Mohon tunggu...
Rachmat Hidayat
Rachmat Hidayat Mohon Tunggu... Sejarawan - Budayawan Betawi

a father, batavia, IVLP Alumni 2016, K1C94111, rachmatkmg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mencontoh Semangat Berbagi dari Granite City

28 April 2016   14:24 Diperbarui: 28 April 2016   15:51 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di samping itu kebutuhan pangan pun disediakan. Pasokan makanan itu diperoleh selain dari sumbangan para donator berupa makanan, juga sumbangan berupa uang yang dibelikan dalam bentuk makanan. Untuk menampung dan menyimpan semua makanan itu, center menyiapkan beberapa lemari es (kulkas) atau cold storage seukuran lemari pakaian yang besar-besar. Beragam bahan olahan dari mulai daging, buahan, sayuran dan susu masuk ke dalam lemari pendingin.

Mereka yang datang ke center adalah para warga miskin yang tinggal di sekitarnya. Bahkan tidak hanya itu, ada pula yang datang dari kawasan sebelah. Aku sempat kaget saat melihat mereka yang datang kebanyakan bermobil. Namun, buru-buru pendampingku menerangkan bahwa kepemilikan mobil bukanlah sesuatu yang mewah di Amerika. Pasalnya, mobil sudah semacam kebutuhan primer bagi kebanyakan penduduk Amerika, seperti kepemilikan kendaraan bermotor bagi para warga miskin di Jakarta. Motor itu biasanya digunakan untuk mengojek dan mencari nafkah. Dan mobil-mobil yang kulihat hanya sekelas sedan seken seharga 20 jutaan rupiah.... Di sini, ukuran kaya dan miskin bukan ditentukan dari kepemilikan mobil, namun sejauh mana mereka dapat hidup secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

img-1284-jpg-5721b9dcb092739911352fc4.jpg
img-1284-jpg-5721b9dcb092739911352fc4.jpg
Aneka sepatu

Untuk memeperoleh bantuan dari Center, mereka didata oleh para volunteer dan diberikan semacam kartu jaminan sosial. Pada kartu itu tercatat nama-nama anggota keluarga. Meski kesan “wah” dan royal dalam memberi (charity) terlihat di center ini, sayangnya kebijakan ini (menurutku), –sadar atau tidak– akan membuat mereka (para penyandang masalah sosial) menjadi manja dan terlena karena adanya kemudahan dalam memperoleh bantuan berupa barang atau makanan, yang memang melimpah. Tampaknya kebijakan tersebut keluar dari pakem yang selama ini kuyakini bahwa lebih baik mengajari memancing ketimbang memberinya ikan. Namun boleh jadi center mempunyai pertimbangan tersendiri. Dan, bisa jadi memang, orang-orang yang dibantu itu adalah benar-benar warga yang harus selalu dibantu seperti para orang tua jompo yang tak sanggup lagi untuk bekerja.

Semangat berbagi ini memang salah satu kekuatan warga Amerika. Mereka tak segan-segan membantu seseorang yang memang membutuhkan pertolongan. Semangat ini yang tampaknya mulai pudar dan sulit diterapkan di Jakarta. Entah, mungkin karena tingkat kepedulian warga kota yang kurang atau bisa jadi tidak ada seseorang yang bisa menggerakkan dan meng-organize potensi yang ada dalam masyarakat. Dan model lembaga sosial ala ‘toserba’ seperti Granite City Community Care Center Inc ini bila diterapkan dalam lingkungan kita akan luar biasa magnitude-nya. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun