Mohon tunggu...
Rachmat Hidayat
Rachmat Hidayat Mohon Tunggu... Sejarawan - Budayawan Betawi

a father, batavia, IVLP Alumni 2016, K1C94111, rachmatkmg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Semalaman Menanti Banjir di Condet, Jakarta Timur

6 Februari 2018   09:32 Diperbarui: 6 Februari 2018   18:39 2475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banjir kembali menerjang sebagian Jakarta. Banjir kemarin, bisa disebut sebagai siklus lima tahunan. Kenapa demikian? Saya yang tinggal di Kawasan Condet, Jakarta Timur, yang relatif lebih aman ketimbang di daerah hilir seperti Rawajati, Manggarai, dan sekitarnya, pada sore kemarin kembali merasakan banjir. Tahun-tahun sebelumnya, pemukiman kami selamat. Terakhir kena, di tahun 2007 dan 2012.

Karena sudah terbiasa ngalamin banjir, kami nyantai saja ngadapinya. Beruntung sejak pagi peringatan dini telah dikeluarkan sehinga kami siap menyambut datangnya banjir kiriman. Sebelum "tamu" dari Bogor tiba, tetangga kami yang rumahnya hanya berjarak selemparan batu dari bibir Sungai Ciliwung telah siap siaga. Barang-barang elektronik sudah diungsikan ke tetangga yang rumahnya bertingkat. Pakaian-pakaian sudah dikosongkan dari lemarinya. Simpanan emas, dolar, dan rupiah yang tak seberapa, telah dikempit dan dimasukkan dalam kutang ibu-ibu.

Nah, setelah prosesi angkut-angkut barang kelar dikerjakan, warga pemukiman kami nongkrong di tanggul bibir sungai, untuk memantau ketinggian air sungai. Sambil mengisap rokok, mereka mulai dapat memprediksi kapan kira-kira air sungai akan menerjang pemukiman kami. Memprediksi seberapa besar ketinggian banjir yang mungkin akan terjadi. Dengan Handy Talky, beberapa pengurus RW berkoordinasi dengan rekan-rekan mereka yang ada di hulu dan hilir sungai.

Air mulai meninggi pada pukul 23.00
Air mulai meninggi pada pukul 23.00
Begitulah sampai tibalah saatnya "tamu-tamu" itu mulai berdatangan. Air mulai masuk menggenangi jalan di kawasan pemukiman kami sekira setelah shalat ashar. Lambat laun air mulai meninggi, dan puncaknya terjadi pada pukul 23.00 WIB. Semua badan jalan di Jalan Ciliwung/Buluh, yang melingkupi RW 16, Kelurahan Cililitan, terkena limpahan air cokelat Ciliwung. Ya, pemukiman kampung kami memang berbatasan langsung dengan Kali Ciliwung. Di sebelah timurnya adalah Jalan Condet Raya. Beruntung banjir semalam tidak separah banjir di tahun 2012. Hanya mampir sebentar. Dan, sekira menjelang shubuh, banjir telah surut.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan banjir di kawasan kami tak terlalu lama. Pertama adalah; jembatan di Kalibata yang menghubungkan Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, sudah dibongkar, diganti dengan fly over yang tinggi, sehingga sampah yang biasanya menyangkut di badan jembatan dapat bebas mengalir sampai ke hilir, sampah terus hanyut hingga ke Manggarai.

Musholla yang terendam banjir kiriman.
Musholla yang terendam banjir kiriman.
Sampah ini memang momok yang menakutkan bagi kami. Isinya macam macam, ada ranting hingga dahan pohon yang hanyut, pampers bayi, bahan-bahan dari styrofoam, bahkan hingga spring bed. Belum lagi sampah rumah tangga yang terbawa hanyut dari hulu. Nah, kalau sampah ini nyangkut di Jembatan Kalibata, maka aliran air akan terhambat, akibatnya air dari hulu tidak dapat terus melaju melainkan "mampir" di permukiman kami, di Condet.

Kedua, telah rampungnya sodetan di Banjir Kanal Barat, sehingga air dari hulu Ciliwung yang masuk ke Pintu Air Manggarai dapat terbagi dan tidak terkonsentrasi di satu titik. Ketiga, tidak adanya pasang air laut. Dan terakhir, semalam Jakarta tidak diguyur lebat. Kalau sampai hujan, perfect!

banjir-5a7914815e13731a0c2bfdb2.jpg
banjir-5a7914815e13731a0c2bfdb2.jpg
Yang juga patut disyukuri adalah, tak ada korban jiwa dan harta akibat hanyut dibawa banjir, semalam. Kalau pun ada kerugian, itu hanya berupa sisa lumpur yang melekat di dinding dan ubin rumah. Dan pagi tadi, warga sudah mulai mebersihkan rumahnya, mengeluarkan sisa air kiriman dengan gayung. Setelah itu menyiramnya dengan air bersih.

Pagi ini kiriman air dari Bogor telah berangsur surut. Sayangnya, bagi mereka yang rumahnya memang permukaannya berada lebih rendah dari kali, air masih belum surut, meskipun ketinggiannya berangsur menurun. Begitu lah banjir semalam yang terjadi di pemukiman kami. Kini kami bersiap untuk memantau kembali permukaan air sungai, karena kami tak tahu apakah si "tamu" masih ingin datang ke rumah kami atau tidak.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun