Tak terasa, pada hari senin tanggal 18 Juli 2016, tahun ajaran baru untuk siswa-siswi baik di sekolah dasar hingga sekolah menengah atas dimulai. Semua siswa-siswi antusias menyambut hal ini. Kelas baru. Teman-teman baru, dan lingkungan sekolah baru menjadi penyemangat para siswa dan siswi memasuki tahun ajaran baru.
Sejak dikeluarkannya peraturan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan No.18 tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkunan Sekolah (PLS) yang artinya juga adalah kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) tidak lagi dilakukan dengan senioritas oleh kakak-kakak kelas dengan serta merta membawa perlengkapan dan atribut yang aneh-aneh. Tentu adik-adik sekalian seneng dong gak ada MOS yang aneh-aneh? Salaman dulu sana dan bilang makasih ke Bapak menteri Anies. Hehe
Menyoal Sedikit tentang MOS (Masa Orientasi Siswa)
Menurut saya pibadi, saya tidak setuju jika penyelenggaran MOS dilakukan dengan melibatkan tindakan senoritas oleh kakak-kakak kelas serta membawa atribut yang aneh-aneh. Saya termasuk generasi yang masih mengalami kegiatan MOS dengan ajang senioritas. Teringat dulu, saya bawa atribut dan perlengkapan yang diperintahkan oleh senior-senior saya yang mereka semua rata-rata duduk di bangku kelas 3. Ya tau sendiri, kan anak-anak kelas 3 sangat menunjukkan keeksistensian mereka dengan sok-sok galak gitu di depan adik-adik kelasnya? Hhehehe.
Nah lanjut, saya disuruh bawa atribut yang saya masih ingat: beras 15 butir, kacang hijau 25 butir. Ternyata setelah dibawa, kedua item tersebut hanya untuk dilihat oleh Sang Senior, lalu ya gak kepake. Lho, ini buat apa, coba? Masih gak habis pikir aja sih faedahnya dimana. Ya karena saya beserta peserta MOS lainnya manut sama peraturan MOS yang dibuat oleh kakak kelas, ya kita bawa aja itu barang.
Pokoknya, atribut MOS waktu zaman saya masuk ke Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas menurut saya sangat menyulitkan. Tapi untungnya, dengan peraturan baru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini, tidak ada lagi barang-barang bawaan yang menyulitkan untuk dibawa siswa-siswi baru. Hal ini senada juga dengan peraturan kepala Sekolah SMA Negeri 31 Jakarta. Kebetulan saya baru saja menghadiri sosialisasi siswa –siswi baru. Karena kedua orangtua saya berhalangan hadir, maka saya lah yang ditugaskan untuk menghadiri sosialisasi tersebut.
Dan menurut beliau, sebenarnya bukan dari kegiatan MOS dengan dibumbui perpeloncoan lah yang membuat anak-anak siswa-siswi baru tersebut menjadi dispilin serta memiliki kesuksesan. Ada 3 hal yang harus ditanamkan dalam diri para siswa atau siswi baru tersebut untuk menjadi siswa dan siswi yang berlaku juga untuk kesuksesan masa depannya. Apa sajakah?
1. Disiplin Waktu
Disiplin waktu ini akan terpakai bukan hanya dibangku sekolah, tapi juga dibangku kuliah, bahkan di kehidupan nyata setelah kuliah, yakni kehidupan dunia kerja. Kenapa sih harus disiplin? Ya karena disiplin adalah wujud seseorang dalam menghargai dirinya sendiri. Saya sendiri juga sependapat dong dengan beliau, karena akan terlihat jelas perbedaan mana orang yang selalu disiplin dan mana orang yang gak disiplin dalam hidupnya. Ambil contoh, temen saya di bangku kuliah, dia selalu disiplin mengikuti perkuliahan, hingga akhirnya dia berhasil lulus tepat waktu, beda dengan orang yang “yaudahlah, gimana ntar aja” dia belum lulus sampai sekarang, bahkan masih banyak mata kuliahnya yang harus mengulang.
2. Kejujuran
Nampaknya perkataan “orang pintar sekarang banyak, tapi orang jujur itu sedikit, bahkan bisa dihitung dengan jari.” Itu sangat tepat! Ya orang yang jujur akan sulit sekali kita jumpai. Untuk itu, kepala sekolah SMA Negeri 31 tadi berujar, kejujuran harus ditanamkan sejak duduk di bangku sekolah. Memang kejujuran itu, gak ada dalam mata pelajaran, tapi kejujuran itu timbul dari cerminan seorang siswa yang juga hasil didikan kedua orang tuanya tersebut. Asyik gak, bahasa saya? Hahaha. Sebaiknya juga, sang Anak harus terbuka dengan kedua orangtua nya baik keadaan Si Anak sedang bahagia ataupun sedang sedih. Jangan biarkan si Anak ini merasa gak punya temen. Apalagi masa-masa SMA itu adalah masa-masa dimana sang Anak ini sedang mencari jati diri. Ya gak sih? Banyak kan kita lihat sinetron di televisi, anak-anak SMA banyak yang gak jujur dengan nyontek, ngebohongin guru, sampai pacaran backstreet tanpa diketahui orangtua?
3. Komitmen
Ya seperti orang yang mau menikah, komitmen itu perlu. Jika mau menikah ya, komitmen nya sama pasangan nya. Kalau di sekolah, komitmen nya antara guru dengan murid, dan anak dengan orangtua. Bapak kepala sekolah tadi menyampaikan bahwa, bermain game gak masalah buat siswa, tapi dia juga harus tau kapan waktu belajar kapan waktu bermain. Dan orangtua juga hendaknya perlu memberikan semacam “Reward” jika Si Anak berprestasi di sekolahnya. Adik saya pun demikian, dia dikasih Reward oleh kedua orangtua saya jika nilai rapor smesteran nya bagus. Jadi sekali lagi, jangan hanya menuntut hak tapi kerjakan kewajiban lah yang utama. Dan kita juga sebagai partner siswa, khusunya saya yang mempunyai adik yang masih duduk di bangku sekolah, harus selalu memberikan motivasi. Biasanya sih saya suka kasih motivasi “dek, mau gak punya gaji yang gedeeee banget. Yang kita gak nyari duit tapi duit yang nyari kita? Makanya, dek lu belajar yang rajin, biar pinter. Biar lu nanti sukses bisa banyak uang, bisa beli apa aja.” Biasanya itu jadi semacam 'cambuk' buat adik saya.
Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H