Beberapa hari kemarin peserta didik pendidikan menengah telah usai melaksanakan ujian nasional, secara rinci ujian nasional telah mengalami beberapa perubahan dan penyempurnaan tentang ujian nasional. Mulanya ujian seperti ini dilaksanakan sebelum tahun 1969 yang diterapkan dengan nama Ujian Negara yg belaku untuk semua mata pelajaran, pada tahun 1972 – 1982 diterapkan sistem ujian sekolah dimana soal dan dan hasil pemrosesan hasil ujiannya semua ditentukan oleh sekolah. Periode 1982 – 2002 dilaksanakan ujian nasional yang dikenal dengan EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional), pada tahun 2002 EBTANAS diganti dengan penilaian hasil belajar secara nasional dan kemudian berubah nama menjadi UAN (Ujian Akhir Nasional) yg membedakan yang menonjol antara UAN dan EBTANAS adalah dalam cara menentukan kelulusan siswa yang ditentukan oleh nilai mata pelajaran secara individual. Mulai tahun 2005 untuk mendorong tercapainya target wajib belajar pendidikan yang bermutu, pemerintah menyelenggarakan Ujian Nasional (UN) untuk tingkatan SMP/MTS/SMPLB dan SMA/SMK/MA/SMALB/SMKLB.
Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) atau disebut juga Computer Based Test (CBT) awalnya dilaksanakan pada tahun 2014 secara semi-online yaitu soal dikirim dari server pusat  secara online yang disinkronkan ke server lokal (sekolah), kemudian ujian siswa dilayani oleh server lokal (sekolah) secara offline Selanjutnya dikirim ke server pusat secara online. Â
Tapi semua sekolah tidak melaksanakan UNBK seperti ini, hanya beberapa dari tiap kabupaten yang melaksanakannya, UNBK hanya diselenggarakan pada sekolah yang sdh siap baik dari infrastruktur, SDM, dan tidak untuk diperkenankan untuk memaksakan diri membeli / menyewa komputer dan bagi sekolah yg belum dapat memenuhi kecukupan infrastruktur dapat menggunakan berbasis paper based  (berbasis kertas dan pensil).
Adapun salah satu orientasi dari UNBK adalah untuk membangun pendidikan indonesia yang berlandaskan atas teknologi dan mengantisipasi lagi adanya kebocoran soal dan lembar jawaban. Pada realitanya yang terjadi di lapangan, kota terbesar yang ada di Indonesia Timur yaitu kota Makassar dengan slogan Siri’na Pacce sedang dirunding masalah dengan adanya kebocoran soal yang terjadi baik dalam UNBK ataupun UN seperti biasanya. Hal itu diperkuat dengan adanya pihak dari sekolah dan masyarakat yang diamankan oleh pihak yang berwemang. Bukan hanya itu, beberapa keluhan bahwa seringkali terjadi trouble pada jaringan.Â
Nah, hal yang diantisipasi oleh tim UNBK malah menjadi masalah dalam pendidikan tahun ini. Tidak hanya itu, dalam Ujian Nasional yang belom mengalami UNBK pun mengalami pelbagai masalah, contohnya yaituÂ
(1) kode soal dan lembar jawaban yang sama, biasanya lembar jawaban yang rusak akan diganti dengan lembar jawaban yang baru akan tetapi jumlah lembaran soal dan lembaran jawaban stocknya pas dengan jumlah siswa.Â
(2) Pada sekolah sekolah terpencil yang ada di daerah, distribusi lembar soal dan lembar jawaban yang kadang terlambat, ini akan mempengaruhi pada psikologis peserta didik disaat sedang berlangsungnya ujian untuk menggunakan waktu ujian secara buru-buruÂ
(3) Ujian Nasional juga akan menguntungkan kepada pihak sekolah, karena hasil dari kelulusan akan sangat berpengaruh pada penerimaan siswa baru di sekolah, semakin banyaknya peserta didik yang lulus akan memancing beberapa calon peserta didik untuk masuk dalam ranah sekolah itu dan juga tanggung jawab kepala sekolah dan para stakeholdernya akan merasa aman dibawah pimpinan dari atasannya, begitupun sebaliknya apabila peserta didik banyak yang tidak lulus maka kepala sekolah akan bertanggung jawab terhadap peserta didiknya dan atasannya di dinas pendidikan, hal ini kan mempengaruhi psikologis para pendidik untuk membuat bagaimana seluruh peserta didik lulus. Disamping itu dari sekian banyaknya peserta didik yang mendaftar pada sekolah akan memberikan efek positif bagi para pendidik dalam hal banyaknya jam mengajar yang akan berakibat pada seritifikasi para pendidik.Â
(4) Ujian Nasional memberikan dampak negatif dari peserta didik meskipun ujian nasional kali ini bukan sebagai syarat dari kelulusan, dalam proses berlangsungnya ujian nasional peserta didik merasa kurang nyaman, adapun yang merasa tegang dengan ujiannya dan adapun peserta didik yang shock terhadap ujian yang dihadapinya. Ujian nasional seakan akan tidak membebaskan kepada  peserta didik dalam pelaksanaannya. Beberapa filsuf pendidikan, seperti Paulo Freire menganggap bahwa pendidikan itu orientasinya kepada pembebasan kepada peserta didik yang mengalami dehumanisasi.
Dalam Ujian Nasional seperti ini sisi humanis akan hilang, karena seakan akan perserta didik hanya termotivasi oleh penghargaan eksternal yaitu pada hasil nilai ujiannya. Peserta didik seharusnya digenjot dengan kesadaran kritis agar mereka dapat melek terhadap realitas yang terjadi di lingkungannya.
Untuk mendukung kesadaran kritis perlu adanya naming yaitu tahap menanyakan sesuatu baik itu berkaitan dengan teks, realitas sosial, yang kedua yaitu reflecting dengan mengajukan pertanyaan mendasar untuk mencari akar persoalan untuk membiasakan peserta didik tidak berpikir simplistik, tapi berpikir kreatif dan reflektif dan yang terakhir adalah acting yaitu proses pencarian alternatif untuk memecahkan persoalan.Â
Tiga tahap ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam proses pendidikan. Dalam Ujian Nasional selanjutnya pemerintah mempunyai tugas penting dalam menghadapi gelaja seperti ini dengan tujuan yaitu humanisme kepada peserta didik. Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H