Dengan teriakan menggelegar donopati menjawab janur kuning melengkung yang menandai pernikahan ayahandanya dengan dewi sukesi kekasih tercintanya di depan gerbang, kalaplah donopati dengan angkara murkanya mengalahkan seluruh prajurit penjaga alengka dan meluluh lantahkan seluruh kota peristiwa inilah untuk pertama kalinya alengka dibakar menjadi arang, begawan wisrawa pun keluar dari kerajaan untuk menemui donopati untuk memberi penjelasan serta meminta maaf kepada sang putra atas segala kesalahanya, namun donopati yang terlanjur tenggelam dalam rasa marah pun untuk pertamakalinya melawan ayahnya, pertempuran ayah anak bak istilah "kebo ditanduk gudhel" yang diringi gelapnya langit, derasnya hujan dan dasyatnya gutur itu pun berlangsung namun begawan wisrawa yang merasa bersalah tiada sedikit pun melawan donopati, sang begawan menerima seluruh hujangan donopati dengan isak tangis hingga donopati membidikan pusaka panah gandik mas kearah ayahandanya, bukan makin kuat serat busur yang di tarik donopati namun justru kian kendor karena samudra hatinya tumpah ruah dan memadamkan seluruh amarahnya, kasih sayang donopati terhadap ayahandanya yang tak tega melihat ayahnya tersungkur pun menjatuhkan busur panahnya dan berlari memeluk sang ayah.
Donopati memaafkan seluruh perbuatan ayahnya dan merelaka dewi sukesi menjadi istri sang ayah dan kembali bersama sang ibu dengan secuil kesedihan menuju lokapala dan meninggalkan sang ayah di alengka untuk bertanggung jawab atas janin yang di kandung dewi sukesi, bulan demi bulan berlalu lahirlah putra wisrawa yang pertama itu yang kemudian kita kenal sebagai rahwana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H