Selesai sudah rangkaian acara pekan ASI sedunia tahun ini. Acara yang selalu diperingati setiap tahun mulai tanggal 1 hingga 7 Agustus untuk mendorong pemberian ASI dan meningkatkan kesehatan bayi di seluruh dunia. Hal ini dilakukan untuk memperingati Deklarasi Innocenti yang ditandatangani pada Agustus 1990 oleh perwakilan pemerintah, WHO, UNICEF, dan organisasi lain untuk melindungi, mempromosikan, dan mendukung menyusui.
Beragam organisasi bergabung menjadi satu dan bahu-membahu untuk menyebar-luaskan informasi dan membuat rangkaian acara untuk memperingati pekan ASI sedunia ini. Terakhir adalah kemarin, dimana salah satu direktorat di kementerian kesehatan menyelenggarakan webinar atau simposium daring atau entah apa lah namanya, untuk menutup rangkaian acara pekan ASI sedunia ini.
Kenapa menyusui penting? Dan kenapa bukan menyusu? Penting, karena ada peran ibu yang sentral dan ada dukungan untuk ibu yang diperlukan, artinya, semua harus mendukung kalau ibu mau berhasil menyusui. Lalu, kenapa bukan pekan menyusu saja? Nah, ini mungkin karena menyusu lebih kepada peran bayi, masih ingat IMD? Kepanjangannya adalah Inisiasi Menyusu Dini bukan menyusui karena peran bayi yang lebih aktif, bayi harus bergerak mencari puting susu ibunya dan mulai menyusu untuk yang pertama kalinya.
Apakah menyusui perlu tambahan air? Tidak, artinya lebih sedikit sumber daya alam yang digunakan, bandingkan dengan 1 kilo susu formula yang mengkonsumsi 4,700 liter air! Oh iya, ada yang beda dari Pekan ASI atau Pekan Menyusui tahun ini, dengan adanya pandemi semua acara dilaksanakan secara daring, namun pastinya tidak mengurangi maknanya dan tidak mengurangi apresiasinya.
Okelah, sudahlah, renungkanlah, yang jelas dalam memberikan ASI, ibu perlu dukungan, ibu perlu informasi, dan tanpa kita sadari banyak pahlawan-pahlawan tersembunyi (hidden heroes) yang berjasa di balik keberhasilan seorang ibu menyusui bayinya. Siapa mereka?
Sebuah yayasan sosial berusaha memberikan apresiasi kepada para pahlawan tersembunyi itu. Mereka adalah kader dan tenaga kesehatan yang tak kenal lelah memberikan konseling menyusui, konseling PMBA (Pemberian Makan pada Bayi dan Anak), kunjungan rumah, dan sosialisasi serta kegiatan lainnya untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI.Â
Selain itu, banyak kisah-kisah perjuangan seorang ibu yang juga layak diapresiasi, sebutlah nama Ibu Diana Lengu yang berasal dari Kabupaten Ngada Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ibu ini saat hamil dinyatakan sebagai ibu KEK (Kurang Energi Kronik), artinya berat badan ibu sangat rendah saat hamil. Namun dengan perjuangan tenaga kesehatan Ibu Maria Karmelita Doy, maka Ibu Diana perlahan memperoleh berat seimbang, hingga melahirkan di fasilitas kesehatan dibantu tenaga kesehatan, kemudian bisa melakukan proses IMD (Inisiasi Menyusu Dini), hingga berhasil terus menyusui bayinya. Hingga sekarang bayinya dalam keadaan sehat dan tumbuh-kembangnya sesuai dengan usianya.Â
Ada lagi kisah tenaga kesehatan dari Halmahera Timur, sebutlah namanya Pak Mano. Beliau ini walau seorang lelaki namun terus aktif memberikan konseling menyusui dan konseling PMBA di wilayah kerjanya. Masih banyak nama-nama lainnya, masih banyak perjuangan tak kenal lelah lainnya, masih banyak kisah-kisah yang mungkin belum muncul dan diapresiasi.
Kembali ke pembahasan soal PMD yang sudah selesai, ya, memang sudah selesai tapi proses menyusui tak pernah selesai, selalu ada ibu yang menyusui di dunia ini, selalu ada ibu yang butuh dukungan kita semua, selalu ada pihak-pihak yang menggembar-gemborkan seolah susu formula lebih baik dari ASI, selalu ada ibu yang khawatir karena ASI tidak keluar segera setelah bayinya lahir, selalu ada dan selalu ada...
Jadi, mari terus dukung ibu untuk menyusui! Menyusui sehatkan bumi! Ibu terlindungi, anak kuat, bumi sehat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H