Mohon tunggu...
Rachmat Hendayana
Rachmat Hendayana Mohon Tunggu... Penulis - Tinggal di Bogor

Peminat Sosial Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perilaku Masyarakat pada Suasana Baru

15 Mei 2022   17:10 Diperbarui: 15 Mei 2022   17:21 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: suara.com/ilustrasi pasar tradisional

Suasana baru yang menjadi topik bahasan dikaitkan dengan aktivitas ekonomi yang berlangsung pasca momen lebaran yang sudah lama lewat. Sudah diketahui umum bahwa dalam konteks kegiatan ekonomi manusia sebagai makhluk sosial memiliki karakteristik emosional yang perhatiannya sangat mudah berubah. Hal itu terlihat ketika membuat keputusan, yang biasanya cenderung lebih berorientasi pada kepentingan diri sendiri.

Karakteristik manusia seperti itu mendasari terwujudnya  perilaku ekonomi yang dikemudian hari melahirkan teori perilaku ekonomi. Kita memaklumi teori perilaku ekonomi muncul dengan latar belakang pendekatan ekonomi tradisional atau model pilihan rasional. Orang yang memiliki pemikiran rasional diasumsikan mampu menimbang biaya dan manfaat dengan benar serta menghitung pilihan terbaik untuk diri sendiri.

Dalam tataran empiris, meskipun secara normatif  manusia berusaha memaksimalkan kepuasannya ketika  dihadapkan pada sejumlah pilihan yang terbatas,  akan tetapi manusia terkadang bisa saja mengambil keputusan yang tidak rasional. Inilah yang mendorong munculnya ekonomi perilaku yang dapat menjelaskan motif manusia dalam pengambilan keputusan ekonomi, khususnya terkait dengan psikologi manusia.

Apakah itu Ekonomi Perilaku?

Ekonomi perilaku (behavioral economics)  memiliki arti dan makna yang berbeda dengan perilaku ekonomi (economic behavior). Merujuk hukum DM dalam tata bahasa Indonesia, dapat dikemukakan pada "ekonomi perilaku", aspek ekonomi menjadi obyek yang diterangkan oleh perilaku, sedangkan pada kata: "perilaku ekonomi", obyek yang diterangkan adalah perilaku  dan  ekonomi yang menerangkan.  Itu dari segi bahasa.

Munculnya ekonomi perilaku ini dapat dipandang sebagai kritik terhadap ekonomi tradisional yang menganggap manusia senantiasa membuat keputusan rasional. Padahal faktanya, terkadang manusia membuat keputusan yang tidak rasional. Tergantung pada kondisi emosional manusia saat itu.

Jadi ekonomi perilaku lebih mempelajari batas rasionalitas melibatkan konsep-konsep psikologi, ilmu saraf, dan teori ekonomi mikro. Ekonomi perilaku kadang dianggap sebagai alternatif bagi ekonomi neoklasik, mempelajari pengambilan keputusan pasar dan mekanisme yang mendorong pilihan publik. Biasanya ekonomi perilaku ini tidak sesuai dengan prediksi model ekonomi.

Merujuk Trihadi Pudiawan Erhan dari Universitas Multimedia Nusantara (10/05/2020), dijelaskan bahwa ekonomi perilaku menggabubgkan psikologi dan ekonomi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang perilaku manusia dan pengambilan keputusan. Dengan memahami bagaimana keputusan dibuat, memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempengaruhi perilaku orang lain.

Konsep ekonomi perilaku didasari (1) anchoring, (2) availability bias, (3) chunking, (4) confirmation bias, (5) framing effect, (6) loss aversion, (7) relativity bias, (8) reciprocity bias, (9) scarcity effect dan (10) social proof. 

(1)  Informasi pertama yang pertama diterima akan menimbulkan bias pada pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Artinya, walaupun harga yang ditawarkan sama, penambahan informasi mengenai harga seharusnya membuat produk dipersepsikan lebih murah. 

(2) Orang memiliki kecenderungan untuk fokus pada hal-hal yang cepat terpikir atau terbayangkan adalah representasi dari kejadian secara keseluruhan dibandingkan dengan fakta itu sendiri

(3) Pendekatan untuk menggunakan kapasitas memori jangka pendek manusia secara lebih efisien dengan mengelompokkan informasi. Orang akan merasa dimudahkan bila sebuah pekerjaan dipecah ke dalam unit lebih kecil walaupun sebenarnya jumlah yang dikerjakan sama

(4) Kecenderungan seseorang untuk mencari,  lebih menyulai, dan mengingat informasi sesuai dengan kepercayaan yang sudah ada sebelumnya

(5) Perbedaan reaksi emosional seseorang akibat perbedaan cara menyajikan suatu informasi. Contoh, walaupun sebenarnya kedua produk memiliki atribut yang sama, akan tetapi perbedaan cara menyajikan informasi membuat orang akan lebih memilih Yogurt 99% bebas lemak dibandingkan Yogurt mengandung 1% lemak.

(6) Orang akan lebih merespons kemungkinan untuk kehilangan sesuatu dan akan berusaha mencegah kehilangan tersebut ketimbang upayanya untuk mendapatkan manfaat lebih tinggi. Contoh: Lihat promosi terbatas dengan kata-kata: "Selama persediaan masih ada", "Hanya hari ini saja", Akan segera berakhir", dan sejenisnya

(7) Konsumen tidak memiliki konsep yang pasti mengenai konsep dari sebuah nilai, sehingga ia akan menggunakan hal lain yang dijadikan pembanding untuk mengukur nilai

(8) Kebutuhan pada alam bawah sadar untuk memberikan sesuatu saat kita telah menerima sesuatu seperti pujian, pertolongan, hadiah. Perhatikan ketika di Mal misalnya, banyak orang yang pada akhirnya membeli sebuah produk karena telah mencicipi sampel dari produk tersebut dikarenakan merasa harus membeli dibandingkan dengan memang ingin membeli.

(9) Kecenderungan seseorang untuk menaruh nilai yang lebih tinggi kepada barang yang lang atau sulit ditawarkan dibandingkan dengan barang yang secara mudah didapatkan, contoh barang yang dijual di distro

(10) Kecenderungan untuk mencari pendapat atau petunjuk orang lain untuk membuat keputusan. Saat kita akan membeli barang, akan mencoba mencari pendapat dari banyak orang (testimoni) untuk kemudian menjustifikasi pilihan yang akan kita ambil.

Perilaku masyarakat pada suasana baru, tampaknya banyak diwarnai oleh fenomena terjadinya ekonomi perilaku. Normatifnya, manusia punya pertimbangan rasional ketika berusaha memaksimalkan kepuasannya menghadapi sejumlah pilihan yang terbatas,  akan tetapi manusia terkadang bisa saja mengambil keputusan yang tidak rasional. Inilah yang mendorong munculnya ekonomi perilaku yang dapat menjelaskan motif manusia dalam pengambilan keputusan ekonomi, khususnya terkait dengan psikologi manusia. 

Dengan demikian terjadinya fenomena ekonomi perilaku menjadi alternatif  dalam perekonomian  disamping fenomena perilaku ekonomi. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun