Mohon tunggu...
RACHMA NURIS SURYANI
RACHMA NURIS SURYANI Mohon Tunggu... Guru - Guru GTY - Mahasiswa PPG Angkatan 3

Mahasiswa PPG Kategori 1 Angkatan 3 LPTK Universitas Negeri malang Bidang Studi: Kimia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diklat Wawasan Kebhinekaan Gobal (WKG) PPG Daljab Angkatan 3 Kimia Universitas Negeri Malang (UM)

28 Januari 2024   18:00 Diperbarui: 28 Januari 2024   18:10 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Generasi Emas 2045 merupakan sebuah wacana, dan gagasan dalam rangka mempersiapkan para generasi muda Indonesia yang berkualitas, berkompeten, dan berdaya saing tinggi. Diseminasi gagasan itu gencar dilakukan untuk menginspirasi generasi muda agar lebih bersemangat dalam belajar dan berkarya di segala bidang. Pada momen satu abad yang akan datang, Indonesia ditargetkan sudah menjadi negara maju dan sejajar dengan negara adidaya lainnya. Dan hal itu dapat terwujud apabila para generasi muda memiliki kompetensi,kreativitas, dan inovasi yang tinggi.

          Kemajuan suatu bangsa juga dapat dilihat  melalui rasa nasionalisme yang dimiliki para generasi muda pada bangsa mereka sendiri sebagai bentuk manifestasi identitas dan budaya, termasuk juga bahasa dan sastra. Salah satunya adalah kemunduran penggunaan bahasa Indonesia di ruang-ruang publik, seperti penamaan bangunan dan kawasan. Fenomena itu menunjukkan bahwa superioritas bahasa asing lebih tinggi daripada bahasa Indonesia.

          Minimnya rasa nasionalisme generasi muda juga dapat dilihat dari fenomena xenomania atau kesukaan yang berlebihan terhadap segala sesuatu yang berasal dari luar negeri, baik bahasa, sastra, maupun budaya. Fenomena itu sedikit banyak berpengaruh pada pergeseran identitas dan budaya generasi muda bangsa Indonesia.

              Di tangan generasi mudalah letak nasib suatu bangsa, termasuk bahasa dan sastranya. Di tangan merekalah eksistensi nasionalisme itu berada. Walaupun berjiwa kompetitif, kreatif, dan inovatif, jika tidak mempunyai rasa nasionalisme terhadap bangsa, generasi muda akan kehilangan identitas dan akar budayanya. Hilangnya identitas dan budaya bangsa akan berpengaruh pada eksistensi Indonesia di kancah internasional hingga lambat laun akan tergerus oleh budaya asing.

              Demi menunjang tercapainya tujuan karakter tersebut, pemerintah membuat kurikulum terbaru yaitu kurikulum Merdeka yang didalamnya terdapat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). P5 bertujuan untuk  Membantu guru dalam menumbuhkan kapasitas dan membangun karakter luhur siswa sebagaimana yang diejawantahkan dalam Profil Pelajar Pancasila dalam proses pembelajaran. Dapat menghasilkan siswa yang mandiri karena mereka diajarkan dan dilatih mempersiapkan diri mereka untuk dunia kerja di masa depan.

             Melanjutkan dari pembelajaran pembentukan karakter diatas, kementrian Pendidikan mengadakan diklat Wawasan Kebhinekaan Global yang diikuti  seluruh mahasiswa PPG Daljab Angkatan 3. Diklat WKG ini hadir untuk memperkuat nilai – nilai keberagaman, penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Diklat WKG diharapkan mampu meningkatkan pemahaman toleransi dan menumbuhkan sikap toleran pada guru dan tenaga kependidikan (GTK) sebagai agen promosi toleran kebhinekaan. Juga memperluas wawasan dan pemahaman mahasiswa tentang kebhinekaan global, sehingga mereka dapat menjadi pemimpin masa depan yang mampu mengatasi tantangan dan masalah global dengan cara yang inovatif dan inklusif.

              Penulis mengikuti diklat WKG pada hari minggu 21 Januari 2024 pada bidang studi kimia kelas 001 LPTK universitas Negeri Malang (UM). Diklat ini dilaksanakan mulai pukul 07.00 sampai 16.00 secara daring. Diklat yang diikuti oleh 30 mahasiswa kimia ini dibimbing oleh bapak Dr. H. Ridwan Joharmawan, M.Si., ibu Dr. Oktavia Sulistina, S.Pd., M.Pd. dan bapak Danar, S.Si, M.Sc. selaku wali kelas kimia 001. Dengan mengusung tema “Dunia yang Berwarna” kegiatan ini memberikan wadah bagi mahasiswa untuk menggali pengetahuan mengenai perbedaan budaya, bahasa, dan tradisi yang ada di seluruh dunia. Secara keseluruhan, diklat ini mengangkat 5 topik antara lain:

             Topik pertama Kebhinekaan Global “Dunia yang Berwarna” membahas tentang keberagaman ras, bahasa, dan bangsa yang hidup berdampingan didunia. Topik ini memiliki 5 konsep yaitu pertama “Kita Satu Kesatuan Yang Berbeda” menjelaskan bahwa tak ada ras yang 100% murni. Semua adalah gabungan dari berbagai bangsa, dan pada akhirnya terhubung pada sumber yang sama. Konsep kedua “Ragam Manusia, Ragam Bangsa, Ragam Bahasa” kurang lebih 6500 Bahasa etnik dan nasional digunakan bercakap-cakap penduduk dunia. Konsep ketiga “Keragaman Tingkat Kecerdasan”. Konsep keempat “Kerentanan”, dan kelima “Kunci Sukses Abad ke-21”.

              Topik kedua Kebhinekaan Indonesia “Negeri yang Harmoni” mahasiwa diajak untuk bermain games Dunia Suku. Mahasiwa berperan sebagai anggota dari salah satu dari 4 suku dan setiap suku memiliki misi yang harus dicapai. Pada topik kedua ini diharapkan mahasiswa mampu memahami makna toleransi dan cara mempraktikan pada kehidupan sehari- hari, mampu menganalisis penyebab kerentanan akan kebhinekaan, dan memahami konsep moderasi yang prinsip-prinsipnya mendukung tercapainya profil pelajar Pancasila.

              Topik ketiga Berdamai dengan Diri “Damai Mulai dari Diri” Belajar mengenal diri sendiri, pada topik ini mahasiswa belajar tentang apa saja yang diinginkan. Selain itu mahasiswa diajak bermain untuk mengenali diri, seperti mau atau tidak kalau di taruh di luar jawa, atau saya rambutnya lurus apa ikal, selanjutnya bisa atau tidak bekerjasama dengan orang yang beda daerah ataupun beda etnis dan ras. Dari topik ini mahasiswa belajar bahwa tiap orang memiliki identias yang berbeda-beda. Memiliki standar yang berbeda. Dan memiliki masalah dengan perbedaan yang tidak bisa mereka terima, misal menikah dengan orang yang beda suku karena aturan adat ataupun budaya keluarga. Dan diakhir pembelajran topik ada cara untuk mengatasi yang mereka anggap sebagai masalah. Pada topik ini juga mahasiswa diberi tugas membuat galeri diri yang berisikan tiga poin yaitu identitas diri, kelebihan diri, dan cara menyayangi diri sendiri.

            Topik keempat keragaman di sekolah “Sekolahku yang Bhineka”. Pada topik ini memliki dua konsep, yang pertama “Implementasi Toleransi di Sekolah” dan yang kedua “Memperkuat Budaya Sekolah dengan Aktivitas kebhinekaan”, dipaparkan juga beberapa ide aktivitas kebhinekaan yang bisa dilakukan disekolah. Topik ini bertujuan agar para mahasiswa atau guru mampu membuat rencana proyek aktivitas kebinekaan dan mampu mengimplementasikan rencana tersebut disekolah.

            Selanjutkan topik terakhir yaitu topik kelima menuju sekolah damai “Sekolahku yang Damai” pada topik ini memiliki empat konsep yang pertama “Menjaga sekolah tetap damai”, yang kedua “Membangun Sistem Meningkatkan Kapasitas”, dan yang ketiga “Kerentanan Perundungan”. Topik ini memiliki tujuan agar para guru mampu menganalisis apa saja ancaman dan kapasitas yang ada di sekolah.

Kegiatan diklat dilaksanakan selama 10 jam dengan menyenangkan dan memberi manfaat ini ditutup dengan tugas mengembangkan topik tiga yaitu membuat galeri diri untuk  diunggah di media sosial masing-masing, dan pengembangan topik empat yaitu merancang rencana projek aktivitas kebhinekaan untuk diimplementasikan di sekolah masing-masing.

Link WKG: https:Modul Wawasan Kebhinekaan Global (WKG)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun