Dalam sebuah pidato kenegaraan, Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan: “Kita berada di lingkungan globalisasi yang sangat dinamis yang penuh perubahan, penuh kecepatan, penuh risiko, penuh kompleksitas dan penuh kejutan-kejutan yang sering jauh dari kalkulasi kita, sering jauh dari itungan-itungan kita. Kita harus meninggalkan cara-cara lama. Cara-cara baru dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah Indonesia”.
Tindak lanjut dari pidato tersebut, Presiden Joko Widodo memperkenalkan dan membahas "korporasi petani" pada Rapat Terbatas Kabinet Kerja pada 12 September 2017, sebagai manajemen baru yang diusulkan dalam pengelolaan agribisnis.
Tujuannya untuk mengubah pola kerja petani yang masih konvensional dan cenderung masih tradisional ke arah usahatani yang lebih modern.
Cara-cara baru yang dibutuhkan itu meliputi spektrum yang luas, mulai dari perubahan pola pikir (paradigma) dan penggunaan aplikasi hingga ke cara pengolahan dan pemasaran produk menggunakan platform modern (digital, online, dan retail store).
Filosofi Korporasi Petani
Secara filosofis konsepsi korporasi petani dipandang sebagai bagian dari transformasi ekonomi, yaitu gerakan besar untuk mengubah sistem ekonomi konvensional menjadi sistem ekonomi yang demokratis.
Dalam tataran empiris, korporasi petani diaplikasikan pada pengembangan kawasan pertanian sebagai kelembagaan ekonomi petani yang berbadan hukum koperasi atau bentuk lainnya, dan sebagian besar modalnya berasal dari petani.
Pengembangan kawasan pertanian berbasis korporasi petani memiliki peran strategis membangun institusi ekonomi dalam bentuk korporat (badan usaha), baik bersifat inklusif maupun eksklusif, eksploitatif atau sebaliknya untuk kepentingan bangsa dan negara.
Pengembangan korporasi petani dapat menjadi infrastruktur sosial ekonomi untuk mentransformasikan kegiatan ekonomi berbasis individu menjadi berbasis korporat. Hal itu mendorong korporasi petani bersifat inklusif dan cerdas serta memberdayakan dan menggerakkan ekonomi kawasan pertanian.
Secara legalitas formal konsepsi korporasi petani tertuang dalam RPJMN .Korporasi petani diimplementasikan sebagai major project yang merupakan salah satu upaya dalam membangun sistem pengembangan kawasan pertanian terpadu.
Kiprah korporasi petani akan mengintegrasikan subsistem hulu, budi daya, dan pascapanen (on farm), dengan pengolahan dan pemasaran serta subsistem penunjang (hilir). Korporasi petani akan dikembangkan pada klaster komoditas pertanian melalui kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum.
Nantinya korporasi petani mampu menciptakan unit usaha bisnis pertanian secara mandiri maupun bermitra dengan badan usaha lainnya dalam meningkatkan nilai tambah, daya saing, dan kesejahteraan petani melalui konsolidasi manajemen usaha tani dari skala kecil (gurem) menjadi skala agribisnis.
Pada kawasan pertanian diterapkan azas economies of scale sehingga pengelolaan sumber daya dalam kawasan menjadi lebih efisien dan produktif.
Bersaing dengan Model Bisnis
Langkah awal yang perlu dilakukan korporasi petani untuk berkiprah sebagai entitas bisnis di sektor pertanian adalah pemetaan potensi dan peluang usaha.
Tujuannya untuk mengetahui potensi yang dimiliki dan peluang yang ada. Lalu susun sinkronisasi antara pemanfaatan potensi agar bisa mengisi peluang yang ada.
Hasil pemetaaan potensi dan peluang itu dijadikan landasan dalam perancangan kegiatan. Perlu dipertimbangkan agar produk yang dihasilkan bisa berorientasi pelanggan. Salah satu pendekatan yang ditempuh adalah menampilkan nilai proposisi (value poposition) yang prospektif.
Nilai proposisi produk ditampilkan sedemikian rupa sehingga memudahkan para calon pelanggan mengetahui kelebihan dari suatu produk atau jasa. Nilai proposisi adalah suatu gambaran jasa atau produk yang menjadi nilai bagi pelanggan jika membelinya.
Nilai tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah pelanggan yang tidak dimiliki oleh pesaing. Hal tersebut dapat dilihat dari sebuah pernyataan yang mengajak calon pelanggan untuk membeli produk atau menggunakan jasanya.
Lewat penampilan nilai proposisi, korporasi petani dapat menonjolkan keunggulan produk yang lebih baik dari pesaing. Untuk memperkuat nilai proposisi dari produk yang dipasarkan dibuat “branding” yang unik, spesifik dan “menjual”.
Tahapan berikutnya menyusun model bisnis yang efektif dan atraktif melalui bisnis model canvas (BMC), yang dikenal banyak orang untuk mendefinisikan model bisnis startup. Penerapan BMC ini oleh korporasi petani sangat tepat, untuk membangun bisnis startup, yang kelak dapat berasosiasi dengan e-commerce.
Pengembangan BMC dalam korporasi petani, dikenalkan dengan sembilan elemen penting, salah satunya adalah nilai proposisi, yang dimaknai sebagai manfaat yang ditawarkan korporasi kepada pelanggan yang dilayani.
Elemen nilai proposisi akan mempengaruhi komponen lain dalam model bisnis tersebut, dan akan menentukan target pasar yang dipilih atau sebaliknya.
Hal ini menjadi kesempatan bagi korporasi petani untuk menjelaskan keunggulan dan kekuatan produk atau jasa dibandingkan bisnis lainnya.
Elemen model bisnis tersebut juga dapat menjadi pembeda yang meyakinkan pelanggan untuk menggunakannya. Jadi, sebelum memulai sebuah bisnis, korporasi petani harus menentukan segmen pasar dan target audience yang akan menjadi pelanggan.
Ketika membuat proporsi nilai konsumen pada model bisnis canvas, Anda harus mengetahui beberapa poin penting yang dapat mendatangkan manfaat bagi pelanggan. Produk apa yang ingin ditawarkan oleh korporasi petani?, dan apa saja keuntungan yang diperoleh pelanggan ketika menggunakannya?
Berikut ini ada tiga hal yang disarankan untuk dipertimbangkan dalam menyusun nilai proposisi dalam rencana bisnis korporasi petani.
Pertama, tulislah semua nilai proposisi layanan atau produk yang ingin ditawarkan. Setelah itu silahkan nilai proposisi tersebut dikategorikan dari sudut pandang pelanggan.
Kedua, pain relievers. Artinya Anda harus dapat menjelaskan bagaimana produk atau jasa yang dipasarkan dapat menyelesaikan pengalaman negatif atau risiko yang pernah dialami pelanggan. Beberapa persoalan yang harus dijawab korporasi petani ketika berhubungan dengan pain relievers, adalah:
- Apakah produk atau jasa yang ditawarkan korporasi petani dapat menghilangkan risiko yang ditakuti pelanggan?
- Apakah produk korporasi petani dapat meningkatkan performa kerja yang kurang baik?
- Apakah pengalaman pelanggan dapat lebih baik dari sebelumnya?
- Apakah produk atau jasa yang ditawarkan korporasi petani ini bisa lebih efisien dari sisi waktu, dan tenaga yang selama ini digunakan pelanggan?
Ketiga, gain creators. Korporasi petani dapat menjelaskan bagaimana layanan atau jasa bisa memberi manfaat yang menguntungkan bagi pelanggan.
Dalam block ini, Anda harus dapat menjawab: Apakah pelanggan dapat menerima hasil yang positif dari produk atau layanan dan memudahkan pekerjaan pelanggan? Lalu apakah solusi yang diberikan melebihi harapan pelanggan, dan pelanggan dapat menghemat tenaga, uang dan waktunya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H