Mohon tunggu...
Rachmat Fazhry
Rachmat Fazhry Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Prinsip hidup Saya : Hidup Sehat, Pintar, Bijaksana Kunjungi blog saya https://jurnalfaz.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengenal Jakarta Gems Center (Pasar Rawa Bening) Bagian 2

26 Februari 2015   03:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:29 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cerita Sebelumnya Bagian 1 "Ayok mang ke sebelah," ajak Saya pada Umang. Saya sudah tidak sabar ingin melihat Jakarta Gems Center (JGC) dari dalam. Kata orang-orang, dulu nama tempat menjual batu akik ini adalah Pasar Rawa Bening. Umang juga membenarkan perkataan Saya. Kata dia keadaan di daerah ini tidak seperti sekarang. Masih sepi dengan penjual. Itu 10 tahun yang lalu. "kalo sekarang, udah rame. penjualnya kadang sampe ke tepi jalan," tambahnya. Saya masuk ke dalam gedung JGC dari pintu samping. Hal yang pertama Saya rasakan saat itu sejuk. Maklum lah, di dalam ruangan ini sudah diberi pendingin udara, beda dengan bangunan yang sebelumnya Saya masuki. Keadaan di dalam JCG lebih ramai. Kios-kios berderet memenuhi setiap sudut ruangan lantai dasarnya. Pada isi dalam etalese kios tersebut memajang barang jualan yang sama. Yaitu batu akik. Semenetara itu, pada bagian tengah. Meja meneyrupai bentuk meja bundar sudah mengambil posisi. Di atasnya mengampar batu akik berbagai macam jenis. Orang-orang berkumpul di sana. Melihat-lihat batu, siapa tahu ada batu yang menjalin takdir dengannya.

Kunjugan Saya pada lantai dasar JGC tidak berlangsung sama, Umang mengajak Saya ke lantai 1. Dari lantai itu, Saya menuju Tasbih Scientific Gemological Laboratory Centre. Laboratory ini berguna untuk memberikan pelayanan bagi pecinta batu. Mereka para pecinta batu akik bisa mendapatkan informasi secara ilmiah batu akik yang dimiliknya. Selain itu mereka juga akan mendapatkan sertifikat yang terpercaya. Harga yang di tawarkan mulai dari Rp 150.000- Rp 350.000, untuk setiap sertifikat yang berbeda-beda. Hampir seperti itulah informasi dan penawaran yang Saya dapat dari brosur laborarium tersebut. Umang menambahkan bahwa jika menjadi member laboraturium tersebut akan mendapat diskon seperti yang dialaminya. Saya dan Umang terpaksa pergi lebih cepat dari laboraturium "yang punya lagi gak ada," kata wanita yang menjaga tempat itu dengan nada ketus. Jadi Saya memilih jalan-jalan Saja di JGC siang itu. Umang mengajak Saya naik ke lantai 2. Tepatnya di blok D berdekatan dengan kantin JGC. Aroma kimia sangat terasa begitu Saya masuk. Beberapa kali nafas Saya agak terganggu dengan baunya. Apalagi, blok ini hanya berupa lorong sempit. Lebarnya mungkin sekitar 1 meter. Memanjang hampir sekitar 200 meter. Pada sisi sampingnya, gumpalan asap kadang muncul dari bebrapa kiosnya. Begitu juga dengan gelembung airnya. Umang bilang, di tempat ini khusus untuk melakukan proses khrome pada pengikat cincin. Misalkan pengikat cincinnya bewarna kuning tembaga, jika dilakukan pengkhroman akan menjadi warna perak yang mengkilat.

Pantas saja bejana-bejana yang ada di kios ini memiliki wana air yang berbeda dengan air biasanya. Alat yang mereka punya pun juga seperti di lab kimia waktu SMA Saya dulu. Wajah pemilik dan penjaga kios juga ditutup, sudah mirip dengan ahli kimia di labolaturim yang sering muncul di film-film. Cuma, mereka kurang mengenakan baju putih panjang yang menjadi pakaian kebesaran ahli-ahli kimia.

Pusat informasi batu mulia dan batu aji Sebelum pulang, Saya mampir ke dalam satu ruangan di lantai 1. Namanya  pusat informasi batu mulia dan batu aji. Di dalam ruangan itu ditampilkan berbagai jenis batu akik atau batu mulia yang ada di Indonesia. Mulai dari Aceh hingga Batu Bacan asal Pulau Bacan Halmahera. sama halnya dengan segi bentuk, mulai yang masih berupa bongkahan batu besar sampai batu akik yang sudah dipoles. Mata Saya tertuju pada satu etalase. Di dalamnya terdapat batu-batu akik yang bergambar. Namun uniknya, pada tampilan gambar batu akik tersebut memiliki huruf abjad dari a-z. Batu itu dibuat berurutan. Pada bagian bawah batu itu. Giliran batu bergambar angka dari 0-9yang memikat perhatian Saya.

Pada sudut lainnya, bunyi putaran mesin penghalus menarik para pengunjung termasuk Saya. Rupanya di dalam ruangan ini juga disediakan tempat pemolesan batu. Dimana para pengunjung bisa melihat proses pemolesan batu lebih dekat.

"Di sini aja mang gpp," kata Saya merayu Umang untuk memotret dirinya.Dia tampak ragu. Namun dorongan kata-kata membuat Umang akhirnya setuju untuk diabadikan. Dia berdiri di di depan batu-batu akik khas Nusantara. Tangan kanannya memegang batu bergambar ayam kebanggaannya. Sedangkan tangan sebelahnya memegang erat plakat yang ia dapat setelah menjadi juara. Umang dan batu Klawing bergambar ayam miliknya pernah menjuarai kontes batu akik yang pernah diadakan di bilangan Cikini. Kemenanagan tersebut ia peroleh berkat keutuhan gambar yang tertera pada batu akiknya. "batu gue sekarang yang gambar ayam pernah ditawar 11 juta, tapi belum mau gue jual. Kalo ada yang berani 100 juta baru gue jual. Soalnya mau naikkin haji nyokap," katanya sambil berharap.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun