Saya tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang profesi ini, karena menurut saya profesi tersebut adalah profesi mulia, melayani para tamu-tamu Allah SWT yang beribadah di tanah suci. Muthawwif saya bukan orang yang berasal dari negara Arab Saudi, tapi beliau berasal dari Indonesia yang bermukim di sana.
Beliau bernama lengkap Martua Mahadi Harahap. Sebelumnya, saya sudah izin ke beliau bahwa akan mempublikasikan cerita beliau di platform ini dan beliau tidak berkeberatan karena memang banyak sekali nilai edukasi dari cerita perjalanan beliau menjadi seorang Muthawwif ini.Â
Beliau menceritakan pada saya bagaimana dirinya yang notabene-nya adalah warga Indonesia, bisa menjadi seorang Muthawwif di Tanah Suci. Beliau menceritakan pada saya, awal mula dirinya menjadi seorang Muthawwif ini. Butuh jalanan berliku baginya untuk dapat sampai menekuni profesi yang mulia ini.
Kemudian, setelah tamat pesantren yaitu pada tahun 2012 ketika itu, cita-cita beliau terhambat untuk melanjutkan pendidikan di Mekkah Al-Mukarramah dikarenakan pada saat itu visa untuk domisili di sana sangat sulit di dapatkan.
Kemudian pada akhir tahun 2016 kakak sepupu beliau memberi kabar bahagia bahwa beliau sudah bisa berangkat dalam waktu dekat, barulah di tahun 2017 pada bulan maret beliau akhirnya berangkat ke Makkah Al-Mukarramah dengan hati yg senang bahagia haru juga sedih bercampur di kala itu, senang bisa melihat Kakbah bisa melihat Masjidil Haram, namun sedih juga karena harus meninggalkan keluarga dan kerabatnya di Tanah Air.
Lebih lanjut, beliau berkata pada saya, pekerjaan menjadi seorang Muthawwif ini memiliki suka dan duka di baliknya. Adapun rasa sukanya menjadi seorang Muthawwif menurutnya adalah ketika semua team handling baik yang di Jakarta dan Arab Saudi kompak untuk memberi kenyamanan dan keamanan kepada Jamaah selama menunaikan ibadahnya,Â
Kemudian ketika jemaah melemparkan senyuman ramah dan mau bahu-membahu menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua serta kompak ketika menunaikan ibadah umrahnya, di situ seorang Muthawwif sangat bangga dan senang melihatnya. Dan Dukanya ketika seorang Muthawwif  sudah memberikan informasi terkini di group untuk kegiatan esok hari, namun ada halangan yang harus membuat kegiataan tersebut di cancel.
Dukanya lagi, ketika ada jemaah yg hilang, wah ini benar-benar sangat mengkhawatirkan, dan  ketika sebagai Muthawwif  terserang penyakit seperti flu demam misalnya, sebagai Muthawwif  harus bisa menyembunyikan itu semua di hadapan Jamaah, di situ  harus maksimal untuk mereka, karena bagaimanapun juga mereka adalah tamu tamu Allah yg sangat mulia dan kami sebagai mukimin makkah wajib untuk memuliakan tamu Allah.
Lebih lanjut, ketika saya bertanya perihal adakah syarat khusus menjadi seorang Muthawwif, beliau berkata pada saya, bahwa untuk persyaratan khusus menjadi seorang Muthawwif, pastinya harus tahu apa itu umrah dan haji dan bagaimana cara pelaksanannya, serta Jika dia alumni dari Pesantren pasti akan lebih memudahkannya untuk menjadi seorang Muthawwif, namun jika tidak, tentu harus banyak belajar dulu perihal ibadah haji dan umrah juga sejarahnya, dan juga bahasa arab sangat penting untuk komunikasi di tanah Arab ini.
Persiapkan Mental dengan Baik
Mempersiapkan mental ini sangat diwajjibkan bagi kalian yang ingin menekuni profesi sebagai seorang Muthawwif. Karena kehidupan di negara Arab Saudi tidak sama saat seperti kita berada di Indonesia. Untuk itu, diperlukan mental yang baik untuk dapat survive di negara yang selalu penuh dengan pengunjung dari berbagai negara tersebut.