Mohon tunggu...
Rachma Gusmiarti
Rachma Gusmiarti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa prodi Psikologi semester 6. Tertarik pada dunia kepenulisan terutama tema-tema psikologi baik industri, kepemimpinan, maupun kesehatan mental.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Unsur Self Efficacy yang Terkandung dalam Tradisi Tedak Siten

16 Mei 2024   08:45 Diperbarui: 16 Mei 2024   09:10 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tedhak Siten merupakaan tradisi khas suku jawa. Tedhak siten yang memiliki arti 'turun tanah'. Dalam bahasa Jawa kata 'tedhak' memiliki arti 'menapakkan kaki' dan 'siten' atau 'siti' memiliki arti tanah. Upacara tradisi Tedhak Siten merupakan tradisi yang dilakukan oleh bayi yang menginjak usia 247 hari atau tujuh bulan yang mulai bisa menapakkan kaki.

Tedhak siten merupakan wujud dari penghormatan akan siti (bumi) yang telah memberikan banuak hal dalam kehidupan manusia, sebagai rasa syukur  atas karunia yang diberikan oleh Allah karena telah diberikan karunia (anak) dan bentuk harapan orang tua akan anaknya supaya dapat bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang berbudi luhur dan bermanfaat.¹

Langkah-langkah dalam Tedak Siten
1. Titah
Anak dititah untuk berjalan diatas juwadah yang berjumlah tujuh warna. Yang mana tujuh warna melambangkan tahap perkembangan spiritual dan intelektual yang harus dilewati anak².  Tiap warna memiliki arti diantaranya merah artinya keberanian, putih artinya kesucian, kuning artinya kebahagiaan, hijau artinya ketenangan, hitam artinya kesedihan, biru artinya ketulusan, dan ungu artinya kekuatan. Jika selesai ditahap pertama, anak akan diberikan hadiah sebagai simbol kebersyukuran akan kelancaran dan keselamatan anak pada tujuh bulan kehidupan.³ Pada tahap ini berkaitan akan past performance teori Bandura yang mana self efficacy yakni keyakinan diri meliputi pengalaman dimasa lalu. Pengalaman yang dimaksud adalah pada tahap ini pengalaman orang tua didapatkan dari turun temurun.²

2. Naik tebu wulung
Tahap ini anak akan menaiki tangga tebu yang berjumlah tujuh. Anak diberikan mahkota dalam hal ini maknanya ialah supaya anak memiliki keteguhan hati. Tahap ini menggabarkan anak akan menghadapi hidup sampai tangga akhir. Proses ini didampingi oleh orang tua yang maknanya ialah orang tua akan selalu mendukung anaknya. Tahap ini memiliki makna harapan agar kelak anak tidak mudah menyerah. Ondo tebu (tangga tebu) maknanya ialah untuk tidak berprokastinasi dan segera menghadapinya.³ Dalam teori self efficacy tahap ini berkaitan dengan dimensi emotional cues yakni keyakinan diri pada orang tua meliputi sikap emosi yang dirasa  ketika anak menaiki tangga apa yang dilakukan anak dalam menghadapi kehidupan. Tahap ini terjadi peningkatan emosi orang tua yakni peningkatan indikator keyakinan supaya anak dapat setahap demi tahap meningkat dan melewati rintangan.²

3. Masuk ke kurungan ayam dan memilih barang kesukaaan.
Tahap ketiga anak akan dimasukkan ke kurungan ayam. Kurungan ayam memiliki makna penggambaran kehidupan yang akan anak jalani.³ Anak akan akan dibiarkan memilih sendiri barang yang disukainya (buku, bolpoin, mainan, uang, stetoskop, dsb). Dalam hal ini bermakna bahwa orang tua memberikan kepercayaan kepada anak untuk menentukaan karir yang diinginkan anak. Tahap ini dalam self efficacy adalah dimensi vicarious experience yakni keyakinan diri meliputi kesuksesan akan dirinya maupun orang lain. Ketika orang tua melihat orang lain berhasil dalam bidang yang memiliki kemiripan dengan kegemaran anak, maka akan meningkat keyakinan orang tua akan kesuksesan anak dimasa depan. ²

4.  Rebut recehan
Pada tahap ini kalangan akan dicampur dengan beras kuning dan diberi doa. Selanjutkan akan disebar bersama dengan koin yang akan diperebutkan oleh tamu Thedak Siten. Uang koin yang disebar bermakna bahwa orang tua mengharapkan supaya anak memiliki sifat dermawan, dan beras kuning bermakna orang tua yang mengharapkan anaknya makmur dan rajin bekerja.³ Dalam tahap ini pada teori self efficacy yakni dimensi verbal cues yakni sikap orang tua mempengaruhi orang lain untuk mengambil koin, akan menghadirkan keyakinan bahwa anak nantinya memiliki sifat dermawan.²

5. Mandi air kembang
Pada tahap ini anak akan dimandikan dengan air kembang melati, mawar, kenanga, dan kantil. Makna dari dimandikan dengan air kembang adalah supaya anak dapat mengharumkan nama keluarga dan bangsa. Dalam tahap ini berkaitan dengan emotional cues pada self efficacy teori Bandura yakni emosi yang dirasakan oleh orang tua meningkatkaan keyakinan bahwa keberadaan anak akan mengahrumkan nama keluarga.³

6. Pakaian baru
Setelah dimandikan kembang, anak akan dikenakan pakaian baru. Maknanya ialah ketika anak mengenakan pakaian baru harga diri anak akan meningkat. Tahap ini berkaitan dengan dimensi emotional cues pada self efficacy teori Bandura yakni emosi yang dirasakan oleh orang tua meningkatkaan keyakinan bahwa keberadaan anak akan menyenangkan/ bermanfaat bagi orang lain.²


Referensi
1. Endrawati T. Wibisono P. Wulandari A. Darmadi. 2022. Mengenal Makna Simbolik dan Struktur Pelaksanaan dari Tradisi Tedhak Siten di Kelurahan Banjarejo Kota Madiun.  JRPP Vol 5 No 2.

2. Musdalifah Ana. Yunanto Taufik. 2021. Tradisi Tedhak Siten Terkandung Konsep Self Efficacy Masyarakat Jawa. Jurnal Pamator Vol 14 No 1.

3. Rohim M. Arbiyan A. Thanti S. 2023.
Nilai Sosial dan Budaya Tradisi Thedak Siten, Masyarakat Desa Kalangan, Ngunut, Tulungagung. Jurnal Pendidikan Bahasa Budaya Vol 2 No 2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun