Mohon tunggu...
Rachmawan Deddy
Rachmawan Deddy Mohon Tunggu... Jurnalis - Profesional

Sarjana Pertanian yang berladang kata-kata. Penulis buku Jejak PKI di Tanah Jambi dan Jejak Sejarah Lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Selamat Tinggal Cerpen Kompas

18 Mei 2011   08:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:30 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_108555" align="alignleft" width="300" caption="tampilan blog cerpenkompas.wordpress.com"][/caption] Ada beberapa rubrik dan tulisan yang saya tunggu dari Kompas edisi Minggu. Tulisan yang tak akan saya dapati pada edisi hari lainnya. Cerpen berada di urutan pertama yang ingin saya baca sebelum feature di halaman pertama. Lalu, sesekali saya baca Puisi dan tulisan Parodinya Samuel Mulia. Mengenai Samuel Mulia, padahal saya tak tertarik dan paham dengan mode kekinian. Tapi, bisa-bisanya tulisan itu menarik minat saya. Sementara tulisan Samuel diletakkan di halaman Tren yang membahas mode dan gaya hidup. Mungkin karena tulisan  itu mengalir dan jujur, makanya saya tertarik menikmati “curhatnya” di Kompas Minggu. Walaupun sesekali. Sebenarnya saya bukanlah pelanggan Kompas, apalagi pembeli setia. Kompas hanya sesekali saya beli. Bila ada peristiwa atau berita yang menarik minat,barulah saya keluarkan Rp 3.500 perak untuk Koran yang sudah berusia 46 tahun itu. Kompas versi cetak di kompas.com dan epaper, jadi alternatif ketika saya tak membeli versi cetak, atau saya tak menemukannya di kantor. Maklum, ternyata beberapa rekan, juga melirik Kompas Minggu, utamanya untuk membaca cerpen. Syahdan, Kompas digital itu akhirnya tak bisa saya dan Anda-anda tentunya, nikmati lagi terhitung 1 Mei lalu. Ya, persis 17 hari lampau, belum terlalu lama bukan? Bila masih ingin menikmati versi digital, silakan berlangganan. Sialnya, saya bukan termasuk yang berlangganan. Tiba-tiba saya teringat sebuah blog cerpenkompas.wordpress.com. Di Blog yang saya tak tahu siapa pengelolanya itu rutin diposting cerpen yang terbit di Kompas edisi Minggu. Terkadang dari sana saya menikmati cerpen yang terbit di Kompas Minggu. Usia blog ini jauh lebih tua dibanding persentuhan saya dengan blog. Cerpen yang diposting paling awal adalah pada 27 April 2003 lampau yang berjudul Surat Keramik karya Asmudjo Jono Irianto. Lalu, secara rutin pemilik akun ini memposting cerpen-cerpen  Kompas. Istiqomah yang patut diapresiasi. Bahkan, ia juga memberik link ke kumpulan tulisan milik penulis yang sudah dikenal. Tak banyak yang dapat saya gali dari blog ini. Kalimat pengantar mengenai blog itu sendiri cukup singkat. “Saya penikmat cerpen-cerpen pada harian Kompas minggu, lalu mengklipingnya di sini; siapa tahu saya mau membacanya lagi, entah sebagai pelepas penat, pengisi pundi jiwa, mungkin juga referensi atau cuma iseng. Mencarinya di tumpukan koran bekas tentu lebih melelahkan daripada menelusuri arsip digital yang sudah disimpan dengan rapi.” Begitu tulisnya. Hampir saja mengatakan selamat tinggal kepada blog ini. Selamat tinggal cerpenkompas.wordpress.com. Tentunya ucapan perpisahan itu berhubung tak semua orang lagi bisa mengakses kompas versi digital. Kecuali, mereka yang berlangganan. Tapi, syukurlah kalimat perpisahan itu urung terucap. Nyawa cerpenkompas.wordpress.com masih ada sampai sekarang. Barangkali pengelola akun saking cintanya dengan cerpen Kompas, ia berlangganan versi digital. Kini, ketika saya ketinggalan Kompas Minggu di kantor karena tak tahu berada di mana atau ketika saya tak membelinya, blog inilah jadi pilihan satu-satunya. Terima kasih ya cerpenkompas. Terakhir, ada yang tahu siapa pengelola blog itu? Bila ya, bolehlah kita berbagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun