Banjir kembali menerjang sebagian Jakarta. Banjir kemarin, bisa disebut sebagai siklus lima tahunan. Kenapa demikian? Saya yang tinggal di Kawasan Condet, Jakarta Timur, yang relatif lebih aman ketimbang di daerah hilir seperti Rawajati, Manggarai, dan sekitarnya, pada sore kemarin kembali merasakan banjir. Tahun-tahun sebelumnya, pemukiman kami selamat. Terakhir kena, di tahun 2007 dan 2012.
Karena sudah terbiasa ngalamin banjir, kami nyantai saja ngadapinya. Beruntung sejak pagi peringatan dini telah dikeluarkan sehinga kami siap menyambut datangnya banjir kiriman. Sebelum "tamu" dari Bogor tiba, tetangga kami yang rumahnya hanya berjarak selemparan batu dari bibir Sungai Ciliwung telah siap siaga. Barang-barang elektronik sudah diungsikan ke tetangga yang rumahnya bertingkat. Pakaian-pakaian sudah dikosongkan dari lemarinya. Simpanan emas, dolar, dan rupiah yang tak seberapa, telah dikempit dan dimasukkan dalam kutang ibu-ibu.
Nah, setelah prosesi angkut-angkut barang kelar dikerjakan, warga pemukiman kami nongkrong di tanggul bibir sungai, untuk memantau ketinggian air sungai. Sambil mengisap rokok, mereka mulai dapat memprediksi kapan kira-kira air sungai akan menerjang pemukiman kami. Memprediksi seberapa besar ketinggian banjir yang mungkin akan terjadi. Dengan Handy Talky, beberapa pengurus RW berkoordinasi dengan rekan-rekan mereka yang ada di hulu dan hilir sungai.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan banjir di kawasan kami tak terlalu lama. Pertama adalah; jembatan di Kalibata yang menghubungkan Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, sudah dibongkar, diganti dengan fly over yang tinggi, sehingga sampah yang biasanya menyangkut di badan jembatan dapat bebas mengalir sampai ke hilir, sampah terus hanyut hingga ke Manggarai.
Kedua, telah rampungnya sodetan di Banjir Kanal Barat, sehingga air dari hulu Ciliwung yang masuk ke Pintu Air Manggarai dapat terbagi dan tidak terkonsentrasi di satu titik. Ketiga, tidak adanya pasang air laut. Dan terakhir, semalam Jakarta tidak diguyur lebat. Kalau sampai hujan, perfect!
Pagi ini kiriman air dari Bogor telah berangsur surut. Sayangnya, bagi mereka yang rumahnya memang permukaannya berada lebih rendah dari kali, air masih belum surut, meskipun ketinggiannya berangsur menurun. Begitu lah banjir semalam yang terjadi di pemukiman kami. Kini kami bersiap untuk memantau kembali permukaan air sungai, karena kami tak tahu apakah si "tamu" masih ingin datang ke rumah kami atau tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H