Mohon tunggu...
Rachmat Hidayat
Rachmat Hidayat Mohon Tunggu... Sejarawan - Budayawan Betawi

a father, batavia, IVLP Alumni 2016, K1C94111, rachmatkmg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tren Mempertahankan Jabatan, dari Salaman hingga Cium Tangan

19 Desember 2017   09:29 Diperbarui: 19 Desember 2017   21:55 2863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://srabahyudi.blogspot.co.id

"Bagus dong Pak, kalau Bu Kepala datang ke kantor kita," jawabku acuh tak acuh sambil tetap konsentrasi menyetir, maklum di depan kami melewati jalan sempit yang hanya cukup satu mobil.

"Iya, tapi kan aku jadi repot Mas, nyiapin keperluannya," gerutu bosku.

Oleh bosku, kehadiran Bu Kepala tidak selamanya membawa kebahagiaan. Sering sekali kehadirannya membawa "petaka dan mimpi buruk". Kenapa saya katakan demikian karena bila Bu Kepala datang maka si pejabat (bawahan Bu Kepala) akan menyiapakan segala keperluan, mulai dari kesiapan kerja di unit yang ia pimpin sampai kepada hal-hal teknis yang remeh temeh dan kadang diada-adakan. Nah, hal-hal remeh yang saya nilai lebay inilah yang kadang menyita waktu dan energi kami untuk menyiapkannya.

Si Udin misalnya, OB di kantor ini dipanggil oleh bosku. Ia diperintah untuk membeli durian. Iseng kutanya padanya, "Tumben bapak nyuruh beli duren, emang kenapa, Din?

"Iya mas, Bu Kepala kan mau datang, bapak nyuruh saya beli duren, untuk Bu Kepala," jawab Udin.

Saya tak habis pikir, sampai sebegitunya bosku melayani bosnya. Tak cukup dijamu dengan makan siang dari katering ternama yang biasa dipesan, di ruang kerja bosku tersaji pula parsel buah dan aneka snack nampan yang akan menemani makan siang Bu Kepala. Tak hanya itu, rangkaian bunga segar pun menghiasi ruang kerja bosku.

Tak hanya Udin. Siti, Pardjo, Mukidi, Septi, dan Pandjul, juga dipanggil ke (lantai) atas untuk diberi arahan. Dalam arahannya kepada para OB dan tenaga kebersihan, bosku berpesan agar mereka merapikan taman di depan kantor, membersihkan seluruh ruang kerja, pantry hingga toilet yang mungkin nantinya akan "disidak" oleh Bu Kepala. 

Ya, jangan sampai terjadi Bu Kepala menemukan ketidak rapihan di kantor kami. Maklum, Bu Kepala dikenal resik. Di mobilnya selalu tersedia buah-buahan segar dan tisu basah. Beliau memang gak betah kotor. Selalu ingin bersih dan rapih.

Bagiku ini adalah bentuk yang luar biasa dari "penjilatan" bawahan kepada atasan. Agar dinilai good boy, bosku melayani Bu Kepala dengan segenap jiwa raganya. Pengabdiannya kepada Bu Kepala sangat sepenuh hati. Untuk menggambarkan itu, kalau di militer ada istilah "melebihi panggilan tugas". 

Begitulah sikap bosku. Selain itu tutur kata dan perilaku bosku di depan Bu Kepala juga sangat sopan, laksana rakyat di hadapan rajanya. Tanpa sungkan ia membungkukkan badan tatkala berjabat tangan dengan Bu Kepala. Masih mending itu, bahkan ada salah satu bos dari divisi sebelah yang sampai mencium tangan Bu Kepala saking hormat dan penyerahan diri secara total kepadanya.

http://srabahyudi.blogspot.co.id
http://srabahyudi.blogspot.co.id
Bagi saya, (cium tangan) ini perbuatan yang menjijikkan. Selain pada orang tua, guru, dan kerabat (saudara) yang tua, --dalam ajaran yang orang tuaku terapkan-- pantang bagiku mencium tangan seseorang.

Inilah yang lazim terjadi di lingkungan kantorku. Demi mempertahankan jabatan, apapun dilakukan asalkan bos senang. Sebenarnya, menjamu atau memperlakukan bos adalah bagian dari tata krama adat ketimuran. Namun bila dalam jamuan itu lebih kental nuansa "penjilatan" ketimbang penghormatan yang wajar, yang ada hanyalah kebodohan yang dipertontonkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun