Mohon tunggu...
Rachmah Dewi
Rachmah Dewi Mohon Tunggu... Penulis - DEW | Jakarta | Books Author | Certified Content Writer and Copywriter

Books Author | Certified Content Writer and Copywriter | Email: dhewieyess75@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama FEATURED

Mengenang Tragedi Bintaro 29 Tahun yang Lalu

19 Oktober 2016   15:01 Diperbarui: 19 Oktober 2018   16:11 9608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenis Lokomotif nomer BB303 17 yang dipakai untuk menarik rangkaian kereta bernama KA.225 kelas Ekonomi, dari Merak ke Tanah Abang Jakarta, disaat Tragedi Bintaro 1987. ( sumber: semboyan35.com)

Tepat pada kemarin, 19 Oktober 2016, genap sudah 29 tahun usia tragedi kecelakaan kereta api di Bintaro, kecelakaan terdahsyat sepanjang sejarah perkeretaapian di Indonesia. Tentu, tragedi dahsyat ini, akan selalu kita ingat dan kenang.

Tragedi Bintaro terjadi pada Senin pagi tanggal 19 Oktober 1987. Memang, waktu itu saya belum terlahir ke dunia ini. Tetapi saya banyak mendapat cerita dari ayah dan ibu saya.

Ibu saya berkata, “Kecelakaan kereta api ini dahsyat sekali, lokomotif saling bertabrakan dengan lokomotif. Lebih dari 100 penumpang meninggal dunia.” Begitu ibu saya bercerita.

Saya jadi ingin tahu lebih lanjut mengenai peristiwa kecelakaan kereta api terdahsyat sepanjang sejarah perekeretaapian Indonesia ini. Saya pun banyak membaca-baca berita mengenai peristiwa ini.

Kronologi Kejadian
Menurut berbagai info yang saya pernah baca dan kumpulkan, kecelakaan kereta api ini terjadi pada dua buah kereta api yang saling bertemu pada satu jalur yang sama. Yakni KA 255 jurusan Rangkasbitung – Jakarta dan KA 220 cepat jurusan Tanahabang – Merak, kemudian kedua kereta api ini bertabrakan di dekat Stasiun Sudimara, Bintaro.

Menurut teman ibu saya yang mengetahui waktu kejadiannya, kejadian tabrakan dua kereta ini terjadi pada saat jam sibuk orang tengah berangkat kantor, sehingga mengakibatkan korban yang tewas tidak sedikit. Tercatat 153 korban tewas di tempat, dan 300 orang luka-luka.

Tragedi Bintaro ini merupakan peristiwa yang terburuk setelah sebelumnya terjadi peristiwa tabrakan kereta api juga pada tanggal 20 September di tahun yang lebih awal, yakni tahun 1968, yang menewaskan 116 orang.

Tabrakan pada tahun 1968 itu terjadi antara kereta api Bumel dengan kereta api cepat di Desa Ratujaya, Depok. Tentu jumlah korban di tahun 1968 masih lebih sedikit dibandingkan dengan kecelakaan kereta api di Bintaro pada tahun 1987.

Tragedi Bintaro ini terjadi saat KA (Kereta Api) 225 Jurusan Rangkasbitung – Jakarta yang dipimpin oleh masinis Slamet Suradio dengan asistennya yang bernama Soleh, dan seorang kondektur, Syafei berhenti di jalur 3 Stasiun Sudimara. Menurut info yang pernah saya baca, kereta ini ditarik oleh oleh lokomotif BB30317 dalam keadaaan padat penumpang, yaitu sekitar 700 penumpang di dalamnya.

Kemudian, KA 225 ini bersilang dengan KA 220 Patas jurusan Tanah Abang-Merak yang menurut info dari yang pernah saya baca, dipimpin oleh masinis Amung Sunarya beserta asistennya yang bernama Mujiono.

KA 220 ini juga bermuatan padat penumpang di kala itu. Sekitar 500 orang penumpang berada di KA 220 jurusan Tanah Abang-Merak ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun