Mau mengucapkan Selamat Tahun Baru 2018 tapi kayaknya udah telat, ya? Ya sudah, saya ucapkan selamat saja deh kepada film "Dilan 1990" yang telah mencapai 4 juta penonton hanya dalam waktu kurang dari dua minggu. Suatu pencapaian yang fantastis dalam dunia perfilman di Indonesia.
Di tulisan kali ini, saya bukan mau mengomentari bagaimana akting Iqbal sebagai Dilan atau akting Vanesha Prescillia sebagai Milea di film "Dilan 1990." Karena pasti sudah banyak sekali artikel-artikel yang mengulas hal demikian. Namun, yang akhir-akhir ini membuat saya cukup resah adalah kekepoan netizen Indonesia perihal siapa sosok Dilan dan Milea di dunia nyata. Apakah memang mereka benar-benar tokoh nyata yang bukan sekadar cerita yang ditulis oleh Ayah Pidi? (sapaan akrab Pidi Baiq)
Baru-baru ini dalam akun instagramnya, Pidi Baiq memposting foto yang isinya seperti ini:
![ayah-pidi-5a7a844ddcad5b3576055b23.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/02/07/ayah-pidi-5a7a844ddcad5b3576055b23.jpg?t=o&v=770)
![postingan instastory Iqbaal Ramadhan | sumber: Instagram @iqbaal.e](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/02/07/iqbal-ramadhan-5a7a82d0dd0fa877b7695d72.jpg?t=o&v=770)
Memang itulah risikonya bagi seorang penulis fiksi yang terbiasa menulis cerpen atau novel. Kehidupan pribadi mereka pasti akan terusik oleh pertanyaan-pertanyaan dari netizen ataupun pembaca tentang siapa tokoh yang mereka tulis dalam cerpen atau novelnya. Dan hal ini sudah menjadi risiko untuk penulis yang menuliskan kisah aslinya ke dalam sebuah novel atau cerpen, akan banyak sekali pembaca yang kepo!
Pertanyaannya jadi, boleh atau nggak sih menulis cerpen atau novel berdasarkan kisah nyata yang dialami Si Penulis? Tentu saja boleh. Dalam hal ini, saya juga banyak mendapat masukkan dari rekan-rekan saya yang banyak berprofesi sebagai penulis, bahwa sebaiknya jika mau menuliskan novel atau cerpen dari kisah nyata ada baiknya memerhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Penulis jangan curhat dalam tulisannya
Jangan curhat? Maksudnya gini, boleh-boleh saja jika Si penulis hendak menuliskan kisahnya ke dalam sebuah novel atau cerpen. Namun, hendaknya Si Penulis jangan benar-benar curhat seperti dia tengah menulis buku diary. Tambahkan juga bumbu-bumbu kata-kata yang lain yang menarik pembaca untuk betah berlama-lama membaca tulisan tersebut. Buatlah pembaca penasaran tentang siapa sih tokoh yang sedang ditulis oleh Si Penulis?
2. Penulis butuh menulis dengan cara menghipnotis pembaca
Jika penulis ingin menuliskan novel atau cerpen sesuai dengan kisah nyatanya, maka buatlah tulisan yang tidak monoton, buat tulisan yang mengalir sehingga pembaca merasa enjoy ketika membaca tulisanmu. Saya berikan contoh begini:
Diceritakan bahwa Ronny menyatakan cintanya kepada Diana melalui pesan singkat di Whatsapp. Diana menolaknya juga melalui Whatsapp. Alasannya, Diana sudah memiliki tambatan hati. Karena sakit hati, Ronny pun melempar handphonenya dan meluapkan kemarahannya dengan membanting gelas.
Coba bandingkan dengan yang ini
Hati Ronny berdebar tatkala HP-nya berdering. Ada notifikasi Whatsapp masuk. Tangannya dan juga hatinya gemetar saat membukanya. Whatsapp yang sangat ia tunggu-tunggu. Bagaimana tidak? Whatsapp perjuangan hidup dan mati dalam memperjuangkan cintanya dengan Diana. Apakah Diana menerima cintanya? Apakah Diana mempunyai perasaan yang sama terhadapnya?
"Maaf, Ron. Bukan tidak mau menerima cintamu. Tapi, untuk saat ini sudah ada yang singgah di hatiku."
Hatinya pedih menatap kenyataan. Diana seorang gadis yang begitu didambakan telah menjalin cinta dengan laki-laki yang entah siapa namanya. Ia mengenggam HP-nya erat-erat, lalu melemparkan sekenanya. HP-nya. Hatinya sakit bagai tertusuk ribuan duri.
Nah lebih enak dibaca yang mana? Pasti lebih menyayat hati yang bagian bawah bukan?
3. Penulis tidak perlu memaksakan konflik
Ketika kisah yang kita tulis adalah kisah nyata, maka kita harus menyajikan konflik yang apa adanya dengan sajian yang sedikit dilebihkan. Sama seperti yang sudah saya tulis di poin nomor dua, konfilknya simpel saja: ditolak cinta. Namun, gaya penyajiannya yang menyayat-nyayat hati pembaca itulah yang membuat cerita lebih greget.
***
Ya, kehidupan seorang penulis memang tak pernah lepas dari keingintahuan pembaca. Perihal, siapa tokoh di balik nama yang ada dalam bukunya? Apakah itu kisah nyata? Dari mana inspirasinya? Sah-sah saja jika pembaca menanyakan hal demikian. Namun, betul apa yang disampaikan oleh Iqbaal Ramadhan dalam postingan di Instastory-nya.Â
Sebaiknya tak perlu lah berusaha keras untuk mengungkap siapa sosok Dilan dan Milea di dunia nyata. Cukup Ayah Pidi saja selaku penulis yang tahu siapa sosok nyata tersebut? apakah memang benar Pidi Baiq adalah Dilan yang asli? Sekali lagi, tugas netizen Indonesia, cukup hanya menghargai karya-karya dari para penulis dan para sineas Indonesia. Beli buku yang asli (bukan yang bajakan apalagi sampai ngemis-ngemis minta PDF yang bajakannya, jangan yaaa!) serta nonton filmnya di bioskop dengan tidak spoiler apalagi sampai merekamnya di dalam bioskop. Urusan siapa Dilan dan Milea yang asli biarlah penulisnya saja yang tahu, penonton dan pembaca tidak usah kepo maksimal! Dan good job banget lah buat Ayah Pidi, yang udah berhasil membuat penasaran satu Indonesia tentang siapa Dilan dan Milea yang asli di dunia nyata. Keren, yah! (DEW)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI