"Bulan Syawal Tiba, Undangan Nikah Tak Terhitung Jumlahnya."
Siapa yang juga mengalami seperti ungkapan di atas? Tentu saja, saya pun juga mengalaminya. Bulan Syawal telah tiba, bulan Ramadan pun baru saja berlalu beberapa minggu yang lalu.Â
Setelah hari raya Idulfitri selesai, seperti biasa di bulan Syawal undangan pernikahan pun banyak kita dapatkan, entah itu dari sanak saudara, kerabat, teman SD, teman SMP, teman SMA, teman kuliah, teman di kantor lama, teman di kantor baru, teman yang baru dikenal, dan sebagainya.
Ketika menerima undangan pernikahan yang tak kunjung reda itu, tentunya beragam perasaan muncul dari dalam diri sendiri yang mungkin sampai saat ini belum menemukan pasangan.Â
Ada baper (bawa perasaan), galau, sedih, minder, ada juga yang antusias datang ke acara nikahan tersebut karena siapa tahu akan bertemu jodohnya di acara nikahan tersebut. Manusiawi memang ketika kita dihinggapi perasaan yang demikian adanya tersebut.
Beragam pertanyaan muncul pada diri sendiri dari benak kaum singlewan dan singlewati (sebutan untuk kaum yang masih sendiri hehe). "Kapan yang gue ngundang? Perasaan gue kondangan mulu!" "Siapa ya jodoh gue, Idulfitri sama THR aja udah keliatan hilal-nya, masa jodoh gue belum keliatan hilal-nya juga?" atau "Apa lebaran tahun ini adalah lebaran terakhir ku menjadi seorang single? Ya nggak tahu deh." Dan lain-lain sebagainya.
Tapi, daripada baper-baperan mulu lihat orang nikah, ada baiknya juga kita benar-benar tanya ke diri sendiri, "yakin sudah siap menikah?" karena menikah itu tak hanya sekadar postingan-postingan indah di Instagram atau pun di sosial media.Â
Ya, faktor sosial media saat ini memang turut menjadi pemicu seseorang ingin menikah dalam usia muda. Karena melihat postingan selebgram (selebritis Instagram) yang kerap kali memamerkan postingan indah tentang bahagia dan mewahnya hari pernikahan mereka, memamerkan foto pre-wedding mereka, atau memamerkan foto kemesraan dengan pasangannya.
Karena menikah adalah ibadah untuk seumur hidup dengan pasangan, maka untuk itu cari pasangan yang siap belajar bersama kita. Tapi buat yang masih belum menikah (termasuk saya juga) ada baiknya kita benar-benar mempersiapkan dan memantaskan diri dengan baik untuk menuju jenjang pernikahan.Â
Saya pernah beberapa kali belajar di dalam kelas pranikah, baik itu via online maupun via offline. Banyak sekali ilmu-ilmu yang harusnya dikuasai, baik oleh laki-laki maupun oleh perempuan yang ingin menikah. Beberapa ilmu-ilmu yang saya dapatkan tersebut di antaranya saya rangkum dalam artikel ini ya:
Ilmu Persiapan dalam Hal Spiritual
Spiritual erat hubungannya antara kita dengan Tuhan kita. Dalam ajaran agama saya di sini lebih mendekatkan diri dengan Allah SWT. Karena menikah bukan hanya berbicara tentang peran istri atau suami, tapi menikah itu tujuannya adalah membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah yang diberkahi oleh Allah SWT.
Untuk itu persiapan spiritual kerap dianggap sepele, padahal penting. Karena bila sebuah keluarga dijalankan tanpa pondasi iman yang kuat, maka kejadiannya bisa seperti terjadi yang diberitakan di media, contohnya adalah: suami kabur tanpa bertanggung jawab, ibu membunuh anaknya sendiri, dan lain sebagainya. Serem yak?Â
Lalu persiapan dalam hal spiritual apa yang harus dilakukan? Untuk yang muslim, perbaiki ibadah kita dalam hal shalat 5 waktu, tadarus qur'an, shalat sunnah, perbanyak bersedekah. insyaAllah cara ini akan bermanfaat bagi kita yang masih menunggu jodoh dengan melakukan hal yang bermanfaat.
Menurut penelitian, kekuatan emosional dan spiritual dapat berpengaruh sebanyak 80% untuk kesuksesan seseorang. Bukan menjadi jaminan, kalau wajah kita cantik atau ganteng, kita pintar, kita kaya, otomatis kita akan sukses. Karena orang yang punya akhlak dan karakter baik yang sesungguhnya menjadi faktor terbesar penyumbang untuk menjadi seseorang itu sukses.
Nah, menurut beberapa buku yang saya baca dan beberapa ilmu yang saya dapatkan di kelas yakni dalam menikah mentalitas kedewasaan sangat penting, karena akan banyak ujian di tengah jalan, karena nggak siap menerima perbedaan.
Menurut ilmu yang saya dapatkan baik dari buku maupun ikut kelas pranikah secara online dan offline, mempersiapkan diri untuk menikah dari segi finansial adalah dengan pisahkan alokasi dari hasil tabungan gaji. Utamakan tabungan untuk menikah dari gaji yang dipunya, jangan sampai uang untuk menikah adalah sisa dari gaji, jadi harus dialokasikan.Â
Kemudian cara kedua, membuat komitmen dengan menabung sebanyak 20 ribu tiap minggu juga diperbolehkan. Dana yang terkumpul selama kurang lebih 1 tahun, cukup untuk membeli souvenir dan undangan pernikahan. Jadi, niatkan saja dulu membuka tabungan yang ditujukan untuk menikah.
Karena menikah bukan hanya berbicara tentang satu hari atau dua hari saja, tapi menikah adalah berbicara seumur hidup sampai maut memisahkan bersama pasangan. Untuk itu menikah butuh ilmu. Ilmu apa yang dimaksud? Sekarang begini, coba bayangkan jika kita salah memilih pasangan karena tak tahu ilmunya.Â
Bayangkan, bisa jadi pasangan kita terkejut dengan sifat asli kita dan menyikapi dengan cara yang salah. Ilmu tentang pernikahan memang tidak diajarkan di bangku sekolah, tapi di era digital seperti sekarang ini, belajar bisa dari mana saja dan kapan saja. Sisihkan uang untuk membeli ebook atau buku tentang pernikahan, ikut seminar tentang pernikahan baik secara online maupun offline.Â
Kebanyakan dari kita yang masih single ini adalah merasa enggan untuk mencari ilmu, karena beranggapan "nanti saja lah, ikut kelas pranikah kalau sudah menjelang pernikahan.Â
Soalnya malu, kan belum punya pasangan masa' ikut kelas pranikah sih?" sebenarnya tidak masalah kok, justru menurut pengalaman teman-teman saya yang udah menikah dan sewaktu single tidak sempat ikut seminar tentang pernikahan atau baca-baca buku mengenai pernikahan, mereka merasa "menyesal" karena kurangnya ilmu tentang pernikahan.Â
Jadi, jangan malu untuk mempersiapkan pernikahan dengan membaca buku terkait pernikahan, ikut seminar pra pernikahan, dan lain sebagainya.
So, guys... daripada baper-baperan terus melihat teman atau kerabat menikah, lebih baik kita tanyakan dulu ke diri sendiri, "sudah siapkah saya menikah? Sudah cukupkah ilmu yang saya punya untuk menjadi istri atau suami?" karena menikah bukan hanya soal hari H nya saja, tapi ribuan hari setelahnya.Â
Tulisan saya tidak bermaksud menggurui karena ini murni berbagi dari ilmu yang saya punyai dari kelas-kelas pra pernikahan dan buku-buku tentang pernikahan yang sacara punyai.Â
Semoga yang sedang dalam penantian menemukan jodoh terbaik cepat dipertemukan oleh-Nya di waktu yang tepat bersama orang yang tepat. Karena menikah bukan kompetisi, bukan perlombaan. Tidak ada yang cepat tidak ada yang terlambat, semua itu ada di waktu yang tepat! (DEW)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H