Itu terjadi ketika Raja Salman turun dari mobil hendak memasuki Istana Kepresidenan Bogor. Jokowi yang tak mau tamu tuanya terpeleset akibat jalan yang licin karena hujan deras, sigap menuntun Sang Raja meski jas dan peci hitamnya kebasahan. Padahal saat itu pengawal dari Arab Saudi sudah memayungi Sri Baginda.
Situasi serupa juga terjadi usai rangkaian resmi kedua negara usai. Tangan kiri Raja Salman menggandeng erat tangan kanan Presiden Jokowi saat keduanya akan turun tangga keluar dari Istana. Mereka sungguh terlihat harmonis.
Lalu Bagaimana TKI?
Ada 11 nota kesepakatan yang terjalin saat Raja Salman tiba di Indonesia, Rabu 1 Maret 2017. Namun dari kesemuanya itu, tak ada satupun yang membahas mengenai ketenagakerjaan.
Pemerintah hanya mengatakan, "(TKI) agar mendapat pengayoman dan perlindungan dari Raja Salman." itu pun melaui pernyataan resmi dari Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Hingga Raja Salman bertolak ke Bali pada 4 Maret 2017, kesepakatan soal tenaga kerja juga tidak tampak.
Padahal, Rusmini Wati, buruh migran asal Indramayu yang bekerja di Riyadh harus was-was tiap harinya. Ia hampir mati di tiang gantung karena dituduh majikan pria telah menyantet majikan perempuannya.
Begitu juga dengan Riko, suami Rusmini. Meski hatinya sedikit lega karena istrinya tak kunjung dihukum pancung, namun Rusmini harus menjalani 1.200 kali hukum cambuk dan tetap mendekam di balik jeruji besi selama 3 tahun lagi dari 5 tahun penjara yang sudah dijalaninya.
Rusmini boleh sedikit lega. Namun 4 buruh migran asal Indonesia tak bernasib sama dengannya. Dalam catatan Migrant CARE, sudah ada Yanti Iriyanti (2008), Ruyati (2011), Siti Zaenab dan Karni (2015), yang nyawanya melayang dieksekusi mati pihak Arab Saudi.
Angka tersebut bisa saja bertambah, mengingat jumlah tenaga kerja yang berada di Tanah Suci mencapai 1,5 juta jiwa.
Migrant CARE juga melaporkan bahwa buruh migran asal Indonesia banyak mengalami kekerasan hingga upah yang tak dibayar berada di Arab Saudi.