Sudah dua tahun silam semenjak virus covid 19 menggemparkan satu dunia. Awalnya virus mematikan ini ditemukan pada bulan Desember 2019 dan diduga berasal dari pasar ikan Huanan yang menjual binatang ternak dan hewan liar di Wuhan, China. Nampaknya virus ini bukanlah yang pertama kali ditemukan pada tahun 2019. Pada tahun 2002 ditemukan pula virus serupa yang menyerang sistem dan pernapasan yaitu severe acute respiratory syndrome (SARS) yang disebabkan oleh SARS-coronavirus (SAR-CoV) dan penyakit Middle East respiratory syndrome (MERS) pada tahun 2012.
Meningkatnya angka positif covid-19 pada negara negara di dunia menjadikan covid 19 bukan lagi sebgai masalah nasional di tetapi sudah menjadi masalah global. WHO (World Health Organization) sebagai organisasi kesehatan dunia mengategorikan virus ini sebagai wabah pandemi. WHO mengajurkan kepada seluruh negara di dunia untuk berupaya semaksimal mungkin dalam menekan penyebaran covid 19. Berbagai usaha setiap negara pun dilakukan untuk menekan angka tingginya positif covid, , mulai dari lockdown hingga pembatasan sosial yang diterapkan dalam aktivitas sehari hari.
Virus yang menyerang sistem imun ini tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia, tetapi juga menimbulkan permasalahan sosial berskala besar, akibatnya berdampak pada banyak sektor diantaranya yaitu kehidupan sosial dan melemahnya ekonomi masyarakat seperti yang akan dibahas pada kesempatan kali ini.
Mobilitas manusia menjadi penyebab utama virus ini cepat menyebar hingga mewabah dan masuk dalam kategori pandemi. Maka dari itu usaha yang dilakukan untuk mengurangi penyebarannya yaitu dengan pemberlakuan pembatasan mobilitas, seperti contohnya pemerintah menganjurkan untuk melakukan aktivitas, bekerja, belajar dan beribadah dari rumah, hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan kerumunan.
Pembatasan ini menimbulkan perubahan sosial dan dampak ekonomi. Dampak sosial yang terjadi karena interaksi sosial mansuia menjadi terbatas dan membuat masyarakat menjadi jarang berkomunikasi secara langsung.
Pada bidang ekonomi dampaknya sangat terasa. Ekonomi merupakan pondasi dalam kehidupan manusia, pernyataan ini diperkuat oleh kehidupan sehari hari masyarakat yang selalu melibatkan ekonomi. Dengan adanya ekonomi membantu manusia dalam memenuhi kebutuhannya seperti Sandang (pakaian), Pangan (makanan) dan Papan (tempat tinggal/rumah) dan lain -- lain. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat harus bekerja dan mendapatkan penghasilan seingga kebutuhannya bisa terpenuhi. Kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas namun kebutuhan manusia dibatasi dengan jumah pendapatan yang ia terima.
Dampak ekonomi yang terjadi menurut Stynes (Disbudpar Banten, 2013 : 20) dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu :
- Direct Effect (dampaknya terhadap kesempatan kerja, pendapatan pajak, penjualan, dan tingkat pendapatan)
- Indirect Effect (dampaknya terhadap perubahan mutu dan jumlah barang/jasa, perubahan tingkat harga, penyediaan properti dan variasi pajak serta perubahan sosial dan lingkungan)
- Induced Efect (dampaknya terhadap pengeluaran rumah tangga dan peningkatan pendapatan).
Dampak lainnya menurut Cohen (Dwi, 2015 : 21) diantaranya :
- Terhadap pendapatan
- Terhadap Ekonomi
- Terhadap pengeluaran
- Terhadap aktivitas ekonomi
 Kebijakan pembatasan yang diterapkan pemerintah membuat perekonomian turun drastis khususnya perekonomian masyarakat, misalnya saja seperti para pedagang diminta untuk menutup toko toko, pabrik, pasar swalayan kemudian banyak karyawan yang tekena PHK (Pemberhentian Hubungan Kerja) sehingga pendapatan masyarakat dalam segala bidang profesi menjadi terhambat sedangkan masyarakat harus memenuhi kebutuhannya, terlebih jikalau orang tersebut berperan sebagai kepala keluarga yang harus menafkahi keluarganya agar dapat terpenuhi kebutuhannya dan melanjutkan hidupnya. Dengan adanya pandemi ini semakin membebani masyarakat khususnya masyarakat kecil yang dimana sebelum adanya covid 19 kondisi ekonominya sudah sulit dan semakin sulit untuk bertahan dalam kondisi seperti ini.
Kondisi ekonomi yang kian memburuk selama pandemi ini hampir terjadi disemua kalangan tanpa memandang usia, agama dan pendapatan per bulan. PHK (Pemberhantian Hubungan Kerja) yang terjadi mengakibatkan semakin meningkatnya pengangguran, hal lain seperti pengurangan kegiatan industri, transportasi, pendidikan dan lain lain ikut menjadi penyebab perekonomian masyarakat menjadi terhambat terlebih pada aspek rumah tangga, UMKM, perusahaan dan finansial. Disinilah pendapatan keluarga menjadi ujung tombak perekonomian dunia.
Berdasarkan laporan kuartal 1 BPS (Badan Pusat Statistik) pada Mei 2020 menyatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi kuartal 1 tahun ini mencapai angka 2,97% dibandingkan kuartal IV pada tahun 2019 sebesar -2,41%. World bank mendefinisikan keulitan ekonomi sebagai tingkat kesejahteraan yang rendah dan memperkirakan pertumbuhan Indonesia hanya 0%. Tolak ukur umum mengenai kesulitan diseluruh dunia adalah memenuhi kebutuhan dasar hidup (basic needs) yang tercermin antara lain melalui konsumsi rumah tangga.