Secara singkat, Kak Archie Wirija memperkenalkan dirinya bahwa ia adalah cucu langsung dari Kakaknya Eyang Habibie, yaitu Ibu Titi Habibie. Ibu Titi juga merupakan ibunda dari Bapak Adrie Subono. Jadi, Ibunya Kak Archie inilah yang menjadi keponakannya Eyang Habibie. Kak Archie selaku tour guide saya dan 14 orang lainnya saat itu selalu ramah dan menebarkan senyum sama seperti ketika saya bertemu di tahun 2018 lalu.
Pertama-tama, saya dan 14 orang lainnya dipandu oleh Kak Archie untuk melihat-lihat ruangan perpustakaan yang biasanya digunakan oleh Eyang Habibie untuk membaca buku. Saya sangat takjub ketika melihat megahnya perpustakaan Eyang Habibie dengan nuansa arsitektur bergaya klasik namun masih kental dengan budaya Indonesia.Â
Di sana, terdapat sekitar 5000 koleksi buku Eyang Habibie yang sebagian besar bukunya berisi tentang kebudayaan. Tidak hanya buku berbahasa Indonesia, namun juga buku berbahasa Inggris terpampang di perpusatakaan megah milik Presiden Republik Indonesia yang menjabat sejak 21 Mei 1998-20 Oktober 1999.
Di dalam perpustakaan juga terdapat koleksi busana yang biasanya digunakan oleh Eyang Habibie dan Eyang Ainun untuk menyambut tamu atau untuk bepergian. Busana mereka nampak anggun dengan gaya yang tidak lekang oleh waktu.Â
Tidak hanya koleksi buku dan koleksi busana dari Eyang Habibie, di dalam perpustakaan terdapat berbagai replika pesawat terbang dengan berbagai jenis. Pesawat yang pertama kali dirancang oleh Eyang Habibie untuk Indonesia adalah pesawat N250 yang diluncurkan di tahun 1995.Â
Teman-teman apakah ingat dengan dialog di film layar lebar Habibie & Ainun yang kira-kira begini, "Suatu hari, saya akan buatkan pesawat untukmu Ainun dan untuk bangsa Indonesia" Nah, pesawat N250 ini adalah jawabannya yang juga menjadi kado ulang tahun bagi Eyang Ainun.Â
Sungguh romantis sekali perlakuan Eyang Habibie kepada Eyang Ainun. Eyang Habibie sangat memuliakan dan sangat mencintai istrinya. Bahkan beberapa hari setelah kepergian Eyang Ainun, diceritakan dalam sebuah buku bahwa Eyang Habibie nampak mencari sosok Eyang Ainun di setiap sudut rumah karena saking kehilangannya. Hal ini juga diceritakan oleh Kak Archie saat memandu saya dan tim.
Setelah puas menjelajah setiap sudut perpustakaan sembari dijelaskan berbagai cerita di dalamnya, saya dan 14 orang lainnya diajak untuk menuju ke lobby tempat menerima tamu. Lobby itu dinamakan Lobby Bhinneka Tunggal Ika.Â