Beliau kasih info kalau mereka akhir bulan Februari ini akan ke Sebira. Kepada Yuli saya minta agar koordinasi ke pihak Puskes kelurahan, takutnya rencana itu berubah. Dan, selasa malam, Yuli kasih kabar positif. Rabu, 27 Februari 2019 alhamdulilah akhirnya jadi juga ke Sebira.
Udara di Marina cerah berawan. Hanya riak-riak ombak kecil yang menemani perjalanan dari Marina ke Pramuka. Oh ya, kapal ini akan singgah ke beberapa pulau sebelum ke Sebira. Dari sekitar 30 seat yang tersedia, hampir semuanya terisi.Â
Pemberhentian pertama kami adalah pulau Pramuka, untuk menurunkan obat-obatan bagi RSUD. Satu dua penumpang pegawai kesehatan turun. Gantinya, naek beberpa orang teknisi AC untuk memperbaiki AC di Puskesmas Pulau Panggang.Â
Selepas, Pramuka, kapal menuju ke Pulau Panggang, menjemput beberapa tenaga Kesehatan lainnya. Tak lama singgah di Panggang, kapal menuju ke arah barat daya ke Pulau Kelapa.Â
Kali ini kami singgah agak lama, maklum banyak peralatan dan obat-obatan kesehatan yang diturunkan. Setelah bongkar muat barang dan penumpang, predator menuju ke Pulau Harapan, menjemput Yuli, staf PLKB dan beberapa tenaga kesehatan yang akan bertugas di pulau Sebira.
Maklum, pulau terluar di jajaran Kepulauan Seribu ini tak dilayani kapal predator. Untuk ke Sebira, kita harus berangkat dari pelabuhan rakyat di Muara Angke, numpang kapal nelayan yang biasanya mencari ikan jauh keluar dari gugusan Kepulauan Seribu.Â
Orang pulau biasa menyebut kapal kayu. Jika kita numpang kapal kayu, kita akan tua di laut lantaran lamanya waktu tempuh. rata-rata 8 jam perjalanan, sangat berbeda jauh bila kita naik kapal cepat yang hanya butuh waktu 3 jam-an.Â
Sadar akan sulitnya transportasi ke Sebira, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menginstruksikan kepada jajaran Dishub DKI Jakarta agar membuka layanan kapal cepat ke Sebira.Â
Syukur Alhamdulillah mulai Maret 2019, kini Sebira tak lagi terisolasi. 2 kali dalam seminggu kapal cepat milik Pemprov DKI melayari rute Muara Angke -- Sebira.