Mohon tunggu...
Rachmat Krismono
Rachmat Krismono Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Potensi dan Tantangan Nautical Tourism di Indonesia

9 April 2020   02:34 Diperbarui: 9 April 2020   10:55 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Panjang garis pantai di Indonesia mencapai 99.093 km, dengan 17.504 pulau dan lautannya seluas 5,8 juta km2 (sumber: Badan Pusat Statistik). 

Dengan potensi tersebut beserta kekayaan alam dan budaya yang dimilikinya, Indonesia memiliki peluang yang besar dalam mengembangkan pariwisata bahari sebagai destinasi wisata yang dapat diunggulkan, termasuk nautical tourism.

Nautical tourism adalah kegiatan wisata yang menggabungkan seluruh kegiatan rekreasi laut di pantai dan pesisir yang berhubungan dengan kegiatan sailling, boating, atau kombinasi keduanya (Luck, 2007). 

Kegiatan nautical tourism dapat mencangkup rekreasi dengan perahu, marina, kapal pesiar, islands hopping, dan penjelajahan alam laut dengan segala komponen yang dapat disajikan dalam hotel, restoran, kapal pesiar, resor, dan kafe (sumber: nauticaltourism.com.au). 

Dalam perkembangannya, nautical tourism semakin banyak diminati di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari semakin maraknya festival kemaritiman, seperti sail wakatobi, sail sabang, sail to natuna, dan beragam festival lainnya.

Secara geografis, Indonesia dapat dikatakan sebagai lumbung nautical tourism yang dapat dilihat dari banyaknya jumlah pulau dan panjang garis pantai. Tapi bukan hanya pulau, melainkan juga gugusan pulaunya. 

Potensi ini sangat besar untuk dikembangkan, terlebih lagi dari banyaknya pulau-pulau kecil yang layak untuk dijadikan destinasi pariwisata. Kepulauan seribu di Jakarta, misalnya, memiliki sebelas gugus pulau kecil yang sekarang sudah dimanfaatkan dengan baik sebagai destinasi pariwisata. 

Dari gugusan pulau tersebut, wisatawan dapat berkunjung ke berbagai pulau untuk menikmati berbagai atraksi dan fasilitas yang disediakan.

Potensi besar lainnya dapat dilihat dari kekayaan alam dan budaya maritim yang sangat beragam. Di Raja Ampat sendiri, terdapat 553 jenis karang yang merupakan 75% dari jenis karang di seluruh dunia ada disini beserta berbagai macam biota laut lainnya (sumber: kkp.go.id). 

Potensi kekayaan alam laut ini bukan hanya ada di Raja Ampat, melaikan juga di wilayah lainnya, seperi Natuna, Wakatobi, Bali, Belitung, dll. 

Potensi ini sangat besar karena menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk dapat melihat berbagai kekayaan alam bawah laut yang menakjubkan. Selian itu, kekayaan budaya bahari juga menambah daya tarik. 

Sail Sabangg 2017, sebagai contoh, turut serta menyajikan atraksi budaya seperti sajian kuliner dan kopi tradisional aceh, parade kapal tradisonal, dan sajian tari ratoh jarioe (Irvan, 2017).

Namun, di samping potensi yang sangat melimpah, beberapa tantangan menjadi sebuah isu permasalahan yang menghambat pengembangan nautical tourism di Indonesia. 

Permasalahan tersebut yaitu isu pelestarian lingkungan hidup dan pelibatan masyarakat lokal dalam pengembangan destinasi wisata. Permasalahan lingkungan hidup menjadi krusial karena jantung dari nautical tourism merupakan sajian kekayaan alam yang sangat menarik untuk diliat. 

Dengan semakin berkurangnya kualitas lingkungan hidup di perairan laut, tentu akan sangat berdampak bagi kualitas dan kuantitas nautical tourism. 

Wisatawan menjadi tidak tertarik lagi untuk berkunjung ke suatu pulau yang kualitas lingkungnnya tidak baik, seperti banyaknya sampah, sedikitnya biota laut, dan air laut yang keruh. Tentu berbeda dengan wilayah yang bersih, dan terdapat banyak biota laut.

Disamping itu, pelibatan masyarakat secara aktif juga menjadi penting sebagai bagian dari upaya pariwisata berkelanjutan. Dampak dari keikutsertaan masyarakat dalam mengelola nautical tourism dapat berkorelasi positif dengan meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar secara signifikan, meningkatkan kualitas hidup, dan pengembangan kebudayaan sebagai atraksi budaya. Tentu keseluruhan potensi tersebut harus berjalan beriringan dengan peran pemerintah dan juga swasta dalam mengelolanya.

Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan nautical tourism. Namun, tatangan dalam pengelolaan seperti permasalahan lingkungan hidup dan pelibatan masyarakat lokal menjadi isu strategis yang jika dapat diatasi malah akan memberi keuntungan kepada berbagai pihak, termasuk aspek lingkungan. 

Untuk itu, diperlukan sinergi aktif dari masyarakat, pemerintah, dan swasta untuk dapat mengembangakan nautical tourism sebagai bagian dari optimalisasi potensi pariwisata di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun