Sudah setahun lebih saya tidak menonton film di bioskop. Film besutan Ari Sihasale, Tanah Air Beta akhirnya yang memecahkan kejumudan saya itu. Bayangan saya, film berlatar pascajajakpendapat di Timor Timur itu berkisah tentang semangat heroik, rasa patriotisme memilih NKRI ketimbang Timor Leste. Tapi ternyata itu hanya latar belakang semata. Menurut saya, kisah film ini justru lebih seperti film bertema persahabatan. Persisnya persahabatan dua anak manusia, Griffit Patricia (Merry) dan Yehuda Rumbidi (Carlo). Merry anak bu guru Tatiana yang diperankan Alexandra Gottardo. Ia terpisah dengan kakanya, Mauro. Adapun Carlo, teman sepengungsian yang kerap menjahili dirinya. Belakangan, keretakan pertemanan keduanya justru berbalik menjadi hubungan persahabatan yang sangat erat. Nah, disinilah menariknya. Dua anak itulah yang justru jadi bintang. Ruh Tanah Air Beta berada pada akting dua bocah ini. Terlebih ketika keduanya melewati perjalanan bersama ke perbatasan Montae. Anda yang telah menonton film ini, saya yakin sepakat keduanyalah yang menghidupi film ini. Jadi, tak salah jika Tanah Air Beta merupakan layar lebar bagi Yehuda Rumbisi alias Carlo untuk menarik simpati penggemar sebagai pendatang baru. Sedikit bukti kalau Carlo lah yang jadi bintang, seratusan penonton film ini di sebuah bioskop 21 di Jambi, justru berebut berfoto bersama Carlo ketimbang bintang lainnya. Padahal ada Ari Sihasale, produser, sutradara juga pemain Tanah Air Beta, Alexandra Gotardo, Asrul Dahlan (Abu Bakar), Marcel Raymond (Mauro) dan Nia Zulkarnain di sana. Meskipun, tetap ada yang penonton yang mengajak bintang lainnya untuk berfoto bersama. Setidaknya itulah yang saya tangkap seusai menonton Tanah Air Beta ketika enam artis itu secara tiba-tiba muncul di pintu keluar studio. Saya termasuk beberapa penonton lain spontan meneriakan nama Carlo lantaran belum hapal nama Yehuda Rumbisi. *tulisan asal di saat ngantuk seusai rapat sore zzzzz…
