Iya, kalau di Bogor hujan juga, habislah kita.." jawab teman saya. Begitulah banjir menjadikan kami lebih akrab dan sering bertegur sapa.
Saya tak dapat membayangkan bila tanpa banjir, bagaimana kami membangun kebersamaan dan kekompakan diantara kami. Kompak saat bahu membahu mengangkat kulkas dan mesin cuci ke lantai atas. Kompak dan ringan tangan ketika dimintai tolong untuk ngangkutin aneka perabotan yang berat-berat.
Yang rumahnya bertingkat, tanpa sungkan menawarkan lantai atasnya untuk bisa dititipi dan ditempati barang-barang elektronik punya tetangganya. Yang mesin airnya gak kerendam dan punya air, dengan senang hati memberikan selang untuk tetangganya yang butuh air.
Yang gak punya air bersih pun tanpa sungkan minta nyelang ke tetangganya yang punya air. Begitulah kekompakan dan solidaritas sosial antar kami.
Selain ojek gerobak, yang kebanjiran order tentu bengkel-bengkel motor kaki lima, bengkel pompa air, dan tentu saja air gallon isi ulang untuk kebutuhan minum warga.
Kalau biasanya dalam seminggu cuma menangani satu dua pompa air, kini orderan menumpuk tak tertangani. Jasa ojek online pun meningkat tajam. Warga yang malas keluar rumah, lebih memilih jasa delivery order untuk memesan makananya.
Hampir semua warung makan yang saya temui, dibanjiri pembeli yang kebanyakan membungkus nasi ketimbang makan ditempat. Begitupun dengan tukang gorengan dan kopi.
Lewat surat seruan yang beliau keluarkan dan aksi nyata berupa kerja bakti ribuan sukarelawan yang terdiri dari ASN Pemprov DKI, TNI/Polri; Pramuka; Karang Taruna; Tokoh Masyarakat, dan warga, yang dilaksanakan pada Minggu pagi, 5 Januari 2020, bahu-membahu membersihkan lingkungan dan kawasan yang terdampak banjir.
Hasilnya, dalam hitungan jam wajah kawasan yang morat-marit terkena hantaman banjir menjadi bersih kembali. Leadership beliau dalam memimpin langsung penaganan banjir tentu patut diapresiasi.