Ketika memasuki ruangan workshop, terlihat bangku-bangku yang ada sudah hampir penuh diisi oleh para peserta yang sebagian besar anak-anak muda. Di sesi workshop dengan pembicara tiga penulis keren Indonesia yakni: Rain Chudori, Elvira Natali, dan Almira Bastari memang menarik banget materi-materi yang disampaikan. Jauh dari kesan formal, mereka bertiga menyampaikan materi dengan sifat yang sangat friendly kepada semua hadirin yang datang.
Tiket masuk sesi workshop (sumber: dokumen pribadi)
Rain Chudori seorang penulis fiksi yang juga putri dari seorang penulis senior Leila S. Chudori memberikan pendapatnya tentang bagaimana gaya menulis untuk para pembaca millennials. Menurutnya, seorang penulis itu boleh-boleh saja terinspirasi dari pengalaman pribadi untuk mereka tuliskan menjadi sebuah karya novel. Dan menurutnya, tantangan di zaman millennials itu harus menggunakan internet dengan baik, karena generasi sekarang kebanyakkan menggunakan internet sebagai sosial media dalam kesehariannya. Jadi penulis zaman sekarang juga harus memanfaatkan sosial media sebagai media untuk mempromosikan bukunya.
Elvira Natali, penulis fiksi yang baru saja menerbitkan novel berjudul "Blubell" ini juga memberikan pandangannya terkait menjadi penulis untuk pembaca millennials. Menurutnya, generasi millennials itu suka alur cerita yang sulit ditebak, maka sebisa mungkin penulis harus mengemas cerita secara menarik. Dan untuk penokohan dalam cerita, juga bisa memakai sudut pandang lain. Tidak melulu menggambarkan sosok lelaki yang playboy, sosok lelaki yang romantis. Tapi, bisa juga menggambarkan sosok lelaki yang "dingin" atau "misterius" agar pembaca semakin penasaran dengan ceritanya.
Dan Almira Bastari, perempuan berhijab yang pada bulan Januari 2018 kemarin baru saja "melahirkan" buku berjudul Resign dengan genre metropop ini, juga memberika pandangan terkait menulis untuk pembaca millennials. Menurutnya, sama seperti Rain Chudori, manfaatkan potensi internet yang ada sekarang ini untuk mempromosikan buku. Almira Bastari sudah memulai terjun ke dunia kepenulisan sejak 9 tahun yang lalu, di mana saat itu dia baru menulis menggunakan media blog. Sebelum bukunya diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, berbagai penolakan-penolakan dari penerbit major juga tak luput menghampirinya.
Materi yang disampaikan oleh Almira Bastari (sumber: dokumen pribadi)
Menurutnya lagi, pesan untuk para calon penulis. Jangan pernah takut dan ragu untuk menulis. Penerbit sekarang banyak. Mau bukunya nanti akan terbit melalui
self publishing atau lewat penerbit
major sebenarnya sama saja. Cuma kalau lewat
self publishing royalty yang didapatkan penulis jauh lebih banyak daripada diterbitkan lewat penerbit major. Namun, penulis harus ekstra kerja keras dalam hal
marketing dan branding bukunya. Ya baik diterbitkan secara
indie atau secara
major, sama-sama punya
plus minus-nya. Tapi lebih baik, sudah punya karya lebih dulu dibanding yang hanya mau jadi penulis tapi gak ada
action-nya, kan?
Berfoto bersama Almira Bastari penulis novel
Dan di panggung utama, para pengunjung GWRF, dihibur oleh penampilan akustik dari Ardi dan Okta tepat pada pukul 15.00 WIB. Selain ada Editors ClinicdanWorkshop, di sana juga ada bazaar buku-buku dengan diskon 10% lho! Di sore harinya, ada pertunjukan musikalisasi puisi oleh Oppie Andaresta dan Sapardi Djoko Damono. Namun, saya sudah pulang pada saat pertunjukan tersebut. Ada sedikit perasaan menyesal karena tidak ikut sesi tersebut. tapi, saya sudah cukup senang mendapatkan banyak ilmu di acara ini.
Pengunjung di hari kedua GWRF disuguhkan pertunjukan akustik (sumber: dokumen pribadi)
Sepulang dari sana, saya makin terpacu untuk menghasilkan karya-karya buku berikutnya. Menjadi penulis itu memang merupakan profesi mulia, karena mereka turut mencerdaskan anak-anak bangsa! (DEW)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Lyfe Selengkapnya