Mohon tunggu...
Rachmat Hendayana
Rachmat Hendayana Mohon Tunggu... Penulis - Tinggal di Bogor

Peminat Sosial Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ubah Mindset, Adaptasi Perubahan

8 Mei 2022   21:00 Diperbarui: 12 Mei 2022   13:02 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mengubah mindset! (Nabila Nurkhalishah Harris via kompas.com)

Dalam menghadapi perubahan yang terjadi, hampir dipastikan setiap orang pernah mengalami krisis kepercayaan diri (trust issue). 

Perubahan bisa terkait dengan lingkungan tempat kerja, lingkungan tempat tinggal, atau bisa juga perubahan suasana. Antara lain, misalnya perubahan yang terjadi pasca lebaran Idul Fitri.

Apa itu krisis kepercayaan?

Mengutip pendapat Bunga Asrina Tanjung dalam yoursay.suara.com (19/1/2022), krisis kepercayaan adalah situasi ketika seseorang mengalami rasa sulit untuk percaya kepada orang lain. 

Krisis kepercayaan itu biasanya berkaitan dengan trauma masa lalu: mungkin karena pernah dikhianati, disakiti, dikecewakan, atau diabaikan oleh seseorang yang selama ini dipercayainya.

Kalau kita mudah curiga kepada orang lain, atau tiba-tiba tidak mau ketemu dengan seseorang, dan menjadi posesif atau protektif, maka saat itu kita sedang mengalami trust issue. 

Krisis kepercayaan itu bisa juga kita rasakan ketika ketemu seseorang yang coba mau disapa, ternyata dia bersikap dingin atau cuek. Tidak merespons kehadiran kita sebagaimana biasanya, sekalipun dalam suasana Idul Fitri.

Kondisi demikian juga bisa diindikasikan orang itu sedang mengalami krisis kepercayaan terhadap kita. Terkadang orang yang mengalami trust issue itu sering kali sulit memaafkan kesalahan orang lain.

Krisis kepercayaan diri bisa juga disebabkan oleh munculnya rasa minder baik dari segi penampilan maupun kemampuan. Tidak jarang pula hal ini dipengaruhi karena kondisi lingkungan yang membuat seseorang merasa terabaikan.

Jika trust issue itu menghinggapi diri kita, jangan dianggap remeh. Pembiaran terhadap hal itu akan berpengaruh pada kehidupannya ke depan dan bahkan bisa memutus tali silaturahmi. Jika hal itu benar-benar terjadi tentu akan menggugurkan amalan yang telah diperoleh.

Untuk mengatasi terjadinya trust issue itu, ada beberapa solusi yang disarankan para pakar. Tetapi kunci dari semua solusi yang disarankan itu bermuara pada mindset atau pola pikir. Apakah itu mindset?

Memahami Mindset

Ilustrasi Fixed Mindset -Growth Mindset. (Sumber: Freepik)
Ilustrasi Fixed Mindset -Growth Mindset. (Sumber: Freepik)

Mindset menjadi faktor kunci dalam mengatasi trust issue. Setiap orang secara individu pada dasarnya memiliki ide, pendapat, rencana, cita-cita. Unsur-unsur tersebut diolah oleh otak/akal/pikiran dan selalu dipengaruhi atau ditentukan oleh sikap perilakunya. Itu semua tercermin sebagai mindset.

Dalam kehidupan seseorang mindset itu menjadi sesuatu yang sangat sentral. Mindset menunjukkan cara berpikir seseorang dalam mewujudkan ide/pendapat/ rencana/cita-citanya. Mindset itu dipengaruhi oleh perasaan/pandangan dan sikap perilakunya (attitude) tentang sesuatu.

Tiap individu, memiliki mindset berbeda-beda. Hal itu sesuai dengan rencana dan tujuannya masing-masing. 

Mengutip Rhenald Kasali, dalam bukunya Disruption (2017), mindset merupakan suatu kumpulan pemikiran yang terbentuk sesuai dengan pengalaman dengan keyakinan sehingga dapat mempengaruhi perilaku atau cara berpikir seseorang dalam menentukan suatu sikap, pandangan hingga masa depan seseorang.

Di antaranya ada mindset yang bisa diubah dari waktu ke waktu (growth mindset), ada juga yang tidak bisa diubah (fixed mindset). Keduanya berimplikasi berbeda terhadap respons perkembangan yang berlangsung.

Mindset tetap, membangun kepercayaan bahwa perilaku seseorang telah ditetapkan. Mereka memiliki keyakinan bahwa intelegensi, bakat atau sifat merupakan fungsi hereditas atau keturunan. 

Perilaku orang yang memiliki mindset tetap mengesampingkan kritik. Bahkan Ia akan merasa terancam dengan kesuksesan orang lain. Ia menjadi sangat takut dan tak menghasilkan perubahan. Ia terkungkung oleh pengalaman masa lalunya, menyangkal realitas baru.

Sementara itu orang yang memiliki mindset berkembang (growth mindset) sadar bahwa perilaku dari seseorang merupakan hal yang bisa diolah dengan beberapa usaha. Ia bisa menjadi kreatif dan tidak takut melihat perubahan seperti yang dilakukan anak-anak muda tanpa beban masa lalu. Tidak terjadi krisis kepercayaan pada orang yang memiliki mindset berkembang.

Untuk mengubah mindset itu tidaklah mudah, karena ia menetap dalam pikiran bawah sadar seseorang. 

Sandy dalam bukunya The Piece of Mind (2006) menyatakan, bahwa pikiran bawah sadar merupakan gudang dimana seluruh informasi tersimpan. Pengalaman yang direkam dalam pikiran bawah sadar inilah yang membentuk pola pikir seseorang.

Dengan demikian untuk mengadaptasi perubahan, kita bisa melakukannya dengan menerapkan mindset berkembang (growth mindset). 

Lawanlah pikiran-pikiran negatif terhadap seseorang, beranikan diri untuk berkomunikasi, lalu maafkanlah kesalahan orang lain dan juga diri sendiri. Setelah itu bangun kepercayaan kepada orang lain, belajar menerima keadaan dan coba mengapresiasi kondisi mereka apa adanya.

Kita juga harus memulai membedakan dengan jelas antara harga diri dan kepercayaan diri. Semakin kita menghargai diri sendiri, kepercayaan diri juga akan tumbuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun