Perhelatan Jakarta Fair (Pekan Raya Jakarta) akan berakhir sebentar lagi. Tepatnya tanggal 17 Juli 2016 perhelatan akbar tahunan dan terbesar di Jakarta akan berakhir. Sabtu lalu, sehabis berkeliling kampung halaman pasca Idul Fitri, saya beserta keluarga mengunjungi Pekan Raya Jakarta di Jakarta International Expo (JiExpo) di kawasan Kemayoran, Jakarta Utara.
Saya pikir sih, baru H+3 Hari Raya Idul Fitri, Jakarta Fair ini masih sepi karena sebagian warga Jakarta masih stay di kampung halamannya. Ternyata, ketika saya tiba di sana, justru pengunjung Jakarta Fair makin membludak! Super sekaliiii....
Sejarah Jakarta Fair
Saya bukan tipikal orang yang rajin mengunjungi perhelatan Jakarta Fair setiap tahun. Jadi setelah sekian lama saya tidak mengunjungi Jakarta Fair, pada Sabtu beberapa hari yang lalu, saya memutuskan lagi untuk pergi ke sana. Ya hitung-hitung menikmati sisa-sisa libur Lebaran lah. Menurut info yang saya kulik, Jakarta Fair ini berdiri sejak tahun 1968, tepatnya tanggal 5-20 Juli 1968 Jakarta Fair ini pertama kali berdiri dan diselenggarakan di Monas (Monumen Nasional) dengan ejaan lama yakni “Djakarta Fair” pada waktu itu. Dan Indonesia saat itu masih dipimpin oleh Presiden Soeharto.
Menurut info yang saya baca juga, orang yang pertama kali mencetuskan berdirinya Jakarta Fair ini adalah Syamsudin Mangan. Siapakah beliau? Syamsudin Mangan alias Haji Mangan adalah Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) di kepemimpinan Soeharto yang ingin Jakarta punya ajang pameran besar continue (berkelanjutan), seperti halnya di Amerika dan beberapa negara besar.
Di tahun 1968, Jakarta Fair sukses dengan pengunjung sebanyak sekitar 1,4 juta orang. Dan Jakarta Fair ini terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun sehingga Jakarta Fair yang dahulu hanya dikenal sebagai “pasar malam” berevolusi menjadi pameran dengan produk yang bagus dan juga bervariatif. Oleh karena itu pada tahun 1992, Jakarta Fair ini hijrah dari Monas ke Kemayoran.
Saya sampai di lokasi Jakarta Fair pukul setengah 5 sore, dan di depan pintu tiket masuk, pengunjung sudah pada antri untuk masuk ke arena. Oiya untuk para pengunjung di sana, jangan takut kehabisan uang ketika berbelanja di stand-stand yang ada di Jakarta Fair, karena mesin ATM yang tersedia di sana cukup banyak jumlahnya.
Hampir 60% pengunjung Jakarta Fair didominasi oleh anak-anak yang notabene nya anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Saya sempat bertanya ke salah satu pengunjung yang saya lupa tanya namanya tersebut itu. “Dik, kalo di Jakarta Fair biasanya beli apa sih?” saya bertanya kepada anak perempuan kecil yang punya lesung pipit itu. Anak tersebut berkata, “Biasanya, aku beli Chiki kak. Chikinya banyak banget di sini, puas deh!” Chiki? Batin saya. Ya, setiap sudut di Jakarta Fair terdapat stand-stand Chiki yang laris manis diserbu pembeli. Tak ayal, keponakan saya pun tak mau ketinggalan untuk membeli Chiki yang satu kantong besar dihargai Rp 10.000 dan isinya terdapat sekitar 7 buah Chiki.
Kalau berkunjung ke Jakarta Fair itu emang harus siap capek. Saya sarankan nih ya, jangan pakai sandal yang hak-nya tinggi untuk para wanita. Karena itu akan menyulitkan Anda! Pakailah sepatu yang santai, kalo perlu sepatu yang biasa dipakai CFD (Car Free Day) juga boleh dipakai. Pokoknya jangan yang ada hak-nya ya! Hehehe
Nah di Jakarta Fair tahun ini, ada dua wahana yang cukup “menegangkan” dan menguras adrenalin. Apaan tuh? Ada Penjara Setan dan Zombie Attack! Kedua wahana ini juga sukses membuat pengunjung Jakarta Fair rela antri. Saya sendiri gak masuk ke kedua wahana ini, tapi adik saya lah yang masuk ke dalam salah satu wahana nya yaitu Zombie Attack! Dan menurut hasil survei dari yang saya baca sih ya, yang paling serem katanya wahana “Penjara Setan” karena itu wahana yang bener-bener menegangkan.