Mohon tunggu...
Rachmawan Deddy
Rachmawan Deddy Mohon Tunggu... Jurnalis - Profesional

Sarjana Pertanian yang berladang kata-kata. Penulis buku Jejak PKI di Tanah Jambi dan Jejak Sejarah Lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dan Kompas TV Pun Berganti Logo

12 September 2011   15:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:01 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Uf…Polemik soal Kompas TV oleh pemerintah akhirnya membuat manajemen Kompas TV “mengalah”. Keputusan itu baru saja diambil hari Minggu kemarin.

Sayang saya tidak berada di kota yang dapat menikmati siaran Kompas TV. Tapi saya coba cek ke kompas.com yang menampilkan tayangan penyedia konten tivi itu, ternyata benar.  Keputusan apa itu?

Managing Director Kompas TV, Bimo Setyawan mengatakan, mereka telah mengubah logo Kompas TV.  Perubahan itu adalah, ditiadakannya  huruf “TV”. Adapaun lambang penuh warna yang menyerupai huruf “K” tetap digunakan. Perubahan logo itu untuk menghilangkan kerancuan bahwa Kompas adalah stasiun televisi bukan sebagai penyedia konten bagi stasiun televisi lokal.

Saya yakin, usaha dibawah Kompas Gramedia tak hendak melawan aturan hukum dalam menjalankan usahanya. Meskipun saya percaya, langkah awal Kompas TV yang menjadi penyedia materi tayangan memiliki strategi dan rencana pengembangan bisnis kedepannya. Misalnya, menjadi stasiun televisi sendiri. Ah..harusnya dulu trans 7 tak dilego.

Terlepas dari polemik tadi, melalui penggalan tayangan live streaming dan iklan yang ada serta tulisan kompasianer tayangan Kompas TV sangat bermutu. Seorang teman saya bilang, kompas TV layaknya National Geographicnya Indonesia.

“Tayangannya bagus-bagus, mendidik. Cuma sekarang tayangannya itu laku ga di masyarakat (yang masih senang sinetron),” kata teman saya.

Di usianya yang masih sangat muda, Kompas TV masih memiliki tantangan. Bukan saja soal penyajian, tapi juga eksistensi dan bagaimana merebut pasar pemirsa. Salam santun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun