Beda lagi dengan kasus Wali Kota Jakarta Utara Rustam Efendi yang mengundurkan diri. Dirinya mungkin merasa jengah dengan pernyataan Ahok di media.
Ahok dihadapan awak media mengatakan dengan logatnya dan suaranya yang lantang, bahwa Rustam kalau diminta menggusur warga di wilayahnya ada saja alasannya. Lalu soal banjir, Rustam dinilai lalai. Namun, Rustam tidak pernah mengatakan apapun terkait banjir di seputar Pluit ketika itu. Apakah disengaja atau memang dia takut, atau ada tekanan?
Melihat pimpinannya berbicara seperti itu, apalagi di hapadan media sebagai penyambung informasi dan ditambah cepatnya internet, membuat persepsi bahwa Rustam salah di mata masyarakat.
“Emang gak bener tuh Wali Kota,” ujar salah satu penumpang kereta saat menanggapi temannya. Lagi-lagi, saya mendengar percakapan itu dari para pekerja yang sepertinya berkerja kantoran.
Rustam mengambil langkah tegas sekaligus melankolis. Dirinya membuat status di akun Facebook pribadinya. Isinya kurang lebih ia sangat kecewa. “Bebeda dengan tuduhan yg menjurus fitnah apalagi keluar dari mulut pimpinan adalah sesuatu yg SANGAT MENYAKITKAN.”
Memimpin atau Membosi
Saya ingin membandingkan dengan gaya kepemimpinan Ahok dengan Ali Sadikin dan Alex Ferguson.
Bang Ali—panggilan Ali Sadikin— dikenal keras dan tegas. Tapi dia tidak pernah melampiaskan kesalahan anak buahnya di depan media. Biarakan media tidak tahu soal bobroknya kinerja anak buahnya. Jika mereka tahu, jangan keluar dari mulut sang pimpinan. Mungkin begitu pemikiran Bang Ali ketika itu menurut saya.
Sama juga dengan Alex Ferguson, pelatih legendaris Manchester United. Sir Alex selalu memberi semangat dan motivasi bagi anak didiknya ketika diwawancara media. Bahkan saat timnya kalah, kadang ia berpendapat bahwa itu adalah kesalahan tim, bukan kesalahan individu. Jika memang dia sangat kecewa, ia lebih memilih kata, “sangat menyanyangkan” kesalahan yag dibuat si pemain.
Tapi saat di kamar ganti, sang mega bintang dan kesayangan fans Man United, David Beckham pernah terluka pelipisnya. Penyebabnya gara-gara David tidak mau turun membantu pertahanan saat tim lawan menyerang hingga berbuah gol dan Man United kalah.
Lalu bagaimana dengan Ahok. Dia merasa benar, kalau anak buahnya salah. Tak peduli itu siapa. Salah ya salah. Anak buah salah, bos tidak salah. Anak buah kinerjanya bagus, bos yang kerja. MEMIMPIN atau MEMBOSI.