Mohon tunggu...
Rachmawati Ash
Rachmawati Ash Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, dan pegiat literasi

Hobi menulis, membaca dan menonton film romance. Kegiatan mengajar di SMA, menulis novel, cerpen, artikel dan bahan ajar. Mengisi materi literasi ke sekolah-sekolah di Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Pamit

24 September 2024   15:49 Diperbarui: 24 September 2024   15:53 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Beberapa menit aku menunggu kedatangan Tita dengan harap-harap cemas. Kekasihku memang keras kepala, kalau punya kemauan tidak bisa dicegah. Tita bahkan tidak peduli aku mengkhawatitkannya. Suara motor matic berhenti di depan rumahku, Aku mempercepat langkah membuka pintu pagar. Aku mengambil alih motor Tita dan memarkirkannya di halaman rumahku, tepat di samping mobil Ayah.

"Masuk dulu, minum susu atau teh. Ada Dendi lagi nonton TV di dalam." Aku memberinya perintah. Dasar gadis keras kepala yang senang sekali membuat orang lain khawatir.

"Ayah dan Ibu tidak jadi ke Solo?" Tita berjalan di sampingku menuju ruang tengah. Aku menjelaskan pada Tita bahwa keluargaku sudah pulang dari Solo dan tidak jadi menginap. Tita memperhatikanku, wajahnya menatap penuh pertanyaan. Aku tahu apa yang dipikirkan Tita, iya, sama dengan yang kupikirkan, perjalanan dari Tasik ke Solo tidak dekat. Pasti mereka lelah sekali setelah melakukan perjalanan pulang pergi tanpa istirahat.


Dendi masih menatap layar televisi, wajahnya semakin pucat. Aku bisa memahami betapa lelah dirinya saatnya ini. Sampai Tita duduk di sampingnya pun Dendi tidak menyapa, hanya tersenyum simpul yang sangat sederhana. Tita membalas senyumnya, Tita tampak kecewa karena tidak biasanya dicuekin oleh adikku. Dendi selalu antusias kalau Tita datang, merajuk atau menagih jajanan ringan.


Aku memberikan segelas susu cokelat hangat pada Tita. "Habiskan dulu susunya, nanti aku antarkan pulang!" Aku sedikit mengancam karena Tita tidak pernah paham kekahawatiranku.

"Oke" jawabnya simpel sambil melingkarkan jari telunjuk dan jempolnya. Dendi melirik ke arahku, sinis sekali. Sepertinya dia masih kecewa karena aku tidak menemaninya ke rumah Bude tadi pagi. Ayah dan Ibu sudah tertidur lelap di kamar, aku tidak berani mengganggunya. Biasanya kalau Tita datang ke rumah, Ibu akan mengajaknya berbincang lama tentang model baju baru atau tanaman hias yang ada di toko online . Mereka memang pasangan "klop", sama-sama suka belanja dan mengikuti model terbaru. Aku tersenyum sendiri, membayangkan calon ibu mertua dan menantunya yang kompak.

Pintu rumahku diketuk beberapa kali, aku terkejut. Entah kenapa hari ini aku jadi sering merasa terkejut. Ada saja hal yang membuatku terkejut. Kubuka pintu, Tita berdiri di belakangku, beberapa warga dan polisi sudah berdiri di teras rumahku. Aku kembali terkejut, apakah aku sedang digerebek warga karena memasukkan gadis ke dalam rumah? Kan ada Ayah, Ibu dan adikku di rumah? Bagaimana mungkin aku bisa melakukan hal-hal mesum kalau ada keluarga bersamaku dalam satu rumah?

"Selamat malam Mas Arjun, kami dari kepolisian mengabarkan bahwa Ayah, Ibu, dan Adik Anda mengalamai kecelakaan tadi siang di Tol Salatiga."

Aku tidak percaya apa yang dikatakan polisi dan warga. Setelah bukti-bukti data kejadian, saksi dan kabar bahwa jenazah Ayah, Ibu, dan adikku sedang dalam perjalanan menuju ke rumah. Aku merasa seluruh tubuhku lemas, Tita segera menopang tubuhku.

Dengan sempoyongan aku meninggalkan Tita, mempercepat langkah menuju ke ruang tengah, TV masih menyala, Dendi tidak ada di tempat semula. Aku berlari membuka pintu kamarnya, gelap dan kosong. Aku kembali berlari ke ruang tengah, menghentikan langkah saat tidak sengaja melihat pintu kamar Ayah dan Ibu sedikit terbuka. Astaga. Aku hampir pingsan, Kulihat Ayah, Ibu, dan adikku tidur berjejer dalam ranjang yang sama. Terbujur kaku, pucat, dan penuh darah. Aku hampir saja masuk ke kamar, tepat saat sirene mobil ambulans bergema, suaranya berputar-putar di depan rumahku. Aku lemas, mataku melirik ke dalam kamar. Kosong.

Rachmawati Ash. Guru SMAN 3 Brebes. Founder TBM Rumah Sastra. Pembina Komunitas Penulis Masa Kini Kabupaten Brebes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun