Mohon tunggu...
Rachmat Willy
Rachmat Willy Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat fiksi

Menikmati hidup dengan membaca, menulis, dan ngeblog. Follow saya di @RachmatWilly pasti di follback.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membangun Keluarga = Membangun Bangsa!

23 Juli 2015   11:34 Diperbarui: 23 Juli 2015   11:34 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat sinetron Keluarga Cemara yang tayang di sekitar tahun 1996 hingga tahun 2005 di salah satu stasiun televisi swasta? Sinetron ini menggambarkan sebuah keluarga sederhana dan kehidupan sehari-hari mereka. Ada Abah, ada Emak, ada Agil, ada Ara, ada Teteh dan banyak tokoh lainnya. Ada tokoh yang antagonis alias kerjanya marah-marah terus dan ada tokoh protagonis yang senantiasa membantu penghidupan keluarga ini.

[caption caption="Keluarga Cemara. Sumber gambar: getscoop.com"]

[/caption]

Apa yang menarik dari kisah Keluarga Cemara? Banyak! Dari mulai bagaimana cara keluarga ini menyikapi masalah yang ditemukan sehari-hari yang tak jarang lebih banyak berkutat di masalah ekonomi, hingga masalah-masalah lain terkait pergaulan remaja atau pergaulan sosial lainnya. Yang jelas, banyak pelajaran berharga tentang kehidupan yang bisa didapat dari Keluarga Cemara ini. Dan semua pelajaran itu bermuara pada satu hal: Pentingnya fungsi sebuah keluarga!

Sebelum kita melihat lebih rinci tentang fungsi keluarga, mari kita pahami dulu definisi dari keluarga. Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Lalu bagaimana dengan kakek dan nenek serta anggota keluarga lain yang tinggal bersama-sama sebagai satu keluarga? Ya tetap keluarga juga namanya, dari situlah kemudian muncul istilah keluarga inti dan anggota keluarga tambahan.

Lalu, apa saja fungsi dari keluarga? Friedman (1998) membagi fungsi keluarga dalam 5 bagian besar sebagai berikut:

  1. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
  2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
  3. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
  4. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
  5. Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan (the health care function), yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

Indonesia membagi fungsi keluarga menjadi 8 dengan definisi operasional sebagaimana tercantum dalam UU No. 1992 jo PP No. 21 tahun 1994, yaitu:

  1. Fungsi Keagamaan, salah satu contohnya adalah memberikan contoh konkret dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan dari ajaran agama.
  2. Fungsi Budaya, salah satu contohnya adalah membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan sekaligus untuk menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai.
  3. Fungsi Cinta Kasih, salah satu contohnya adalah membina rasa, sikap, dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju Keluarga kecil Bahagia Sejahtera.
  4. Fungsi Perlindungan, salah satu contohnya adalah membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar.
  5. Fungsi Reproduksi, salah satu contohnya adalah mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak, dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga.
  6. Fungsi Sosialisasi, salah satu contohnya adalah membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang diperlukannya untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan mental), yang tidak/ kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat.
  7. Fungsi Ekonomi, salah satu contohnya adalah mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras, dan seimbang.
  8. Fungsi Pelestarian Lingkungan, salah satu contohnya adalah membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi. selaras, dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.

[caption caption="8 Fungsi Keluarga. Sumber: Materi nangkring BKKBN-Kompasiana."]

[/caption]

Karena pentingnya fungsi keluarga ini maka pemerintah juga secara sengaja menetapkan satu hari yang diperingati sebagai Hari Keluarga Nasional (Harganas). Setiap tahun Harganas selalu diperingati dengan berbagai penekanan tema yang berbeda-beda. Untuk tahun ini adalah tahun ke 22 Harganas diperingati secara nasional sejak pertama kalinya diperingati di tahun 1994 tepatnya di tanggal 29 Juni. Tahun ini, karena di bulan Juni berbarengan dengan bulan puasa maka pelaksanaan peringatan Harganas diundur ke bulan Agustus 2015. Kota Tangerang Selatan propinsi Banten menjadi tuan rumah peringatan Harganas tahun ini. Tema Harganas 2015 adalah “Melalui Hari Keluarga Nasional Diharapkan Mampu Membangun Keluarga Kecil yang Berkarakter dan Berketahanan Guna Mewujudkan Indonesia Sejahtera” sedangkan untuk motto Harganas tahun ini adalah “Keluarga Berkarakter, Indonesia Sejahtera”.

[caption caption="Kota Tangsel, tuan rumah penyelenggaraan Harganas XXII 2015. Sumber: harganas22banten.com"]

[/caption]

Kenapa harus keluarga berkarakter? Ini erat kaitannya dengan kondisi bangsa kita saat ini. Tak perlu kita tutup-tutupi kalau bangsa kita saat ini seolah kehilangan karakternya. Kemana bangsa yang dulu katanya ramah, jujur, santun dan senang bergotong-royong itu? Kenapa sekarang seolah berganti menjadi bangsa yang emosi, tak peduli, dan korupsi? Itulah mengapa perlu character and nation building. Kenapa perlu ada yang namanya revolusi mental. Kenapa sampai seorang presiden merasa perlu mengangkat hal ini sebagai satu hal yang teramat penting. Karena transformasi karakter bangsa hanya bisa diubah melalui keluarga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun