Mohon tunggu...
Rachmat Dharmawan
Rachmat Dharmawan Mohon Tunggu... lainnya -

orang bodoh yang ingin belajar

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Hasrat Membawa Lupa

23 Maret 2014   22:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:35 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan teriakan menggelegar donopati menjawab janur kuning melengkung yang menandai pernikahan ayahandanya dengan dewi sukesi kekasih tercintanya di depan gerbang, kalaplah donopati dengan angkara murkanya mengalahkan seluruh prajurit penjaga alengka dan meluluh lantahkan seluruh kota peristiwa inilah untuk pertama kalinya alengka dibakar menjadi arang, begawan wisrawa pun keluar dari kerajaan untuk menemui donopati untuk memberi penjelasan serta meminta maaf kepada sang putra atas segala kesalahanya, namun donopati yang terlanjur tenggelam dalam rasa marah pun untuk pertamakalinya melawan ayahnya, pertempuran ayah anak bak istilah "kebo ditanduk gudhel" yang diringi gelapnya langit, derasnya hujan dan dasyatnya gutur itu pun berlangsung namun begawan wisrawa yang merasa bersalah tiada sedikit pun melawan donopati, sang begawan menerima seluruh hujangan donopati dengan isak tangis hingga donopati membidikan pusaka panah gandik mas kearah ayahandanya, bukan makin kuat serat busur yang di tarik donopati namun justru kian kendor karena samudra hatinya tumpah ruah dan memadamkan seluruh amarahnya, kasih sayang donopati terhadap ayahandanya yang tak tega melihat ayahnya tersungkur pun menjatuhkan busur panahnya dan berlari memeluk sang ayah.

Donopati memaafkan seluruh perbuatan ayahnya dan merelaka dewi sukesi menjadi istri sang ayah dan kembali bersama sang ibu dengan secuil kesedihan menuju lokapala dan meninggalkan sang ayah di alengka untuk bertanggung jawab atas janin yang di kandung dewi sukesi, bulan demi bulan berlalu lahirlah putra wisrawa yang pertama itu yang kemudian kita kenal sebagai rahwana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun