Apa yang terlintas dalam benak Anda mendengar kota Jakarta? Ya, kota yang menjadi Ibu Kota Republik Indonesia ini, kini pada tanggal 22 juni 2016 genap memasuki usia-nya yang ke-489! Apa, 489? Ya, sudah lebih dari 4 abad, kota Jakarta ini ada.
Kota yang dijuluki Kota Metropolitan ini memang selalu menarik untuk dibahas. Bukan hanya tentang sejarahnya, asal-usulnya, mobilitas penduduknya, tempat wisatanya, bahkan juga kudapan-kudapan khas dari kota ini. “Yang gue tau sih, makanan khas Jakarta ya kalo nggak kerak telor nih, paling gado-gado,” begitu kata salah seorang teman saya. Ternyata bukan hanya kedua makanan itu saja yang menjadi primadona di kota metropolitan ini, ternyata ada banyak. Salah satunya: Kue Rangi!
Udah pernah denger dan makan kue rangi belum? Untuk sebagian orang, pasti tahu dan kenal dengan kue khas Betawi ini, tapi untuk sebagian orang belum kenal dengan kue ini. Biasanya yang belum kenal kue ini, ya anak-anak 'kekinian' yang hanya tau kue rainbow cake, red velvet cake atau yang ada greentea-greentea-nya.
Kue rangi ini adalah kudapan khas dari Jakarta yang bisa dibilang Legendaris. Kenapa legendaris? Ya karena kue ini dari dulu sudah ada, bahkan ketika saya belum lahir ke dunia ini atau sekitar era tahun 90-an, kue ini pun, sudah memanjakan lidah para pencinta kuliner.
Kue Rangi, Apa Sih Itu?
Kue Rangi adalah jenis kue tradisional khas Betawi yang memiliki rasa legit percampuran antara manis dan asin. Mengapa kue rangi memiliki rasa yang sangat lezat? Jawabannya karena kue basah tradisional ini disajikan bersama dengan pasta gula Jawa. Rasa asli kue rangi adalah gurih dengan sedikit asin, namun karena dilengkapi dengan pasta gula Jawa, maka rasa asinnya akan bercampur dengan manis lekat khas gula Jawa. Siapa coba yang tidak akan terpikat dengan kue jajanan pasar tradisional yang memiliki cita rasa blending di lidah?
Biasanya kue rangi ini dijajakan di jalan-jalan. Jadi penjual kue rangi ini biasanya berkeliling dari rumah ke rumah dengan cara dipikul atau didorong pakai gerobak. Biasanya penjual kue rangi ini ada pada sore hari dan terkadang lewat di depan rumah saya di bilangan Jakarta Timur. Teringat dulu, saya sempat bertanya-tanya kepada salah seorang penjual kue rangi ini, beliau bilang “Kue Rangi sekarang memang sudah sulit ditemui, karena banyak yang tidak bisa membuatnya. Karena kalau salah membuat, rasanya tidak enak. Apalagi jika sampai gula merah yang kental itu gosong, tentu itu akan mengurangi cita-rasa asli dari kue rangi ini.”
Dan jika saya lihat pun, berjualan kue rangi ini juga untungnya tidak banyak. Karena kue rangi yang dijual, dibanderol dengan harga Rp 2.500-3.500 sungguh angka yang terbilang cukup murah untuk makanan-makanan yang ada di 'Jakarta Keras' ini. Sedikit berbagi, menurut info yang saya baca dari buku resep masakan, proses pembuatan kue rangi ini terbilang membutuhkan kesabaran. Jadi saran saya, yang gak sabaran dan grasak-grusuk, gak usah nyoba-nyoba bikin kue ini ya! Hehehe
Penjual kue rangi ini yang pernah saya temui dan pada umumnya, biasanya membawa dagangannya dalam gerobak dorongan kecil. Gerobak dorong ini memuat dua buah cetakan kue bertutup. Jika sudah pernah mencicipi kue pancong, bisa bayangkan cetakan kue rangi, karena kedua jenis kue ini memakai jenis cetakan yang mirip. Perbedaannya, untuk kue rangi ceruk cetakan lebih dangkal. Bahan-bahan kue disimpan dalam laci, dan larutan gula merah ditempatkan pada kompartemen terpisah di sebelahnya.
Ternyata bahan bakarnya ternyata masih memakai kayu bakar, bukan memakai kompor gas pada umumnya. saya sempat nanya ke penjual kue rangi yang pernah saya temui waktu itu, beliau mengatakan kenapa kue rangi dimasak masih dengan menggunakan kayu bakar, alasannya supaya api tidak terlalu besar sehingga tidak mudah gosong hasil kuenya nanti.
Adapun bahan baku pembuatan kue rangi ini terbilang cukup simple dan banyak kita jumpai: