Untuk para wanita, pasti sudah tidak asing lagi dengan hal aktivitas menjahit, menyulam, menganyam, atau merajut. Karena aktivitas-aktivitas ini biasanya menjadi favorit bagi para wanita untuk mengisi waktu senggang mereka, bahkan dari berbagai aktivitas-aktivitas tersebut, ada yang menjadikan nya sebagai lahan untuk mencari rezeki.
Sedikit cerita, saya punya teman. Dia seorang wanita yang hobi sekali merajut. Tertarik, saya pun langsung meminta dia menceritakan tentang hal-hal menarik seputar merajut yang sudah dia tekuni selama kurang lebih 5 tahun. Karena dia juga seorang blogger, dia pun banyak menulis tentang merajut dan hasil karya merajutnya lewat blognya tersebut.
Saya bertanya via email dengan teman saya yang bernama Nisa itu. Saya menggali berbagai pertanyaan yang tidak saya ketahui seputar dunia merajut. Bagi saya, aktivitas merajut itu unik. Sebagai seorang wanita, jujur saya ingin bisa untuk membuat hasil karya dari rajutan.
Nisa, teman saya tersebut mulai belajar merajut pada tahun 2011. Awalnya karena suka dengan motif tas handmade yang dia beli di lapak pedagang di Malioboro. “Karena di lingkungan saya nggak ada yang bisa merajut, saya akhirnya belajar sendiri di YouTube. Banyak tutorial merajut dari dasar sampai advanced di sana, semuanya gratis.” Ungkap Nisa
Kemudian, saya tanya, adakah kesulitan yang ditemui selama merajut? Nisa bercerita bahwa pada saya, kesulitan nya dalam membuat kerajinan tangan merajut ini adalah “Pernah dulu saat saya masih open order. Kalau klien memesan custom order trus ukurannya minta diperbesar atau diperkecil itu yang bikin saya cukup puyeng awalnya. Salah estimasi, bisa bikin rajutan dibongkar berkali-kali. Beli benang dengan jumlah yang kurang juga bisa bermasalah karena bisa jadi warna yang diinginkan sudah tidak diproduksi”
bahwa seseorang dapat terhindar dari kepikunan karena merajut. Ingatan mereka masih tajam meskipun sudah lanjut usia. Itulah kenapa sebabnya bahwa kerajinan merajut ini lebih sering digemari oleh usia-usia lanjut. Ternyata, merajut bisa menjadi salah satu sumber untuk mempertajam ingatan, para manula (manusia lanjut usia) yang gemar merajut, mereka bisa masih bisa berhitung dengan tangkas juga memiliki tingkat kecermatan yang bagus.
2. Memiliki Daya Jual yang Tinggi
Hasil karya dari merajut memang terbilang bagus dan unik. Hal ini senada dengan yang saya pernah lihat di salah satu toko suvenir di kota Paris Van Java, Bandung. Di kota ini, saya lupa nama tempatnya, disediakan berbagai macam hasil kerajinan tangan dari merajut yang bagus. “pantesan saja harganya mahal.” Gumam saya dalam hati. Memang teknik pengerjaan nya menurut saya sangat rumit. Dan kepuasan yang diterima seseorang dari hasil merajut bukan cuma karena karya nya yang unik, cantik. Tapi kepuasan saat orang lain menghargai hasil karya kita dengan sejumlah uang namun mereka bahagia juga memakai hasil kerajinan kita tersebut.
3. Manfaat Sosial
Untuk manfaat sosial, dengan merajut bisa jadi mendapatkan teman-teman baru, bukan? Gimana caranya? Ya, dengan merajut kita bisa menciptakan pula komunitas merajut. Bisa berbagi ilmu dengan teman-teman yang lain baik grup online maupun grup offline. saling berbagi ilmu menurut saya bisa mempererat hubungan persahabatan. apalagi ilmu merajut ini tidak semua orang mahir, bukan? oleh karena itu dengan dibentuknya komunitas merajut bisa menjadi alternatif untuk saling berbagi dan menambah wawasan serta pertemanan.
Yang Paling Sulit dari Merajut
Semua aktivitas yang dijalani manusia pasti akan menemui hal-hal yang sulit. Hal ini senada dengan kegiatan merajut. Kegiatan merajut juga punya hal yang sulit. Saat apa ya? Ternyata menurut pengakuan teman saya yang bernama Nisa ini, hal tersulit dari membuat hasil rajutan adalah saat membuat Amigurumi. Amigurumi apakah itu? Amigurumi adalah karya seni yang berasal dari Jepang.
Berasal dari dua kata Ami yang berarti merajut dan Nuigurumi yang artinya adalah boneka. Jadi amigurumi adalah karya seni berupa boneka rajut. Ukuran boneka bisa dibuat sesuai dengan keingingan, dan berbagai macam bentuk karakter bisa dibuat versi amiguruminya. Menurut pengakuan teman saya tersebut, “Amigurumi. Saya lemah sekali bikinnya... hihi. Karena musti diisi dan merajutnya bikin bad mood lama-lama.” Tapi bukan berarti membuat amigurumi tidak bisa untuk dilakukan atau dikerjakan. Kuncinya tekun dan kuasai teknik rajutan dengan baik.
Dan Nisa pun berkata pada saya di sesi akhir wawancara saya dengan dia. Bahwa hasil karya rajutan yang baik itu adalah Selain dari teknik merajutnya yang rapi dan bahan yang dipakai berkualitas, saya menganggap rajutan yang dibuat dengan gembira akan terlihat lebih menarik dari rajutan lain yang dibuat dengan mood yang jelek.
Apapun yang dikerjakan dengan hati, pasti akan sampai ke hati. sama seperti hal nya merajut. jika bukan hobby, memang susah melakukan hal ini. tapi tidak ada salahnya untuk mencoba sesuatu hal yang baru, bukan? (DEW)
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H