Mohon tunggu...
Rachma Wati
Rachma Wati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rekam Peristiwa di Awal Kurikulum 2013

14 Oktober 2017   09:30 Diperbarui: 14 Oktober 2017   09:44 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Bu, murid-muridnya sangat cerdas. Apa mereka sudah terbiasa dengan bertanya dan mendiskusikan setiap materi seperti hari ini?"

  Saya menatap mahasiswa doktoral UNY itu dengan tidak percaya. Kaki saya yang belum hilang dari gemetar,  menjadi objek observasi penelitian,  tiba-tiba mengokoh laksana kaki-kaki gedung pencakar langit. Saya menjawabnya dengan penuh kepastian, benar,  hal itulah yang setiap hari kami lakukan di kelas.

Pada ujung tahun pembelajaran 2012, guru kelas satu dan empat dikumpulkan oleh kepala sekolah, tentang wacana pelaksanaan kurikulum 2013. Kepala sekolah menyampaikan dengan penuh kepastian  bahwa sekolah kami termasuk 20% sekolah yang dijadikan pilot project pelaksanaan kurikulum 2013. Saat itu hadir pengawas dari UPT untuk menjelaskan Kurikulum 2013. Sayangnya pengawas  tersebut justru menyampaikan bahwa, Kurikulum 2013 sudah pasti akan dilaksanakan, tetapi format dan instrumennya belum ditandatangani. Kami menjadi ragu-ragu tentang kepastian pelaksanaan kurikulum ini mengingat sudah di pengujung tahun 2012.

Minggu terakhir liburan, guru-guru kelas 3 dan 4 baru mendapat surat penugasan. Kami dikumpulkan di Hotel Eden, Kaki Gunung Merapi, untuk mengikuti pembekalan Kurikulum 2013. Ibarat prajurit perang, guru adalah garda terdepan pendidikan Indonesia. Apapun kurikulumnya, keberhasilannya ada pada guru. Kita pasti dapat  melakukan segalanya jika bersatu untuk  tujuan mulia. Itulah semboyan yang sering menjadi penyemangat  guru-guru  di sekolah kami. Dinginnya kaki Gunung Merapi dan jajaran pilar Hotel Eden menjadi saksi rentetan diskusi yang kami lakukan, di sela-sela pembekalan maupun simulasi praktik pembelajaran Kurikulum 2013. Kami tidak mempunyai waktu untuk mengkritisi tepat atau tidaknya Kurikulum 2013 dijalankan. Bagi kami, guru  sami'na wa atho'na, kami mendengar dan kami melaksanakan. Jika kami berkutat pada tepat tidaknya kurikulum, kami akan dimakan waktu. Berbagai hal harus kami putuskan menjadi draft yang diajukan kepada kepala sekolah, sebagai konsekuensi Kurikulum 2013. Kami harus siap dan mantap ketika masuk tahun ajaran 2013. Para siswa dan orang tua menunggu penjelasan tentang pelaksanaan Kurikulum 2013.

Pemakaian Kurikulum 2013 membawa perubahan besar  dalam  proses pembelajaran di institusi kami. Sebelum kurikulum ini diberlakukan, kami merupakan guru bidang studi. Kurikulum 2013 mengharuskan  pembelajaran sekolah dasar adalah pembelajaran tematik integratif.  Guru sekolah dasar adalah guru kelas yang mengampu seluruh muatan pelajaran dan dibelajarkan dengan tematik integratif.  

Perubahan ini sangat mendasar. Kami sudah terbiasa belajar masing-masing bidang studi kemudian harus belajar seluruh materi pelajaran dengan pendekatan pembelajaran tematik integratif. Pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek dalam mata pelajaran maupun antar pelajaran agar para siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh, sehingga memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran seperti membuat minuman jus berbagai macam buah, sehingga buah yang penyusun tidak dapat terlihat lagi. Kami harus mengemas pembelajaran sehingga siswa tidak mengetahui muatan-muatan yang dibelajarkan. Perubahan mendasar ini kami terima satu minggu sebelum tahun ajaran baru, saat perangkat pembelajaran biasanya sudah tersusun rapi di meja kami, untuk menyambut tahun ajaran baru.

Sudah sepuluh tahun, saya menjadi bagian dari institusi pendidikan ini. Pada waktu itu sekolah ini menerapkan promosi dan degredasi dengan menggolongkan kelas berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh. Beberapa tahun terakhir saya dipercaya mengampu kelas dengan nilai rata-rata di bawah tujuh. Saya berada di antara murid-murid yang tidak memiliki semangat belajar karena berkebutuhan khusus slow learn,susah konsentrasi, atau masalah belajar yang lain. Banyak guru yang akan memasuki kelas saya, menghela nafas panjang dan menyiapkan energi untuk melaksanakan pembelajaran. Berbagai aduan kenakalan maupun kemalasan akan dilaporkan setelah mengajar. Saya hanya tersenyum dan mengangguk, walau kadang menangis dalam hati, terutama saat para guru apatis, tidak peduli, dan menganggap murid-murid saya tidak dapat dibenahi, sebuah kewajaran jika tanpa progres setelah pembelajaran.

Pada tahun ini, saya akan berada di antara murid-murid kelas saya,  sejak pagi hingga tutup kelas. Beberapa teman ada yang prihatin dan memberi semangat, sementara teman yang lain pesimis. Bagi saya, ini adalah tantangan baru, tetapi jika melihat catatan wali kelas terdahulu tentang peserta didik kelas ini, saya menjadi gamang, lunglai, akankah dapat mengantarkan mereka di kelas selanjutnya? Apalagi pada pembekalan Kurikulum 2013, ada slide tentang pembelajaran tematik integratif yang menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran ini pada awalnya, dikembangkan untuk anak-anak berbakat dan bertalenta (gift and talented), cerdas, pada program perluasan belajar, dan yang belajar cepat. Semangat saya semakin mengerut, terbayang murid-murid saya, sama-sama berkebutuhan (anak gift), bedanya keduanya terlalu di atas dan di bawah.

Sami'na wa atho'naseorang guru, tidak taklid. Guru harus mempelajari dan membuat strategi. Saya berusaha mempelajari tematik integratif Fogarty. Pembelajaran tematik integratif menurutnya harus dapat memberikan pembelajaran bermakna. Kebermaknaan akan muncul manakala konsep yang saling tumpang tindih terjawab dengan berbagai informasi. Guru berhasil memfasilitasi siswa dalam pendekatan pembelajaran ini dengan cara mengarahkan dan mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan memperluas materi secara mandiri melalui diskusi, observasi, studi literature dan dokumentasi (metode inquiry), dan cara belajar yang dapat menumbuhkan dan memupuk motivasi internal peserta didik untuk belajar lebih jauh dan lebih mendalam.

Pengetahuan baru tentang tematik integratif dan berbagai pegangan dari pembekalan Kurikulum 2013 di Hotel Eden, baik silabus, pemetaan, dan RPP, menjadi modal awal memasuki tahun ajaran 2013. Salah satu yang tidak kalah penting adalah jejaring yang telah terbentuk antara kami guru-guru pelaksana Kurikulum 2013. Setidaknya kami tidak sendiri sehingga dapat saling bertanya, menjawab, dan berdiskusi tentang pelaksanaan kurikulum. Hal yang kemudian menjadi energi, jantung urat nadi bagi saya pribadi adalah teman-teman dalam paralel kelas. Kami tidak pernah berhenti berdenyut untuk bergerak, berdiskusi, menerjemahkan berbagai hal baru sehingga dapat diselaraskan dengan kebiasaan di sekolah kami.

Pada tanggal 15 Juli 2013 saya berdiri di depan pintu kelas menyambut murid-murid yang berjumlah 29 anak, terdiri dari 25 anak murid lama dan 4 murid pindahan. Catatan dan informasi dari wali kelas terdahulu menjadi acuan bagi saya mengatur tempat duduk dalam kelompok diskusi yang menjadi ruh dari pembelajaran tematik. Beberapa murid perempuan datang terlebih dahulu. Mereka tersenyum malu-malu, bersalaman dengan saya. Guru terdahulu menyampaikan anak-anak perempuan di kelas ini manis tetapi kurang bersemangat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun