Mohon tunggu...
Rachmad Resmiyanto
Rachmad Resmiyanto Mohon Tunggu... -

Saya adalah guru kecil pada sebuah perguruan Muhammadiyah di kota Yogya. Saya bukan siapa-siapa. Tak ada yang istimewa dalam diri saya. Saat ini saya sedang menempuh program pascasarjana Ilmu Fisika Universitas Gadjah Mada dan bekerja di bidang ekonofisika. Bidang ini merupakan pertemuan antara disiplin ekonomi dan ilmu fisika. Topik tesis saya adalah membuktikan bunga bank sebagai sistem yang destruktif dalam perekonomian dengan fisika. Saya dapat dihubungi melalui surat rachmadresmi [at] yahoo.com. Blog saya ada di http://rachmadesmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Telah Tiba Saat Menikah

7 Januari 2011   00:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:53 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kalau saya tak salah ingat, Bunda Khadijah juga merupakan perempuan suci yang menawan yang banyak dilirik para pembesar Quraisy. Bunda Aisyah merupakan gadis muda yang jelita. Bunda Zainab binti Jahsy juga memiliki wajah yang rupawan. Demikian juga Bunda Maria al Qibthiyah yang berkulit putih bersih yang kecantikannya sempat membuat Aisyah cemburu. Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui hikmah dibalik paras wajah para Ummul Mukminin kita.

Maka, tentu saja, pakaian yang baik adalah yang memenuhi aturan agama dan sesuai dengan selera hati.  Sesuai anjuran Nabi, memiliki agama yang bagus dan ada “sesuatu” yang insyaallah akan melanggengkan pernikahan. Saya rasa, pasangan yang demikian sudah cukup sempurna bagi kita. Semoga “sesuatu” itu membawa keberkahan yang berujung sampainya istri shalihah kepada kita. Kata Nabi, inilah sebaik-baik perhiasan dunia dan harta yang paling berharga.

Tatkala kita sudah yakin, semoga keyakinan yang kita genggam seturut dengan jalan Nabi dan mendapat taburan ridha Allah Yang Mahasuci.

Maka, tak ada lagi yang menghalangi kita untuk bersegera meminangnya dengan segenap puja-puji bagi Allah Yang Mahatinggi.

Pada saat kita menimbang untuk memilihnya, kita sadar ini bukanlah untuk hidup diri kita semata, melainkan juga untuk kedua ibu bapak , keluarga dan anak-anak kita kelak.

Kata Nabi, istri shalihah adalah perhiasan paling indah. Saban hari, istri shalihah akan menjadi puisi yang senantiasa menghiasi. Puisi itu tak terumuskan oleh bahasa dan tak terucapkan oleh kata apa saja. Yang jelas, puisi itu begitu indah. Serasa dibuai diayun-ayun. Dan bagi anak-anak kelak, istri yang demikian akan menjadi madrasah utama bagi mereka. Kelembutannya akan menjernihkan hati anak-anak. Dan bukankah jika segumpal darah (hati) itu baik maka baiklah seluruh dirinya?

Saya sepenuhnya sadar bahwa mencari istri yang shalihah itu seperti berburu mutiara di dasar laut. Nun di sana, di dalam cangkang itu istri shalihah senang berada dan menjaga diri. Dan untuk menemukannya, kita harus menyelam di kedalaman, tapi kita akan tahu seberharga apa dia ketika kita sudah mendapatkannya.

***


Sebuah pernikahan didahului oleh pilihan bebas yang penuh kesadaran dan tanggung jawab. Masa awal-awal pernikahan merupakan masa dimulainya perjuangan untuk memupuk rasa simpati dan menyuburkannya menjadi cinta.

Al Quran menyebut cinta antara suami istri dengan kata afdha. Maknanya, seperti keterbukaan angkasa raya. Dalam cinta yang demikian, tak ada lagi sikap yang penuh pura-pura. Suatu kali, mungkin kita akan mendatangi istri dengan setumpuk masalah dan kita tak sedikitpun ragu untuk mengeluhkan beban dan bahkan mungkin menangis di pangkuannya. Meski, ketika kita di luar rumah, kita tetap tegar dengan air muka yang selalu ceria. Suatu ketika, Nabi agung Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi Bunda Khadijah radhiallahu 'anha dalam keadaan gelisah dan ragu seusai mendapat wahyu pertama. Dengan kelembutannya, Bunda Khadijah menenangkan dan menguatkan hati Nabi.

Saya tercengang dengan kalimat Umar ibn Khattab. Katanya, seorang laki-laki akan menjadi anak-anak ketika ia hanya berdua bersama istrinya.

Sebaliknya, Nabi juga memiliki sikap yang sangat hangat kepada setiap istrinya. Saat itu Nabi bersama beberapa sahabat. Seorang utusan datang membawa nampan makanan. Ketika mengetahui nampan itu berasal dari Ummu Salamah, Aisyah langsung menampakkan kecemburuannya yang luar biasa. Nampan itu ia lempar sehingga pecah. Nabi tersenyum dan beliau hanya bilang sekedarnya saja pada para sahabatnya, “Ibu kalian sedang cemburu”. Ada teladan luar biasa dalam setiap jengkal hidup Nabi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun