Mohon tunggu...
Rachmat Hendayana
Rachmat Hendayana Mohon Tunggu... Penulis - Tinggal di Bogor

Peminat Sosial Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Esensi Literasi Baca Tulis dan Literasi Media

20 Mei 2022   09:57 Diperbarui: 20 Mei 2022   10:14 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: BALIPOST.com/Pentingnya Kecakapan Literasi Baca Tulis

Di era digitalisasi saat ini  mestinya kecakapan membaca dan menulis warga masyarakat Indonesia  itu sudah lebih baik, jika indikasinya dilihat dari pemilikan gadget. 

Mengutip Evita Devega pada kominfo.go.id (10/10/2017), terdapat 60 juta penduduk Indonesia memiliki gadget atau urutan kelima dunia terbanyak kepemilikan gadget. 

Menurut Lembaga Riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada tahun 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. 

Dengan jumlah pengguna smartphone sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika.

Literasi baca tulis dan literasi media orang Indonesia mestinya juga sejalan dengan  kepemilikan gadget. Orang Indonesia saat ini sudah terbiasa membaca informasi, berita dan atau menulis WA  pada gadget.  

Menurut data wearsocial per Januari 2017 terungkap orang Indonesia bisa menatap layar gadget sekitar 9 jam dalam sehari. 

Akan tetapi hal itu tampaknya belum cukup alasan  literasi baca tulis orang Indonesia sudah baik. Faktanya menurut UNESCO minat baca orang Indonesia ini sangat rendah.  hanya 0,001%. 

Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca!. oal literasi baca tulis orang Indonesia ini posisinya  berada pada urutan kedua dari bawah.

Mengutip Evita Devega pada kominfo.go.id (10/10/2017,  Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. 

Data tersebut didasarkan hasil riset bertajuk World's Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016.

Esensi literasi baca tulis dan literasi media, tidak hanya sebatas penguasaan dan penggunaan gadget, meskipun melalui  gadget orang dapat memperoleh  berbagai informasi  beredar. Sayangnya menurut kominfo.go.id, informasi yang didapatkan seringkali bukan berasal dari media yang bisa dipercaya. 

Mereka mendapatkan informasi dari media sosial yang lebih banyak dipenuhi oleh opini, bukan fakta. Bahkan  mereka malah percaya dengan portal-portal fake news dan akun-akun penyebar hoax.

Lalu sejauhmana esensi literasi baca tulis dan literasi media yang diharapkan?

Literasi baca tulis

Menurut historisnya baca tulis merupakan nenek moyangnya dari segala jenis literasi. Literasi baca tulis ini bahkan bisa dikatakan sebagai makna awal literasi, meski kemudian dari waktu ke waktu makna itu mengalami perubahan. 

Tidak mengherankan bila pengertian literasi baca-tulis mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Dulu, literasi baca-tulis hanya dipahami sebagai melek huruf. Hanya sekadar dapat mengenal huruf-angka serta bisa membaca dan menulis.

Dalam perkembangan, literasi baca-tulis dimaknai tidak sebatas mengenal huruf dan angka, tetapi pemahamannya ditunjukkan oleh  kemampuan dalam berkomunikasi di masyarakat.

Dengan demikian spektrum literasi baca-tulis lebih luas. Esensi literasi baca tulis adalah meningkatnya pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah dan memahami informasi.

Kemampuan terhadap unsur-unsur tersebut selanjutnya digunakan  untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan,.

Disamping itu dengan literasi baca tulis, orang-orang akan mampu mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.

Bagaimana dengan literasi media?

Seiring perkembangan teknologi komunikasi, dari hari ke hari, Indonesia terus mengalami kemajuan baik di bidang teknologi maupun komunikasi. Teknologi informasi  mulai banyak bermunculan dan dapat dinikmati masyarakat secara luas mulai tahun 1990-an. 

Ketika itu media cetak, media elektronik, dan media baru atau yang selanjutnya dikenal sebagai literasi media. Kehadiran berbagai media tersebut mampu mendorong terjadinya interaksi sosial, menggiring opini dan mendorong terjadinya perubahan sosial.

Istilah literasi media ini menurut suku katanya terdiri dari dari literasi dan media. Literasi artinya memahami dan media adalah tempat pertukaran informasi atau pesan yang berlangsung. Dari pengertian itu istilah literasi media merujuk  pada kemampuan masyarakat yang "ngeh" atau melek terhadap media massa.

Menurut Diskominfo (31 Mei 2018), yang dimaksud melek media massa tersebut tidak sebatas memahami bentuk atau wujud medianya, tetapi lebih pada pemahanan substansi yang dimuat dalam media tersebut.

Jadi esensi literasi media merupakan kemampuan mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi dalam berbagai bentuk media

Selain itu literasi media juga merupakan seperangkat perspektif yang digunakan secara aktif saat mengakses media massa untuk menginterpretasikan pesan yang dihadapi. Akhirnya, literasi media tidak hanya sekadar memberikan informasi dan hiburan semata, tetapi juga mengajak khalayak umum untuk melakukan perubahan perilaku.

Secara garis besar  literasi media berhubungan dengan bagaimana khalayak dapat mengambil kontrol atas media. Literasi media merupakan skill untuk menilai makna dalam setiap jenis pesan, mengorganisasikan makna itu sehingga berguna, dan kemudian membangun pesan untuk disampaikan kepada orang lain.

Dengan demikian esensi  literasi baca tulis dan literasi media ini, tidak sekedar bisa baca dan menulis serta mengetahui bentuk-bentuk media komunikasi. 

Tuntutan literasi baca tulis dan literasi media lebih jauh lagi. Literasi baca mendorong  untuk  mampu memilah informasi, berita dan pesan-pesan  yang bermanfaat  dari sumber-sumber yang layak dipercaya, sehingga terhindar dari hoax. 

Literasi menulis, mengarahkan kita untuk menuliskan hal-hal yang bermanfaat, memberikan pencerahan, dan memotivasi untuk kerja lebih baik dan efektif. Sedangkan literasi media, mendorong kemampuan kita memilah media yang sumbernya bisa dipercaya, sehingga tidak terjebak memilih media yang tidak jelas sumbernya atau keberadaanya meragukan.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun