disangka ternyata kemunculan platform sosial berbasis video ini mampu menarik perhatian khalayak dan bahkan saat ini sedang digandrungi di Indonesia khususnya para generasi muda.

Tik Tok adalah aplikasi yang memberikan special effects unik dan menarik yang dapat digunakan oleh penggunanya dengan mudah sehingga dapat membuat video pendek dengan hasil yang keren dan cepat serta dengan mudah dibagikan kepada pengguna lainnya. Platform sosial video pendek ini memiliki dukungan musik yang banyak sehingga penggunanya dapat melakukan performnya dengan tarian, gaya bebas, yang mendorong kreativitas penggunanya menjadi content creator.

Realita Saat Ini

Melihat kondisi saat ini penggunaan aplikasi Tik Tok cenderung mengarah ke sisi negatif. Hal ini disebabkan karena kontennya yang dianggap bermuatan pornografi dan memberikan pengaruh buruk kepada anak-anak. Padahal aplikasi tersebut sudah dibatasi untuk pengguna usia 12 tahun keatas, tetapi realitanya justru berbanding terbalik dengan apa yang sudah ditetapkan. 

Inilah yang membuat kemenkominfo memberlakukan pemblokiran terhadap aplikasi tersebut. Seperti yang diungkapkan Menkominfo Rudiantara, bahwa alasan mendasar pemblokiran Tik Tok adalah adanya konten (yang cenderung) negatif dan banyak dikonsumsi anak-anak. Meskipun tidak ada data statistik yang bisa dipaparkan, namun jika melihat secara kasat mata, konsumen anak-anak memang mendominasi.

Sebenarnya Tik Tok tidak salah, justru penggunannya lah yang harus dibenahi mindset nya karena keluaran dari sebuah alat bergantung pada penggunanya. Aplikasi Tik Tok bisa menjadikan penggunanya menjadi seorang content creator yang kreatif jika digunakan dengan baik dan benar. Namun faktanya para pengguna menjadi keranjingan membuat video Tik Tok dengan  penampilan yang tidak sopan dan gerakan yang tidak umum demi mencapai popularitas. 

Perlu dipertanyakan mengapa sampai kalangan anak-anak bisa dengan mudah mengunduh bahkan ikut terlena menggunakan aplikasi tersebut. Jawaban klasik mungkin karena eranya sudah berganti menjadi era milenial, eranya perubahan. Salah satu perubahan yang paling berdampak yaitu kemunculan teknologi digital yang semakin canggih dan modern sehingga berbagai kalangan umur pun mampu mengaksesnya dengan mudah. 

Jika hal ini dibiarkan maka akan berdampak terhadap pertumbuhan psikologis anak dimana sejak belia sudah dihidangkan dengan segala sesuatu yang serba instan. Adaptasi saja tidak cukup untuk merubah pola dan budaya anak-anak, bahkan peran dari orang tua pun juga belum maksimal melihat semakin banyaknya anak-anak yang termanjakan dengan kehadiran ponsel pintar atau smartphone.

Minimnya Pemahaman Teknologi bagi Orang Tua 

Dalam istilah teknologi ada yang dinamakan dengan "digital immigrant". Digital Immigrant merupakan gambaran seseorang (terutama yang sudah berumur) yang selama masa kehidupan anak hingga remaja berlangsung belum mengenal teknologi. Para digital immigrant memiliki kecepatan yang berbeda saat beradaptasi dengan teknologi. Seperti halnya gadget, walaupun tidak semua orang tua seperti itu tapi mereka merasa cukup hanya dengan memahami dasar-dasarnya saja yang penting bisa dimanfaatkan untuk berkomunikasi.

 Ada juga beberapa situasi dan kondisi tertentu yang membuat para orang tua tidak begitu awas dalam hal mengontrol anaknya saat menggunakan gadget. Ketika lagi sibuk dan anaknya tiba-tiba rewel maka jalan pintasnya dengan memberikan gadget supaya tenang. Mungkin mereka pikir dengan demikian sudah berhasil, tetapi tidak dengan dampak kedepannya. Yaitu anak akan merasa kecanduan dan jika sudah seperti itu orang tua akan menganggap bahwa perkembangan teknologi lah yang terlalu cepat.  Saya tidak begitu yakin orang tua anak mampu memberikan pemahaman literasi digital kepada anaknya secara optimal melihat minimnya pengetahuan mereka tentang teknologi.

Literasi Digital

Begitu pentingnya literasi digital di era ini mengingat perkembangan aplikasi teknologi digital akan terus berkembang tanpa terkontrol. Jika tiap individu tidak membekali diri dengan kemampuan literasi digital, maka semakin sulit untuk menyikapi perkembangan teknologi digital kedepannya dengan bijak. Media digital bukanlah sesuatu yang netral, karena ia membawa nilai yang memberikan dampak bagi individu bagaimana ia menjalani kehidupan sehari-hari.

Literasi digital merujuk pada adanya upaya mengenal, mencari, memahami, menilai dan menganalisis serta menggunakan teknologi digital. Literasi digital adalah ketertarikan, sikap dan kemampuan individu yang menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.

Melihat fenomena yang terjadi saat ini, maka literasi digital yang perlu digalakkan adalah soal batasan usia pengguna aplikasi tersebut. 12 tahun adalah usia yang masih dalam tahap pengawasan untuk menanggapi perkembangan teknologi digital. Memang pengembangan aplikasi semakin maju tapi tidak dengan penggunanya karena mereka hanya berpikir mudahnya pada saat itu saja. Ketika terlanjur nyaman dan terus dilanjutkan maka mereka tidak berpikir efek kedepannya akan sepert apa, bahwa teknologi digital tidak selalu membawa konten yang positif. Dengan demikian pemahaman literasi digital sudah menjadi suatu keharusan bagi orang tua untuk diedukasikan kepada anaknya  agar tetap berada dalam batas kewajaran.

Selain pembatasan usia mengenai penggunaan sebuah aplikasi, orang tua harus cukup jeli dengan pemberian gadget kepada anak. Jangan terlalu dini untuk memberikan gadget apalagi jika anak tersebut masih dibawah 5 tahun karena untuk usia ini yang utama bukan gadgetnya, melainkan peran orang tua. Gadget hanya sebagai sarana edukasi tapi peran orang tua lebih besar untuk ikut mengawasi dan mengontrol perkembangan sang anak.

Blokir Bukan Solusi

Ternyata pemahaman akan pentingnya literasi digital menjadi sesuatu yang harus di edukasikan. Tidak hanya untuk anak-anak saja melainkan kepada pengguna-pengguna aplikasi yang semakin miris dalam memanfaatkan teknologi digital. Sekali lagi blokir bukan solusi yang tepat jika tidak memberikan dampak yang positif. Dari pada memberlakukan pemblokiran, akan jauh lebih baik jika pihak yang berwenang memberikan edukasi tentang penggunaan aplikasi secara bijak dan cerdas agar menjadi generasi yang melek bermedia dan digital. Alangkah baiknya jika mereka diberikan sosialisasi terkait pentingnya pemahaman literasi digital seperti pertimbangan saat akan memiliki dan batasan-batasan dalam menggunakan aplikasi tersebut. Tidak ada kata terlambat untuk melakukan perubahan agar tidak semakin parah dampaknya.

referensi :

 daily social.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun